bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Naniek S Deyang: Mantu Konglomerat Girang Ganjar jadi Capres, Prabowo Masih Menakutkan, Mbak Puan Dihadang Jadi Ketum

Helo Jabar - Nasional -> Politik
Rabu, 26 April 2023 09:52
    Bagikan  
Naniek S Deyang: Mantu Konglomerat Girang Ganjar jadi Capres, Prabowo Masih Menakutkan, Mbak Puan Dihadang Jadi Ketum

Kolase foto Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. (Foto: ist)

JAKARTA, HELOINDONESIA.COM ? Hampir berbarengan beredarnya tulisan Panjang Prof Denny Indrayana soal penentuan capres 20224, muncul pula tulisan Naniek S Deyang di media sosial, terkait Pilpres juga. 

Kalau tulisan Panjang Prof Denny Indrayana memakai judul, yakni: Bagaimana Jokowi Mendukung Ganjar, mencadangkan Prabowo, dan Menolak Anies; tulisan Naniek S Deyang tanpa judul.

Kalau tulisan Denny Indrayana memunculkan berbagai sumber, tulisan Naniek S Deyang hanya menggunakan satu sumber utama, yakni Mantu konglomerat, tanpa menyebut nama. Dia bertemu di rumah mantu konglomerat di Solo. Itu salah satu rumahnya.

Dalam tulisannya, Naniek S Deyang mengungkapkan betapa girangnya sang mantu konglomerat itu ketika Ganjar Pranowo ditunjuk jadi capres PDIP oleh Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. 

Juga disebutkan para oligarki (konglomerat) betapa Prabowo masih menakutkan dan suatu saat bisa melindas oligarki kalau jiwa NKRI-nya keluar. Akan halnya terhadap Anies Baswedan menurut mantu konglomerat itu sebenarnya tidak ada masalah, hanya masih riskan dengan pendukungnya, kelompok Islam garis keras.

Yang terungkap lagi, menurut mantu konglomerat, dalam memilih Ganjar Pranowo, Megawati ditekan tiga kelompok di PDIP. Intinya Bu Mega ditekan tiga orang dekatnya, kalau tidak memilih Ganjar, maka  Mbak Puan akan dihadang menjadi Ketum PDIP. Di bawah ini tulisan yang beredar di medsos, dengan nama penulis Naniel S Deyang.

***

Naniek S Deyang

MESKI tertatih -tatih saya menulisnya dan tdk semua saya bisa  saya tulis, semoga ini bisa menjadi pengetahuan, bahwa  2024  Pilpres dan Pileg masih milik Oligarki, dan para pejabat penikmat kekuasaan yg ingin terus langgeng.

Roda ban mobil saya baru memasuki wilayah Boyolali -Jateng, waktu seorang mantu konglomerat bolak -balik WA, tanya saya sampai dimana?

Seolah dia tidak sabar membagi kebahagiannya yg membuncah setelah Ketua PDIP Megawati Sokarno Puteri menetapkan Ganjar Pranowo sebagai Capres dari PDIP.

Padahal beberapa bulan belakangan, sebelum Mega mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai Capres, beberapa kali bertemu , saya lihat wajahnya masih "masam", lantaran berbagai manuver dilakukan para oligarki dan lembaga survei belum menggoyahkan hati Bu Mega menetapka  Ganjar sebagai Capresnya.

Saya berkawan sangat lama dengan mantu konglomerat ini, bahkan sebelum jadi mantunya konglomerat , yaitu saat dia sekolah broadcast di Amerika. Kala itu sang Camer mau mengambilalih sebuah stasiun TV. Dia melihat saya sebagai  orang media yg  ulet dan mau membajak saya. Sayang TV tersebut keburu jatuh ke HT.

Kembali ke laptop, akhirnya kaki saya mendarat di rumahnya yg entah rumahnya yg  ke berapa  yg di Solo, karena rumahnya memang hampir ada di setiap kota besar. Saya disambut dengan gembira."Woe mbakyuku minal aidin ya, maaf lahir bathin pokoknya," ujarnya nyerocos dengan suara riang.

Pilihan boleh beda tapi kami tetap hopeng, dua kali Pilpres selalu saya kalah dan dia suka membully saya, tapi saya gak mutung ( marah), itu yg membuat kawan saya ini respek pada saya, dan kita tetap bersahabat. "Mbak kon iku koyok tentara pantang menyerah ( Mbak Anda itu seperti tentara pantang menyerah) " katanya kalau membully saya, dan saya bergeming.

Kami menikmati makan malam , berjam -jam , dan intinya dalam makan malam dia yakinkan saya PDIP bakal hattrick  sebagai partai pemenang Pemilu, soalnya modalnya banyak , dan para konglomerat akan menggerakkan karyawan , buruh dan keluarganya  untuk  memilih PDIP.

