Tangan Dingin Papajoe, Lahir Ribuan Pelukis Anak-Anak

Sabtu, 15 Juni 2024 23:10
Papajoe pakai kaca mata dan kaos hitam (Foto DLL/Helo) Helo Lampung

Oleh CH Sapto Wibowo*

TOTALITAS Papajoe Art mengeksplor skill anak-anak dalam menggambar dan melukis menjadi catatan kaki dari Pameran Lukis Anak-Anak “The Magnificence of Lampung”
di Dewan Kesenian Lampung (DKL) 2 – 8 Juni 2024.

Pameran menampilkan 40 an karya lukis dari 10 anak-anak binaan Sanggar Papajoe Art disambut antusiasme anak-anak. Mereka semua ceria.

Pameran ini kami anggap sangat berhasil dan sukses karena penuh dengan kegiatan dan kehadiran ribuan pengunjung.

Walaupun acara pameran, workshop dan lomba dilaksanakan saat bersamaan dengan Pekan Raya Lampung yang sama-sama berlokasi di area PKOR (Pusat Kesenian dan Orah Raga) Wayhalim, Kota Bandarlampung.

Terpaksa, seluruh kegiatan dilaksanakan pagi hari agar peserta dan tamu bisa masuk free (bebas) ke dalam area PKOR untuk menuju DKL. Karena kalau sore hari semua orang yang masuk harus bayar.

Lomba dan worshop Pada hari pertama pembukaan pameran sangat meriah karena diadakan juga lomba mewarnai yang diikuti ratusan siswa TK, SD dan SMP.

Kemudian pada hari-hari berikutnya diadakan workshop melukis dan menggambar yang langsung dipimpin oleh Papajoe dan diikuti oleh banyak sekolah, setiap hari setidaknya (terdaftar 5 sekolah) 60 – 100 peserta yang hadir di area pameran untuk mengikuti worshop.

Sembari belajar, anak-anak sekolah ditunjukkan juga karya-karya lukis yang dipamerkan, dengan harapan dapat menginspirasi anak-anak Lampung untuk berani berkarya dan berpameran.

Salah satu tujuan pameran ini adalah mengajak anak-anak yang hadir saat itu untuk jangan takut-takut atau sungkan untuk ikut pameran.

Orangtua pun diharapkan mendukung anak-anaknya untuk berkarya, karena anak yang berani berkarya seni, bisa dipastikan akan menjadi anak yang berani dan bertanggungjawab serta umumnya memiliki kecerdasan lebih.

Sehingga perlu untuk terus dipupuk dan dibimbing, baik oleh orangtua sendiri maupun minta bantuan seniman seperti Papajoe.

Senirupa Anak-Anak

Senirupa di kalangan anak-anak, selalu menarik untuk disimak. Dimulai dari saat anak masih balita, biasanya mereka selalu melakukan corat-coret.

Bisa dipastikan tembok rumah penuh dengan coretan seperti benang kusut, baik memakai pulpen, pencil atau pewarna: crayon atau pastel.

Beberapa orangtua yang bijak, tidak akan marah atau terburu-buru melarang, tetapi secara perlahan
dan sabar akan mengalihkan anak-anak agar mencoret di kertas atau buku gambar.

Mengapa dikatakan bijak ? Karena tidak semua orang tua melakukan itu. Padahal, setiap anak pasti mengalami fase ini, tidak bisa dilarang. Kalau dilarang, salah-salah malah membuat anak manjadi takut untuk mengeksplore corat
coretnya,

Kreatifitasnya bisa mandeg, karena takut. Pada masa ini merupakan saat-saat penting bagi si
anak untuk belajar memegang alat tulis atau alat gambar, psikomotorik nya sedang berkembang, orangtualah yang harus mengarahkannya secara perlahan, agar si anak mampu mengkordinasikan insting nya menjadi kebiasaan baru yaitu kesadaran dan kemahiran menulis dan menggambar.

