bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Publik Cemas, Dua Pasangan Capres-cawapres Picu Polarisasi Seperti Pemilu 2019

Drajat Kurniawan - Nasional -> Politik
Selasa, 11 Juli 2023 19:46
    Bagikan  
Ilustrasi
Foto : Ist

Ilustrasi - (ist)

HELOINDONESIA.COM - Pelaksanaan konstestasi pemilihan presiden 2024 semakin dekat. Namun hingga kini, baru muncul dua kandidat calon presiden (Capres). Pertama, Anies Baswedan yang diusung koalisi perubahan untuk persatuan atau KPP, kedua Ganjar Pranowo yang diinisiasi PDIP bersama PPP, Hanura dan Perindo. 

Kandidat capres lainnya yaitu Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra, Prabowo Subianto masih berupaya memenuhi persyaratan ambang batas pencalonan presiden. 

Pengamat Politik Citra Institute, Yusak Farchan berpendapat apabila Pilpres 2024 hanya diisi oleh dua kubu kekuatan politik antara koalisi pemerintahan dan oposisi dikhawatirkan akan memunculkan traumatis seperti yang terjadi pada Pemilu 2019 silam. 

Saat itu terjadi tarik menarik antar kubu pendukung dan hal itu berpotensi terjadinya keterbelahan atau polarisasi masyarakat.

Baca juga: Pemuda Rudakpaksa Bocah 15 Tahun Hingga Melahirkan di Tubaba

"Jika hanya dua pasang yang bertyarung, potensi terjadinya polarisasi cukup terbuka," kata Yusak saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/7/2023). 

Menurut Dekan FISIP UNPAM Serang ini, terbelahnya masyarakat ke dalam dua kubu dalam kontestasi Pilpres 2019 merupakan cikal bakal hancurnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Polarisasi yang terjadi kala itu menjadi pengalaman pahit bagi perjalanan demokrasi Indonesia. 

"Kita sudah punya pengalaman buruk atas gejala terbelahnya masyarakat secara ekstrim akibat adanya dua pasang capres-cawapres di 2019. Masak kita mau ulangi lagi," ujarnya. 

Oleh karena itu, Yusak berpendapat harapan agar demokrasi Indonesia kembali pada harkat dan martabatnya, suka tidak suka Pilpres 2024 harus diisi lebih dari dua pasangan calon capres dan cawapres. 

Baca juga: Tingkatkan Patuh Lantas, Polres Pesawaran Operasi Krakatau

Gerindra sebagai salah satu partai besar harus berani menggalang kekuatan demi menghindari dua paasngan calon yang mengakibatkan polarisasi. "Skenario dua pasang calon hanya akan merusak demokrasi dan mempersempit ruang pilihan bagi masyarakat," pungkasnya.