Helo Indonesia

Pemuda Misterius Sindir Unila dan UIN RIL Bungkam Indonesia Darurat Demokrasi

Herman Batin Mangku - Nasional -> Politik
Sabtu, 3 Februari 2024 12:21
    Bagikan  
DARURAT DEMOKRASI
Helo Lampung

DARURAT DEMOKRASI - Sekelompok pemuda aksi di depan Unila dan UIN RIL (Foto Damar/Helo)

LAMPUNG, HELOLAMPUNG.COM -- Sekelompok pemuda misterius menyindir Universitas Lampung (Unila) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Radin Inten II yang tak bersuara atas kondisi Indonesia yang "Darurat Demokrasi".

Mereka aksi di Bundaran Tugu Air Mancur Unila dan halaman depan Rektorat UIN Raden Intan Lampung, Jumat malam (2/2/2024).

Kampus-kampus besar di Indonesia seperti UI, UII, UGM, UNHAS, UNPAD dan UNAND sudah menyampaikan sikapnya melawan soal kesewenang-wenangan penguasa hari ini.

Dengan memakai kostum warna merah serta topeng pelukis Salvador Dali, beberapa pemuda misterius ini membawa pamflet yang menggugah betapa mengkhawatirkannya demokrasi di Indonesia saat ini.

Damar selaku konseptor gerakan mengatakan bahwa aksi malam ini diinisiasi oleh kelompoknya yang dinamakan Lingkaran Kecil. "Kami menamai kelompok ini dengan Lingkaran Kecil," kata Damar, inisiator aksi

Dipilihnya topeng wajah Salvador Dali, katanta, simbol pemberontakan. Lingkaran Kecil ingin memberikan peringatan kepada mahasiswa dan kampus-kampus yang ada bahwa kondisi demokrasi sedang tidak baik-baik saja.

Damar juga menjelaskan secara tegas, aksi itu dalam rangka menyuarakan soal kekacauan sistem demokrasi Indonesia dengan realita pada hari ini.

"Hari ini, kami merasa ada hal yang harus disuarakan karena adanya kekuasaan yang dijalankan secara kesewenang-wenangan dan banyak hal yang dilanggar demi melanggengkan kekuasaan kelompoknya dan jelas itu tidak baik untuk pertumbuhan demokrasi bangsa," tegasnya.

Dirinya mengatakan beberapa kampus besar di Indonesia. Sudah menyatakan sikap soal kegagalan demokrasi yang dijalankan para penyelenggara negara.

Ia juga mengajak kepada seluruh elemen mahasiswa dan kampus-kampus yang berada di Lampung untuk menyuarakan hal ini dengan cara apapun sebagai bentuk kepedulian terhadap bangsa ini.

"Kita lakukan apa yang memungkinkan dengan menyuarakan cara seperti, kampanye di sosial media, diskusi, bahkan mobilisasi massa. Sampai pada akhirnya demokrasi dapat berjalan normal kembali pada koridor yang seharusnya dan tidak terjadi kesewenangan atas nama kekuasaan" tutupnya. (HBM)