Komunitas Biroe Darmajaya, Pelukis Muda Belajar Keluar Kandang

Minggu, 2 Juni 2024 21:40
Pameran UKMBS Darmajaya Komunitas Biroe (Foto David/Helo) Helo Lampung

Oleh David*

UKMBS Darmajaya Komunitas Biroe keluar kandang dari kampusnya untuk memamerkan 44 lukisan bertema "Titik Temu” di Taman Budaya Lampung, 31 Mei-1 Juni 2024. Mereka saling berbagi cerita hingga diskusi tentang karya seni.

Kepala Taman Budaya Lampung Ingga Setia Wati mengatakan pihaknya selalu memberikan ruang kepada para seniman Lampung, apalagi para perupa muda. Dua pelukis senior, Pulung Swandaru dan Joko Irianta ikut merasakan atmosfirnya.

Saya juga berdiskusi dengan peserta pameran sekaligus berbagi pemahaman tentang display karya, makna dari sebuah simbol-simbol dan makna bahasa seni rupa yang terkandung di dalamnya.

Seni rupa khususnya karya lukis tentunya memiliki penafsiran luas. Masing-masing orang akan berbeda interpretasinya sesuai sudut pandang dan perspektif dari apa yang dilihat dan dirasakannya.

Lukisan akan lebih indah dikonsumsi oleh masyarakat jika memiliki makna, pesan moral lewat pemilihan bentuk dan bahasa rupa yang tepat agar masyarakat, mudah dicerna, dan gampang menangkap makna visualisasinya.

Ada beberapa universitas di Provinsi Lampung sangat eksis gerakannya di bidang seni rupa. Hampir setiap tahun, mereka menggelar ruang-ruang apresiasi. Namun sangat disayangkan, kegiatan tersebut selalu hanya digelar di ruang ruang apresiasi kampus.

Masyarakat mungkin enggan untuk datang sekedar melihat, menikmati karya seni dan mengapresiasi karya-karya tersebut apa lagi minimnya publikasi. Sementara masyarakat sangat butuh edukasi tentang karya seni dan ruang diskusi.

Dicky Setiawan, salah satu senior, Komunitas Biroe Darmajaya, penggerak perhelatan sangat antusias munculnya regenerasi di komunitasnya. Dia berdiskusi tentang konsep-konsep pameran dan memotivasi para juniornya.

Darmajaya dengan UKMBS Komunitas Biroe mencoba memberikan ruang - ruang gerak para anggotanya untuk bersosialisasi dengan karya-karyanya, sekaligus melatih mental sebagai pelukis dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pertanggung jawaban karya seninya.

Harapan saya, di ruang dan waktu yang berbeda, mereka yang tergabung dalam organisasi kampus (UKMBS) berkolaborasi bersama berpameran bersama dalam satu ruang, dan lahir kembali titik temu part 2 dengan kerja-kerja kolektif kampus.

Mungkin saja lebih maksimal dengan rangkaian kegiatan yang agak padat seperti diskusi tentang wacana seni rupa, pelatihan jurnalis seni rupa, pelatihan membaca sebuah tema pameran, menarasikan dalam bentuk visual.

Lampung sangat butuh orang-orang yang peduli tentang seni rupa, jurnalis seni rupa, penulis seni rupa, kritikus seni rupa, kurator seni rupa, sehingga para kolektor seni rupa bermunculan mengapresiasi mengkoleksi karya-karya seni rupa Lampung.

Saya yakin ketika mahasiswa disajikan dengan menu-menu itu dan ada keseriusan mendalaminya seni rupa lampung akan mempunyai warna dikancah nasional, dengan fenomena karya seni dan perhelatan peristiwa kesenian di lampung.

Semoga dengan gerakan Komunitas Biroe saat ini, akan hadir lagi UKMBS yang lain mengukir peristiwa kesenian yang hadir di Lampung, dan bermunculan pelukis-pelukis muda mewarnai kancah seni rupa di Indonesia.

Sesuai tema pameran, diharapkan, ada pertemuan antara karya seni dengan pelukis. Saya sebagai penikmat seni mencoba mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan dalam rentang waktu yang sangat singkat.

KANKE

Dwngan judul Can You See, karya tahun 2024 berukuran A3 lewat media printing ink on paper. Kanke menarasikan kepedulian atas persoalan-persoalan di dunia saat ini.

Kita yang katanya mahluk paling sempurna, mahluk tuhan yang diberikan akal, pikiran, rasa dan nafsu, tidak menyadari tentang kesenjangan sosial, keadilan, krisis kepercayan, apakah akan selalu menutup diri tentang hal-hal tersebut.

Lukisan Kanke mengajak kita membuka mata, melihat, merasakan, dan berempati pada apa yang terjadi saat ini.


SUMBU GLH

Lewat karya berjudul Kapal dengan ukuran. 50X73 cm media, akrilik on kanvas tahun pembuatan. 2024, Sumbu GLH menarasikan tentang kenyamanan, tentang ruang-ruang luas dan ruang yang sempit.

Mungkinkah, di Samudra yang begitu luas itu, kita merasa merdeka. Sementara, di ruang luas Samudra itu, banyak sekali persoalan-persoalan seperti badai yang begitu hebat, persoalan-persoalan kehidupan yang harus dihadapi.

Sementara di bak mandi, sangat nyaman dan sangat sedikit sekali persoalan-persoalan kehidupan resiko yang harus ditempuh, secara harafiah, namun dalam ruang yang sempit bukan berarti tidak ada keleluasan dan bukan juga penjara.



KADIL

Dengan judul karya Unearth, lewat media akrilik on kanvas berukuran, 45 X 60 cm, tahun pembuatan 2024, Kadil mencoba menarasikan tentang keasingan pada habitat.

Seseorang mencoba masuk ke dalam ruang-ruang yang baru yang menurutnya sangat asing, berhadaptasi, menyesuaikan dengan lingkungan baru, bersosialisasi, berbaur dengan lingkungan, menjaga silaturahmi, menggali sesuatu yang baru dilingkungan, habitat yang baru.
(*)

* Penikmat Seni


Berita Terkini