HELOINDONESIA.COM -
Nama Peter Gontha sedang menjadi pembahasan di sosial medi, Duta Besar RI untuk Pilandia Tersebut mengaku malu dengan timnas Indoensia yang diisi hampir semuanya pemain Naturalisasi.
Ditengah masyarakat Indonesia yang tengah berbangga dengan penampilan timnas Indonesia yang bisa menahan Arab Saudi dan Australia berbeda dengan Peter Gontha.
Peter Gontha mengutarakan kegalauannya di akun media sosial instagramnya, ia malah menunjukan kekuran setujuannya Timnas Indonesia diisi dengan banyak Naturalisasi.
Baca juga: Apa Itu Brandoville Studios yang Sedang Ramai di Medsos ? Viral Karena Atasannya Kejam ?
Dan takut kalau pemain Naturalisasi tersebut hanya memanfaatkan kesempatan karena menurutnya mereka mempunyai dua paspor.
Peter Gontha juga mengatakan kalau ia lebih baik akalah dengan terhormat dari pada seri atau menang dengan merendahkan martabat bangsa.
Ia menuliskan delapan poin kegalauannya di medsos, karena berawal dari teman asing yang mengejeknya karena mencemoohkan PSSI.
Berikut 8 poin galau Peter Gontha.
1. Apakah anda cinta PSSI? (saya cinta)
2. Apakah anda cinta bangsa? (saya cinta)
3. Apakah anda tidak malu lihat PSSI 9 pemainnya adalah bangsa asing yang dinaturalisasi? (saya malu).
4. Apakah kita bangsa besar? (saya rasa demikian)
5. Apakah Anda tahu bahwa naturalisasi mereka hanya sementara, karena mereka mempunyai dua paspor, nanti kalau sudah selesai main di Indonesia mereka akan buang status WNI mereka? (saya tahu)
6. Apakah mereka mau membuang tunjangan sosial mereka dinegara nya begitu saja? (saya rasa tidak).
Baca juga: UPDATE Ranking FIFA Timnas Indonesia Usai Tahan Imbang Australia, Melesat Naik Lompati Malaysia!
7. Apakah menurut anda tidak lebih baik membina pemain kita dari muda (SD-dewasa)? (saya rasa demikian)
8. Apakah tidak lebih baik kalah dengan terhormat dari pada menang atau seri dengan cara yang merendahkan martabat bangsa? (saya malu)," tulis Peter.
Diakhir tulisannya ia juga sadar kalau ini bakap mengundang hujatan dan ia ingin Masyarakat sadar jangan dibodohi oleh sebuah kemajuan sepakbola yang palsu.
