Kota Heterogen, Ternyata Bahasa Asli Palembang itu Akulturasi dari Budaya Jawa Mataram Lama

Minggu, 28 Juli 2024 22:06
Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja menghadiri Pelantikan dan Pengukuhan Perhimpunan Seni Budaya Jaran Kepang (Perjakep) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Tahun 2024-2029 , Sabtu (28/7/2024). Foto: Heloindonesia

HELOINDONESIA.COM - Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja, menghadiri Pelantikan dan Pengukuhan Perhimpunan Seni Budaya Jaran Kepang (Perjakep), Sumatera Selatan (Sumsel) Tahun 2024-2029 pada Sabtu (28/7/2024).

Kegiatan yang digelar di lapangan Komplek Sukarami Indah di Jalan Perindustrian I, Kelurahan Kebun Bunga, Sukarami, Palembang tersebut, anggota Pembina Perhimpunan Seni Budaya Jaran Kepang (Perjakep) ini hadir bersama beberapa tokoh lainnya.

SMB IV menjelaskan bahwa Palembang merupakan kota yang heterogen. Kesultanan Palembang Darussalam berada di wilayah melayu dengan dasar-dasar budaya asal Jawa.

Baca juga: Viral! Seorang Pria Bunuh Temanya Usai Debat Duluan Ayam atau Telur?

Karena itu jangan heran kalau nama-nama orang di Palembang juga agak Jawa dan bahasanya sama. 

"Tapi Jawa-nya masih Mataram lama. Bahasanya masih ado yang samo. Kalau di pucuk air kita sebut di Palembang banyu, makanannya kates, samo. Kami ada juga niki, niku, kulo samo galo. Jadi bahasa asli Palembang itu adalah akulturasi dari budaya Jawa,” katanya.

Menurutnya, keberadaan budaya Jawa di Sumsel itu sudah ada sejak zaman dahulu dan menjadikan akulturasi dengan budaya-budaya yang ada.

Baca juga: Kurang Hati-hati, 2 Cewek Cakep Boncengan Motor Tubruk Bokong Minibus

“Kami harapkan dengan adanya kepengurusan Perjakep Sumsel bisa melestarikan seni dan budaya yang ada di sini. Palembang ada karena milik bersamo, bukan hanya di sini tapi jugo uwong yang datang jugo,” katanya.

Ketua Pembina Perjakep Sumsel, Hj Anita Noeringhati mengaku bangga karena Perjakep Sumsel ini terus melestarikan seni budaya dari Jawa.

“Kita tahu Sumsel adalah provinsi yang sangat terbuka untuk segala etnis, agama dan ras . Kita dari ras Jawa mengucapkan terima kasih sekali kepada Sumsel yang telah menerima dengan baik seluruh masyarakat Jawa," paparnya .

Menurutnya, suku Jawa yang berada di Bumi Sriwijaya hampir 40 persen.

Baca juga: Mahkamah Agung Peduli Gelar Jumber di Cagar Budaya

"Kita bersyukur Jawa di Sumsel ini bukan hanya Jawa pendatang. Namun orang Jawa di Sumsel ini juga ikut membangun Sumsel,” katanya.

Ketua DPRD Sumsel ini meminta Perjakep untuk terus mengisi pembangunan Sumsel dalam segi kebudayaan.

“Saya selaku pembina di seluruh paguyuban-paguyuban mempunyai tekad mengangkat derajat dari paguyuban-paguyuban yang ada di Sumsel," jelasnya.

Dia juga meminta kepengurusan Perjakep diisi kalangan perempuan.

Baca juga: Bedah Buku, Disdikbud Metro Ajak Guru Kembangkan Sejarah Lokal

"Saya berharap budaya Jawa harus ditingkatkan mendampingi Dul Muluk , mendampingi budaya Batanghari Sembilan," tambahnya.

Sementara, Ketua Perjakep Sumsel Mujari Senen menjelaskan bahwa Perjakep adalah wadah.

Menurutnya, ada beberapa seni yang dikumpulkan. Ada barongsai, ada reog , ada gamelan, ada orgen dan kuda lumping.

"Ini semua adalah potensi yang ada dalam Perjakep. Sasarannya jelas yakni pelaku seni, pecinta seni dan peduli seni yang tergabung dalam wadah Perjakep,” tandasnya. 


Berita Terkini