bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Bustami Zainudin: Penting dan Strategis Penanaman Budaya Luhur Melalui Wayang Kulit

Nabila Putri - Ragam
Jumat, 21 Juli 2023 21:33
    Bagikan  
Foto Ist.

Foto Ist. -

LAMPUNG, HELOINDONESIA.COM - Paguyuban Keroncong Sri Gading dan Ikmal pimpinan Drs. H. Soegiarso dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriyah 1445 sekaligus malam suroan, menyelenggarakan ruwatan dan Pagelaran Wayang Kulit pada Selasa (18/7/2023), di Hajimena, Natar, Lampung Selatan.

Senator asal Lampung Bustami Zainudin, hadir dan memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif pagelaran wayang kulit ini.

Ketika dimintain tanggapan atas pagelaran tersebut, Bustami menyatakan bahwa pentas seni wayang kulit memiliki banyak makna filosofis.

“Dalam wayang kulit ini banyak sekali makna, misalnya pengetahuan sederhana saya ada sisi kanan dan kiri (pada kelir), dan itu ada yang jahat dan yang baik, yang jahat pasti dikalahkan oleh yang baik,” tuturnya.

Baca juga: Mantan Wabup Musiran Meninggal di RSJ, Dendi Datang dan Ucapkan Duka

Di samping itu, pagelaran wayang kulit ini juga memiliki nilai persatuan, tidak boleh sombong dan lain-lain,” tandas Bustami yang juga mantan pembina Pepadi Kabupaten Way Kanan.

Selain itu, Bustami juga berharap kepada generasi muda untuk turut berpartisipasi dalam melestarikan budaya lokal dan nasional, yang salah satunya wayang kulit yang telah di tetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Ada pesan yang ditangkap oleh Bustami dalam pagelaran malam ini, yang seharusnya menjadi pegangan dan rujukan generasi muda bangsa yaitu konsistensi dan tekun dalam menuntut ilmu merupakan salah satu bentuk implementasi nyata dalam menghadapi perkembangan zaman.

“Dunia ini akan ditentukan oleh orang orang yang pintar-berilmu, kepintaran semua masyarakat akan menentukan masa depan kita. Begitulah generasi muda/Milenial seharusnya dalam menggeluti ilmu. Kemajuan dan perkembangan ilmu baru, harus terus kita pelajari karena ilmu baru akan jadi referensi untuk kita bergerak maju,” ujarnya.

Baca juga: Sah, Pungutan Aparat Desa Pulau Pahawang kepada Wisatawan

Bustami mengakui sebagai putra Lampung asli, tidak begitu faham tentang tokoh tokoh dalam wayang kulit, namun setiap pagelaran wayang kulit dengan lakon tertentu pasti akan memberi pesan adiluhung. Para tokoh memberi gambaran nyata akan kompleksitas persoalan hidup. Kita mesti pandai menangkap pesan itu.

Agar ke depan wayang kulit semakin mendapat tempat dihati masyarakat terutama pada kalangan pelajar, mahasiswa dan generasi muda bangsa maka pagelaranya perlu digarap lebih kekinian tanpa harus menghilangkan substansi dan filosopi dasarnya.

Waktu tayang atau mulai pagelaranya bisa dibuat lebih awal dan paket pagelarannya dibuat lebih singkat, cukup 2-3 jam misalnya. Sehingga pergelaran tidak mesti dimulai ketika sudah larut malam dan harus berakhir pada dini hari bahkan sampai subuh. Tentu perubahan perubahan ini mesti dilakukan secara bertahap.

Bustami yang juga Wakil Bupati dan Bupati Way Kanan Periode 2005-2015 ini jug memberikan apresiasi yang tinggi atas munculnya Wayang Kulit berbahasa Lampung dengan tokoh wayang yang khas Lampung, berbeda dengan model wayang kulit yang selama ini kita kenal.

Tentu, ini merupakan inisiatif dan terobosan yang luar biasa, sebagai bagian dari upaya mengenalkan dan melestarikan seni budaya Lampung melalui seni yang sudah sangat dikenal dan populer di masyarakat.