bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Kisah Petani Garam di Kaliori, Nasukha Sandarkan Diri pada Terik Matahari Bulan Juli

Ajie - Ragam
Rabu, 26 Juli 2023 08:09
    Bagikan  
Kisah Petani Garam di Kaliori, Nasukha Sandarkan Diri pada Terik Matahari Bulan Juli

Petani garam Kaliori saat membuat garam di Desa Dresi Kulon, kincir angin, dan tumpukan garam yang siap dijual. Foto-foto: Wisnu Aji

REMBANG, HELOINDONESIA.COM - Matahari pada siang tengah hari itu memancarkan sinarnya yang terik. Diterpa angin dan berselimut cuaca kering, Nasukha (70) tampak bersahaja bergerak maju mundur menggunakan slender (peralatan kerja) mengolah air laut menjadi garam di tambaknya di Desa Desa Dresi Kulon, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Bagi dia, matahari pada musim kemarau di bulan Juli ini adalah berkah. Berkat matahari, air di permukaan tanah pantai di tambaknya menguap, cepat mengering, dan meninggalkan kristal-kristal butiran garam. Jika cepat mengering, dia bisa memanen garam dengan standar kualitas nomor satu.

Dia juga senang tiupan angin musim kemarau ini sangat kencang sehingga menggerakkan kincir angin yang memompa air laut untuk dialirkan ke tambaknya.

''Saya bersyukur siang ini cukup terik. Mudah-mudahan hari berikutnya, cuaca juga panas untuk membantu saya mendapatkan garam yang bagus,'' kata Nasukha sambil menyeka keringat di wajahnya.

kincir

Usianya yang menua tak menghalangi ikhtiarnya untuk tetap bekerja di tambak. Tanah tambak adalah milik keluarga. Luasnya sekitar 1 hektar. Dia mendapatakan sebidang, dan petak-petak yang lain dikelola saudara-saudaranya.

Puluhan tahun dia menggarap tambak garam, sebagai bagian bertahan hidup (life survival). Dia salah satu petani dari ratusan atau mungkin ribuan warga Kaliori yang masih bertahan sebagai petani penggarap garam.

Dia bercerita, harga garam sekarang mencapai Rp 2.000 per kilogram. Sekali panen, dia bisa mendapatkan garam hingga 3 kuintal. Untuk penjualan, biasanya ada orang dari agen yang datang untuk mengambil.

''Ya dari garam ini saya menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak,'' kata petani yang salah satu anaknya kuliah di Universitas Indonesia di Depok ini.

Garam krosok produksinya, kata dia, biasanya dimanfaatkan untuk industri, ada juga untuk pengawet ikan di kapal dan membantu proses pembuatan eskrim.

Penghasil Garam

Dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 10 No 3 Desember 2021 bertajuk ''Dinamika Kehidupan Ekonomi Petani Garam di Desa Dresi Kulon'' yang ditulis Akhriyadi Sofian,Nur Yanti, dan Naili Niā€™matul Illiyyun (UIN Walisongo Semarang) menyebutkan, salah satu daerah penghasil garam di Indonesia adalah Kabupaten Rembang, tepatnya di Desa Dresi Kulon, Kecamatan Kaliori.

Produksi garam oleh petani garam di Rembang masih menggunakan cara tradisional yang bergantung pada musim (cuaca panas). Kondisi iklim dan cuaca yang seringkali berubah membuat hasil produksi garamnya menjadi rendah. Waktu yang paling baik untuk memproduksi garam yaitu musim kemarau, pada kisaran bulan Juni sampai Agustus.

garam jual

Untuk membuat garam butuh waktu kurang lebih tiga sampai tujuh hari. Proses pembuatan garam bisa lebih cepat jika cuaca panas, sebaliknya jika cuaca berubah-ubah maka memakan waktu lebih lama. Garam yang dihasilkan oleh petani garam di Desa Dresi Kulon adalah jenis garam krosok.

Ya, Kaliori merupakan salah satu produsen garam tertinggi di Jawa Tengah sekaligus sebagai penyangga garam nasional. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng tahun 2022 menyebutkan, beberapa daerah yang menjadi sentra petani garam terdapat di Kabupaten Rembang, Brebes, Cilacap, Demak, Batang, Kebumen, Purworejo, Jepara dan Pati. Total terdapat sebanyak 14.836 petani garam yang tersebar di beberapa wilayah tersebut.

Petani garam terbanyak berada di Kabupaten Pati, dengan total 8.178 orang, disusul Rembang dengan 4.009 orang dan Demak 1.354 orang.

Namun sayangnya, tantangan ke depan mungkin pada teknologi produksinya yang masih menggunakan cara-cara lama atau tradisional. Seperti di Kaliori, perlu sentuhan teknologi modern agar hasilnya optimal, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Pemerintah juga harus hadir terkait kestabilan harga agar petani menjemput hari esok dengan optimisme. (Aji)