Dia juga bercerita para konglomerat dan para pejabat ( gak enak saya nyebutnya dan tentu berbahaya), akhirnya bisa bernafas lega, setelah Ganjar ditunjuk Bu Mega dan merela para konglomerat ( saya menyebutnya oligarki) berusaha keras bagaimana untuk bisa memenangkan Ganjar, seperti saat memenangkan Jokowi.

Saya bertanya mengapa Bu Mega akhirnya nyerah pilih Ganjar? ( saya gak bisa gamblang menulis ya di medsos), tapi intinya Bu Mega ditekan tiga orang dekatnya, kalau tidak memilih Ganjar, maka  Mbak Puan akan dihadang menjadi Ketuam PDIP. Jadi "deal" nya Mbak Puan Jadi Ketum PDIP? Yap! "Ibu mau pencalonan Mbak Puan sebagai Ketum PDIP mulus seperti saat SBY mewariskan partainya ke AHY," kata teman saya.

Jadi di PDIP sendiri , memang terbelah dua, yaitu barisan pendukung Ganjar dan  barisan pendukung Mbak Puan, barisan pendukung Ganjar lebih solid karena dimotori orang dekat Bu Mega sendiri dan sangat berpengaruh.

Kemudian ada skenario baru dari para oligarki , Ganjar gak jadi dipasangkan dengan Erick Thohir, karena disadari oleh para konglomerat  suara  Islam masih jadi penentu , kalau pasangannya Ganjar -Erick maka tidak akan membawa suara Islam, maka Sandi Uno pilihan tepat. Sandi dianggap bisa menambang suara Prabowo dan Anies, itu sebabnya diatur oleh oligarki dan King Maker, agar Sandi meninggalkan Gerindra dan bergabung ke Partai Islam. Apalagi Sandi selama ini memang selama ini sdh besar di antara para oligarki.

Lha  kan Erick  separuh darahnya  China? Kenapa nggak kalian pertimbangkan? "Politik itu aslinya gak ada urusan ras, tapi bagaiman kami bisa tetap menguasai seperti selama ini" jawabnya singkat.

Saya nanya Pak Prabowo , teman saya tertawa -tawa , "susah Mbakyu, Prabowo itu buat kami orang Chinese masih menakutkan dan kartu mati. Dia darahnya terlanjur merah putih susah diubah. Dia akan pura2 baik sama kami, tapi nanti kami akan dilibas, saat jiwa patriotismenya muncul," katanya sambil menyebut yg saya juga gak bisa tulis di medsos karena sensitif. 

Intinya oligarki tidak mau sampai kapanpun Prabowo jadi presiden , kepentingan politik besar mereka dan kepentingan bisnis mereka akan berantakan kalau sampai Prabowo menjadi presiden. Mereka juga tidak suka dengan keluarga Pak  Prabowo yg dianggap akan "merepotkan" bisnis mereka, karena lebih berkawan dengan barat, Amerika tepatnya.

Lalu Anies? Sebetulnya tidak terlalu bermasalah buat mereka, karena buktinya Anies bisa bermain dengan para pemilik proyek reklamasi , dimana reklamasi itu sekarang menjadi lambang kebanggaan para oligarki, karena sdh bisa membuat kawasan pecinan baru yg lebih luas . Hanya mereka tidak suka dengan Islam garis keras yg mendukung Anies, dan juga kroni JK dan Surya Paloh.

Lalu bagaimana untuk bisa memenangkan Ganjar -Sandi? Maka akan dibuat hanya dua pasang saja yg masuk arena pertarungan Pilpres , yaitu Ganjar - Sandi vs Prabowo -Airlangga.

Mengapa bukan Prabowo vs Imin? karena Cak Imin masih terlalu kuat utk menarik masa NU , jadi Prabowo harus dipasangkan dengan yg paling lemah yaitu Airlangga Hartarto. Cak Imin akan ditekan pakai   kardus durian.

Dengan Ganjar -Sandi vs Prabowo - Airlangga, nanti akan dibuat kampanye orang2 muda melawan orang2 tua."Dah selesai itu Mbak, 70 persen pemilih kita orang muda," katanya enteng.

Meski sebetulnya hampir semua makanan yg saya makan mau keluar, saya tahan dengan sekuat tenaga utk tdk muntah. Saya marah, dan semua campur aduk jadi satu. Tapi saya tidak berdaya, dan saya hanya manggut2. "Jadi biar gak kalahnya hatrick , Mbak Deyang ikut kita aja," bujuknya sambil terbahak.

Jarum jam menunjukkan hampir pukul 23.00, saya pamit dan menyalaminya sambil mengatakan, "meski dua kali doa saya belum dikabulkan Allah SWT, kasih kesempatan saya untuk berdoa lagi, semoga keajaiban seperti kasus Sambo terjadi pada Pilpres  2024, meski demikian terimakasih untuk tawarannya bergabung, akan saya pikirkan," kata saya sambil pamitan pulang. (*)

(A Winoto)