Dan tidak semua orangtua tahu bagaiman cara mengarahkannya. Oeh sebab itu, mereka membutuhkan guru gambar/lukis (kursus) di sanggar-anggar, selain di sekolah PAUD, TK atau SD.

PROFIL PAPAJOE

Pameran lukis 10 anak-anak yang diselenggarakan di DKL ini, tentu tidak lepas berkat ketenaran dan kehandalan Papajoe yang telah berpengalaman 28 tahun mengelola dan memiliki sanggar lukis anak-anak.

Papajoe (nama aslinya Soeparjo Harjo Soewito) sebenarnya berlatar belakang pendidikan di bidang manajemen dari Jogjakarta. Baru sekitar tahun 1996 dia menetap di Langkapura Bandar lampung, Larena bekerja sebagai manager di CFC (California Fried Chiken) dulu seberang King Supermarket, Simpur.

Kemahirannya di bidang senirupa diperolehnya secara otodidak dari kebiasaan mendekorasi
acara-acara hajatan di kampung, dan hobi melukis di Karang Taruna.

Suatu saat promosi produk CFC, salah satunya mengadakan lomba melukis dan mewarnai bagi anak-anak Papajoe berhasil mengumpulkan ratusan anak pesertanya, sehingga pimpinannya yang tahu bahwa papajoe pun mumpuni dibidang senirupa, kemudian menawarkan untuk membuat kursus melukis di lantai 2 CFC.

Awal nya peserta nya cuma 23 anak, seiring waktu bertambah banyak.
Beberapa tahun kemudian Papajoe keluar dari CFC dan membuka sendiri kursus melukis di Langkapura yang diberi nama Sanggar Papajoe Art.

Dalam proses awal ini tentu saja banyak pasang surut, kendala yang harus dihadapi, tetapi dengan semangat tinggi dan motto sanggar lukis nya: Belajar, Senang dan Juara, serta kemampuan nya dalam memanage, maka sanggar nya ini pun semakin maju.

Kedekatan dan komunikasi yang baik, hangat, akrab, sabar dengan anak-anak menjadi kunci keberhasilan anak dalam belajar menggambar dan melukis secara cepat dan baik.

Seiring berjalannya waktu, murid kursusnya semakin banyak, sehingga saat ini ada 4 lokasi kursus:
(1) Langkapura,
(2) Dekat fly over MBK jl Sultan agung, (3) di Lungsir depan McD, dan (4) di Jl. Tirtayasa, Plawi Sukabumi.
Setiap lokasi memiliki sekitar 50 – 70 murid, sehingga dalam setahun totalnya ada 300 -an anak yang kursus di sanggar Papajoe art.

Bila tak ada halangan papajoe juga akan membuka cabang di Natar dan Pringsewu tahun depan.

Sampai saat ini sudah ribuan alumni Sanggar Papajoe Art, yang menyebar ke segala penjuru, sebagian besar meraih prestasi menjadi juara dalam berbagai event lomba, baik lokal, nasional maupun ada juga international.

Alumni sanggarnya saat ini sudah dewasa, banyak yang berprofesi sebagai Desainer, baik
batik maupun busana. Salah satu nya ada yang pernah juara dunia di Guangzhou China tahun 2012, bernama Chintya Jaya Malini (Meli) saat ini menetap di Perancis menjadi desainer.

KURSUS MELUKIS

Selain mengurus kursus, mengajar ekstrakurikuler di 6 TK dan SD, Papajoe juga memiliki tim Mural yang sering mendapat borongan di kantor-kantor, tempat usaha dan sekolah-sekolah.

Secara finansial, tentu saja, kiprah usaha Papajoe ini Sukses, menggiurkan dan sangat menjanjikan, itu semua bisa ditiru atau setidaknya menjadi inspirasi bagi para seniman perupa yang lain.

Tentu saja bisa, tetapi dibutuhkan keberanian, tekad dan kemampuan manajemen.

Bandarlampung, 8 juni 2024

* Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Lampung (DKL)

 - 

Berita Terkini