Helo Indonesia

Pertempuran Kota Sudah Dimulai, Kyay Mirza vs Bunda Eva

Nabila Putri - Nasional -> Politik
Selasa, 30 Mei 2023 17:53
    Bagikan  
Herman Batin Mangku

Herman Batin Mangku -

Oleh Herman Batin Mangku*

KEGIATANNYA biasa-biasa saja, bagi-bagi sembako jelang Pemilu 2024. Cara sosialisasi dan menarik simpati rakyat yang dilakukan semua partai, calon anggota legislatif, maupun calon kepala daerah. Model pragmatis ini masih laku, rakyat masih butuh.

Mereka yang ingin menunjukkan kepeduliannya, ingin berkuasa, atau motif apapun lainnya tak perlu bersusah payah memaparkan panjang kali lebar visinya. Rakyat juga sudah hapal pasti demi kesejahteraan rakyat. Mereka juga jika ada undangan kumpul tak banyak basa-basi, hanya konfirmasi: Ado idak?

Seperti Ketum Partai Gerindra Prabowo Subiyanto menginstruksikan agar para kader dan semua elemen partainya selalu menebar kebaikan untuk menarik simpati rakyat. Perintah ini kemudian diterjemahkan sebagian kader dan elemen berbagi kebaikan lewat sembako.

Bagi-bagi sembako, tak hanya laris manis di desa-desa, pekon-pekon, masyarakat kelurahan juga masih menunggu bagi-bagi sembako yang dikemas dengan kata-kata kepedulian dan kata-kata lain yang menunjukkan keberpihakkan kepada rakyat.

undefined

Mirza bagi-bagi sembako gerilya setiap malam sejak dua pekan lalu (Foto Ist)

Oleh karena itu, ketika DPD Partai Gerindra Lampung bagi-bagi sembako dengan kantong bergambar ketuanya, Rahmad Mirzani Djausal (RMD) berjas, dasi, dan tak lupa kopiah hitam, wajar-wajar saja, biasa-biasa saja, ikhtiar jelang Pilwalkot 2024.

Yang luar biasa, di mata saya, salah satu kelompok yang dibidiknya sejak dua pekan lalu adalah anggota pelindung masyarakat (linmas). Entah sengaja atau memang sudah niat, bidikannya tepat sasaran. Di saat linmas lagi galau isentif tak cair-cair, puncuk dicinta ulam tiba.

Lumayan, mereka menenteng pulang sembako pakai tas bergambar ketua partai yang dipanggil Kyay Mirza. Keluarganya pasti menyambut girang dan bertanya, siapa ini Pak? Jawabannya sudah pasti ini Kyay Mirza. Pas bidikannya, ketika serumah berkomentar: baik ya, muda, ganteng lagi.

Sering-sering begini, sekitar 4000 linmas yang diangkat Wali Kota Herman HN (2010-2015 dan 2016-2021) menjelang Pilwalkot 2020 yang kemudian dimenangkan istrinya, Eva Dwiana, bisa pindah ke lain hati. Bunda Eva masih punya kesempatan satu periode lagi, masih bisa bagi-bagi beras dan umroh dari APBD.

Ibu-ibu yang sudah lama tak diajak pengajian lagi bisa-bisa jatuh cinta dengan Mirza, anak muda kaya yang alim, putra kontraktor besar Faisol Djausal, keponakannya akademisi dan penggiat sosial, budaya, seni, dan ferosemen terkenal Anshori Djausal.

Mirza kepada saya sudah jauh-jauh hari menyatakan siap tempur buat BE-1 Kota Bandarlampung. Dia paham betul bagaimana menggerakan organisasi, menggerakan orang-orang, progresnya terpantau secara digital. Cek markasnya, selalu ramai.

Sebagai juara bertahan, incumbent, Bunda Eva agaknya jeli juga dengan bidikan Kyay Mirza. Entah terkait atau tidak dengan gerilya balatentara Mirza yang terus bergerak hingga malam tadi, Bunda Eva mengumpulkan tak hanya linmas, tapi juga ketua RT, kepala lingkungan (kaling), Babinsa, dan Bhabinkamtibmas, Senin (29/05/2023).

Sambil mendengarkan pesan-pesan Bunda Eva agar terus menjaga ketertiban masyarakat, dana operasional mereka cair. Semoga dana insentif yang diberikan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kepada masyarakat dan menjaga keamanan di wilayahnya, ujar Sang Bunda.

Bunda Eva mengerahkan pada perwiranya untuk melihat pembagian isentif tsb: Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra, Inspektur, Kepala BPKAD, Kepala BPBD, Kepala Dinas PU, Kepala Dinas Damkar, Kepala Dinas Perhubungan, Plt. Kepala Dinas Sosial, Plt. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Kepala Satpol PP, Kepala Bagian Tata Pemerintahan, Plt. Kepala Bagian Kesra, Dirut Bank Waway, Camat, Lurah dan Capus terkait.

undefined

Eva Dwiana bagikan insentif Senin lalu (Foto Ist)

Yah, Wikipedia bilang: Pertempuran kota merupakan sebuah pertempuran yang berlangsung di sebuah kota atau sebuah wilayah perkotaan. Pertempuran kota itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari sejarah perang. Tentu saja kota adalah pusat kekuasaan.

Dan yang pasti, pertempuran kota "door to door, dari gedung ke gedung, dari rumah ke rumah, dari pasar ke pasar, dari pengajian ke pengajian, dan alhamdullilah rakyat merasakan kembali perhatian, semua melongok ke rumahnya, memastikan mereka ada di pihaknya, genjot teruuus. Selamat berkompetisi dan jangan sekilit ya?

* Jurnalis