bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Bagaimana Teknologi Jaringan 5G Dapat Meningkatkan Pertanian dan Perikanan di Asia Tenggara?

Syahroni - Teknologi
Senin, 12 Juni 2023 23:56
    Bagikan  
Ilustrasi
shutterstock

Ilustrasi - Teknologi pertanian canggih

HELOINDONESIA.COM - Teknologi jaringan seluler 5G memungkinkan teknologi pertanian baru bermunculan guna meningkatkan produksi pangan. Di Asia Tenggara, sektor pertanian menyumbang sekitar 35% lapangan kerja, dimana 60% di antaranya adalah pertanian yang dikelola rakyat kecil.

Pertanian juga menyumbang hingga 20% dari PDB untuk negara-negara di Asia Tenggara: kawasan ini adalah rumah bagi dua pengekspor beras terbesar di dunia (Thailand dan Vietnam), merupakan produsen dan pengekspor utama minyak kelapa sawit, kelapa dan karet, dan termasuk tiga besar negara pengekspor nanas, pisang, mangga, gula, kopi, jambu mete, dan singkong.

Pertanian skala kecil tetap menjadi tulang punggung produksi pertanian di Asia Tenggara, dengan kurangnya akses ke informasi, pasar, dan modal, menjebak usaha kecil ini dalam lingkaran setan pertanian subsisten. Petani menghadapi kekeringan dan badai es, kenaikan harga pupuk dan bahan bakar, kekurangan tenaga kerja terkait pandemi, dan gangguan rantai pasokan yang diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina. Ini berarti harga pangan melonjak, mencapai level tertinggi sejak 2011.

Masuknya Teknologi

Pandemi mempercepat adopsi teknologi digital di semua sektor dan memunculkan model AgriTech. Meningkatkan AgriTech di Asia Tenggara dapat mengakhiri kerawanan pangan yang melanda wilayah tersebut. Alat seperti drone, sensor, aplikasi, Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), analitik data, dan lainnya dapat meningkatkan efisiensi dan hasil dari pertanian petani kecil.

Baca juga: Hari Lingkungan Hidup Sedunia: 5 Cara Agar Industri Bisa Mencapai Rantai Pasok yang Berkelanjutan

Meskipun adopsi AgriTech meningkat, sektor ini sebagian besar masih belum berkembang karena berbagai tantangan dan kendala yang dihadapi oleh petani kecil, seperti:

  • intensitas tenaga kerja tinggi dengan akses terbatas ke peralatan modern
  • kurangnya akses ke data
  • kurangnya akses ke pasar, membuat petani sangat bergantung pada perantara/ tengkulak
  • akses terbatas ke keuangan formal karena kurangnya jaminan untuk mengamankan pembiayaan dan kurangnya data untuk menilai risiko kredit mereka secara tepat.

Itulah mengapa, sinyal 5G sangat penting untuk memodernisasi sektor pertanian. Jaringan broadband seluler menjangkau 96% populasi di kawasan Asia Pasifik, dengan 1,2 miliar pengguna internet seluler saat ini, menurut studi GSMA berjudul The Mobile Economy Asia Pacific 2022.

Jika kita melihat kembali solusi teknologi yang memungkinkan ketahanan pangan, koneksi jaringan yang cepat dan andal sangat diperlukan. Teknologi yang memungkinkan pertanian vertikal, seperti yang ditawarkan Orlar, juga lebih ramah lingkungan, tetapi masih banyak yang bisa dilakukan.

Peternakan 5G mengurangi limbah dengan menghilangkan inefisiensi dalam industri pertanian pangan, menghemat ruang, waktu, dan sumber daya alam, serta mengurangi beberapa beban lingkungan saat ini.

Produksi Pangan 5G dan Pariwisata

Meningkatnya jangkauan 5G di wilayah maritim berarti manfaat teknologi juga dapat dirasakan oleh perikanan. Perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia, Telkomsel, berkolaborasi dengan perusahaan ZTE untuk melakukan hal itu.

Baca juga: Google Cloud Perkenalkan Kursus Peningkatan Keterampilan AI di Indonesia

Tujuan utama dari kolaborasi ini adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan memungkinkan pengembangan sektor perikanan dan pariwisata bahari melalui penyediaan konektivitas digital. Potensi keberhasilan ditunjukkan di Norwegia, di mana perusahaan peternakan ikan salmon Cermaq meluncurkan iFarm pertama, diaktifkan oleh 5G yang konsisten.

Pada tahun 2019, pihak berwenang di Rongcheng menggembar-gemborkan "peternakan ikan 5G pertama di China" yang dilengkapi dengan teknologi kamera waktu nyata yang memungkinkan pengunjung merasakan pengalaman 3D kehidupan bawah laut. Teknologi ini juga membantu membantu pengelolaan pakan.

Dengan menjadikan pariwisata sebagai aspek dari peternakan, perikanan dapat menghindari hilangnya keuntungan yang disebabkan oleh sanksi lingkungan dan moratorium penangkapan ikan. Huawei mengaktifkan perluasan 5G, membantu memenuhi tujuan pemerintah untuk meningkatkan hasil sambil mengubah perikanan menjadi tempat wisata.

Teknologi memang belum secara langsung membuat makanan kita, tetapi tentunya sangat diperlukan bagi mereka yang melakukannya.