bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Bajong Banyu, Tradisi Perang Air Antarwarga di Magelang untuk Sambut Ramadan

Selasa, 5 Maret 2024 08:50
    Bagikan  
Bajong Banyu, Tradisi Perang Air Antarwarga di Magelang untuk Sambut Ramadan

Prosesi kegiatan Bajong Banyu yang diawali dengan pengambilan air di tuk Dawung dan saling menyiramkan air ke sesama warga. Foto: Ist

MAGELANG, HELOINDONESIA.COM - Setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk menyambut bulan suci Ramadan. Seperti halnya Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jateng yang mengadakan tradisi Bajong Banyu atau Perang Air pada Minggu 3 Maret 2024 lalu.

Rinai hujan tak menyurutkan langkah masyarakat setempat untuk mengadakan Bajong Banyu, tradisi tahunan menjelang bulan suci Ramadan.

Tradisi tersebut juga dimaknai sebagai ikhtiar merawat sumber air di dusun tersebut yaitu Sendang Kedawung. Mata air di sendang ini adalah berkah karena tidak pernah kering, kendati kemarau melanda.

Baca juga: Mampir ke Wedangan Pak Basuki Solo, Rasakan Teh Krampul yang Hangat dan Nikmat

Namun satu hal yang penting dalam Bajong Banyu yaitu meskipun terjadi perang air antar warga namun muaranya untuk memperkuat kerukunan. Aktivitas itu dilakukan dengan riang gembira. Tradisi Bajong Banyu sendiri masuk dalam Calendar of Events 2024 yang dikeluarkan Disprapar Jateng.

bajong banyu

Seperti dinukil dari beritamagelang.id, prosesi diawali dengan kirab pengambilan air di sumber air Tuk Dawung oleh puluhan warga serta para tokoh dan perangkat desa setempat. Tuk dawung merupakan sumber mata air 'menghidupi' seluruh rakyat Dawung dan sekitarnya.

"Tuk Dawung sebagai sumber pengairan lahan pertanian, air minum, membersihkan diri, dan kebutuhan lainnya," kata tokoh masyarakat, sekaligus seniman Dusun Dawung, Tri Setyo ''Gepeng'' Nugroho, Minggu sore, 3 Maret 2024.

Baca juga: Tahun Ini Tradisi Dugderan Sambut Ramadan Bakal Lebih Meriah

Menggenakan busana adat jawa, warga berjalan kaki menuju sumber air yang berjarak sekitar 500 meter dari lapangan dusun. Setiap warga terlihat membawa kendi yang akan di isi air, dan sebagian lainnya membawa aneka sesaji dan tumpeng. Irama gamelan dan tarian mengiringi kirab tersebut.

Sesampainya di lokasi, para sesepuh dusun memanjatkan doa seraya bersama sama mengisi air ke setiap kendi yang kemudian dibawa kembali menuju lapangan dusun. Semua air itu kemudian dituangkan dalam gentong tanah seraya disakralkan melalui doa keselamatan oleh sesepuh desa dan di ikuti seluruh warga.

Nasihat Leluhur

Dijelaskan Gepeng, prosesi tetap sama, hanya yang membedakan adalah tema tahun ini adalah "Memangku Hayuning Bawono" yang merupakan nasihat luhur masyarakat Jawa.
Itu menyiratkan makna bahwa kita, sesama warga sebagai manusia harus senantiasa berbuat baik kepada sesama, alam sekitar dan makhluk lainnya.

"Dengan itu sehingga akan terjadi keharmonisan dalam kehidupan," ujar Gepeng.

Dalam prosesi Bajong Banyu, air dari kendi disatukan dalam gentong yang kemudian disakralkan lewat doa oleh sesepuh dusun

Baca juga: Yuk, Saksikan Deretan Event di Kota Pekalongan Bulan Maret 2024


Tak lama berselang, terdengar iringan musik gamelan dan tari tradisional energik, perang air pun dimulai. Seluruh warga saling melempar air dalam plastik, mereka berbaur menjadi satu penuh suka cita meski hujan deras terus mengguyur. seakan semesta mengamini prosesi tahunan ini.

"Harapannya saat menjalani ibadah puasa nanti setiap orang dalam kondisi bersih lahir batin, tidak ada benci, dendam, dan saling memafaafkan," beber Gepeng.

Salah satu warga yang berbeda desa, Sandra, mengaku sudah dua kali ikut tradisi Bajong Banyu. Dia merasa senang bisa membaur dengan warga untuk melakukan perang air hingga basah kuyup. Baginya ini tradisi yang menyenangkan, dan merekatkan silaturahmi. (Aji)