Penguasa di Negeri Dongeng, Kerjanya Cuma Mendongengi Rakyatnya

Selasa, 28 Maret 2023 18:57
Prof. Sudjarwo

Oleh Prof. Sudjarwo *


NEGERI dongeng adalah karya sastra terbesar pada jamannya yang sering orang menyebut dengan nama Don Kisot, Don Kihote, atau sesuai ejaan aslinya Don Quixote, salah satu novel karya Miguel de Cervantes.

Novel ini diterbitkan dalam dua volume, pada 1605 dan 1615, dengan nama lengkap Sang Bangsawan Cerdik Don Kihote dari Mancha, (Spanyol: El ingenioso hidalgo don Quixote de la Mancha).

Don Kihote dianggap sebagai salah satu karya literatur dari Era Keemasan Spanyol dan kesusastraan Spanyol yang paling berpengaruh sepanjang masa.

Sebagai salah satu novel pertama dalam kanon sastra Barat modern, novel ini sering muncul dalam daftar karya fiksi terbaik sepanjang masa, seperti Bokklubben World Library yang mengutip Don Quixote sebagai pilihan penulis untuk "karya literatur terbaik yang pernah ditulis".

Kita tinggalkan karya besar itu, kita lalu bertanya adakah Negeri Dongeng itu, jawabannya ?tidak ada? jika kita tanyakan kepada mereka yang realis faktual. Namun jika kita tanyakan kepada pujangga, maka mereka menjawab ?mari kita adakan lewat dongeng?.

Tulisan ini ada pada posisi itu. Namanya juga dongeng, jadi tergantung siapa yang mendongeng dan apa yang didongengkan, kali ini dongeng tentang orang kaya di Negeri Dongeng.

Syahdan di suatu negeri, rajanya memiliki program ?gila-gilaan?, karena ambisinya setiap wilayah atau daerah di negerinya harus terhubung satu dengan yang lain.

Tentu gagasan ini sangat bagus sekali, dan tentu urusan pembangunan infrastruktur memerlukan dana yang cukup besar. Namun karena raja sudah berjanji waktu sebelum dinobatkan menjadi raja, untuk membangun negeri harus dari dana sendiri.

Untuk mengumpulkan dana yang besar itu, beliau menunjuk pembantunya yang berstatus menteri, dengan label Menteri Keuangan, yang tugasnya mengumpulkan uang dari pemungutan pajak, guna membiayai pembangunan impiannya.

Beliau menemukan menteri yang hebat, perkasa, tangguh dan bawel. Sayangnya beliau teledor, anak buahnya ternyata ada yang dari bangsa Tikus Clurut yang kerjanya makan uang rakyat. Kita bisa bayangkan anak buahnya bisa main sulap tentang pajak, sehingga laporannya bagus, isinya kurus.

Lebih seru lagi anak buah yang mengurusi bidang kedatangan orang, lagaknya memandang semua orang bak bandit, sampai anak orang terhormat di negeri sendiri tidak dikenal. Negosiasi atas nama pendapatan negara, sering mereka lakukan, semula tampak mulia, walau akhirnya bak singa.

Beda lagi lembaga lainnya, katanya di negeri dongeng ini rakyat punya perwakilan, namanya perwakilan rakyat, yang digaji dari rakyat, untuk memperjuangkan suara rakyat. Namun sayangnya kelakuannya betul-betul tidak mencerminkan kalau dia itu rakyat.

Perilaku dan ucapannya justru sering menyakiti rakyat, bisa dibayangkan menyesalnya memilih mereka untuk jadi wakil rakyat. Tampangnya anak muda, tetapi kelakuannya tak beradab; dengan orangtua tidak sopan apalagi hormat.

Negeri ini juga punya wali kota, tetapi sayang Sang Wali banyak tidak mengerti tentang persoalan negeri. Anak buah dibui polisi karena membela martabat pemerintahannya, malah itu dianggap aib untuknya.

Negosiasi dilakukan tak menyertakan unsur pejabat tingkat tinggi yang dimiliki; untung tidak menyuruh Satuan Pengamanan.

Lebih merana lagi, tidak mengetahui jika di wilayahnya berdiri tambak di muka mata, dengan alasan sangat sederhana ?belum terima laporan?. Padahal semua sudah berlalu setahun yang lalu, entah kemana telinga beliau selama ini.

Para petinggi negeri dongeng lupa bahwa sekarang ada pengadilan baru yang bernama ?pengadilan Nitizen?; pengadilan ini tanpa kantor, tanpa pemimpin, tanpa pegawai, tanpa anggaran dari negeri. Mereka sudah biasa terbelah dua untuk mendukung dan tidak mendukung.

Namun manakala itu menyangkut hati nurani masa; maka mereka bergerak bersama dan melibas apa saja. Sekalipun negeri dongeng punya Undang-Undang Teknologi dan Elektronik, mereka biasa berselancar dengan tidak melanggar aturan lalu lintas.

Sayangnya Cerita Negeri Dongeng terputus karena suara Adzan menggema memanggil umatnya untuk menghadap Sang Maha Agung. Kita tunggu pendongeng ini membentang sarah berikutnya, dan selamat menjalankan ibadah puasa dalam rangka membersihkan ?hati? agar kembali suci bagai bayi.


* Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila

Berita Terkini