Helo Indonesia

Jangan Salah Pilih Pileg-Pilpres, Ada Standar dan Konsekuensi Akherat

Herman Batin Mangku - Nasional -> Politik
Sabtu, 27 Januari 2024 11:53
    Bagikan  
Gufron Aziz Fuadi
Gufron Aziz Fuadi

Gufron Aziz Fuadi - Gufron Aziz Fuadi

Oleh Gufron Aziz Fuadi*

SEBENTAR lagi kita memilih anggota legislatif serta presiden dan wakilnya pada 14 Februari 2024. Karena itu gunakanlah hak kita dalam pemilu dan pilpres secara benar dan bertanggung jawab. Sebab nanti akan ditanya dan akan dimintai tanggung jawabnya oleh Allah di akhirat.

Janganlah berfikir apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari tidak ada hubungannya dengan pertanggung jawaban kita kepada Allah di akhirat. Termasuk saat kita pemimpin dalam pemilu dan pilpres.

Sebagian kaum muslimin beranggapan bahwa urusan politik dan bisnis adalah urusan dunia yang tidak ada kaitannya dengan urusan akhirat. Tidak ada urusannya dengan agama. Agama adalah politik identitas yang sudah usang. 

Oleh karena itu, tidak ada kaitannya dengan halal dan haram serta dosa dan pahala. Padahal Islam tidak pernah memisahkan urusan dunia dan urusan akhirat. Keduanya memiliki keterkaitan. 

Itulah maka kita sering berdoa Robbana atina fidunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina adzabannar. Yang artinya: Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Dan lindungilah kami dari siksa neraka.

Begitupun dalam salat, sebagian besar kita sering mengutip ayat 162 surat al An'am:

{ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِی وَنُسُكِی وَمَحۡیَایَ وَمَمَاتِی لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ }

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,

Tinggal sekarang bagaimana menyeleksi banyak pilihan caleg dan sepasang dari tiga calon presiden dam wakil presiden. Mari kita merujuk pada pesan-pesan dari Alquran dan Hadis berikut ini:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:

(1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”

Dalam hadits di atas yang menempati urutan nomor 1 adalah pemimpin yang adil. Karena seorang pemimpin yang adil akan menegakkan hukum, menciptakan keamanan dan akan membawa kesejahteraan masyarakat banyak.

Pertama, memiliki integritas, satunya kata dengan perbuatan, sebagaimana ditegaskan dalam Alqu’an surat ash-Shaff ayat ke-61:

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.'

Kedua, amanah dan menepati janji.

Allah berfirman dalam surat al-Anfal ayat ke-8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."

kalimat:  ا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِيْنَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهْ 

Tidak beriman orang yang tidak dapat menjaga amanah dan tidak beragama orang yang tidak menepati janji. (HR. Ahmad)

Amanah adalah bisa dipercaya atau terpercaya. Amanah adalah kepercayaan yang diberikan seseorang untuk dipelihara dan dijalankan sebaik mungkin. Jadi, kata Quraisy Syihab, amanah adalah sifat seseorang yang mampu menjaga dengan sebaik mungkin kepercayaan yang diberikan kepada orang tersebut, sehingga, orang tersebut bisa dipercaya oleh orang-orang atau suatu komunitas di sekitarnya.

Untuk bisa dipercaya mengemban tugas dan pekerjaan yang diamanatkan,seseorang harus:

1. Memiliki moral yang jujur dan suka tidak menipu.2

2. Memiliki kemampuan untuk bekerja atau megerjakan tugas yang dibebankan. Hal ini terkait dengan kapasitas intelektualnya, kematangan emosionalnya maupun kemampuan fisiknya.

Tanpa moral dan kapasitas yang memadai, amanah yang kita titipkan tidak akan dilaksanakan dengan baik. Baik karena orang itu tidak jujur atau karena dia tidak mampu karena undercapacity.

 Allah berfirman:  وَلَا تَقۡفُ مَا لَیۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولࣰا }Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu (atau melakukan sesuatu) yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (Al Isra:36)

Sekali lagi, gunakanlah hak kita dalam pemilu dan pilpres secara benar dan bertanggung jawab. Sebab nanti akan ditanya, akan dimintai tanggung jawabnya oleh Allah di akhirat kelak.

* Ustadz dan Pengamat Sosial Politiki di Akherat

Oleh kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.'

Kedua, amanah dan menepati janji.
Allah berfirman dalam surat al-Anfal ayat ke-8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."

kalimat:  

 لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِيْنَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهْ 

Tidak beriman orang yang tidak dapat menjaga amanah dan tidak beragama orang yang tidak menepati janji. (HR. Ahmad)

Amanah adalah bisa dipercaya atau terpercaya. Amanah adalah kepercayaan yang diberikan seseorang untuk dipelihara dan dijalankan sebaik mungkin. Jadi, kata Quraisy Syihab, amanah adalah sifat seseorang yang mampu menjaga dengan sebaik mungkin kepercayaan yang diberikan kepada orang tersebut, sehingga, orang tersebut bisa dipercaya oleh orang-orang atau suatu komunitas di sekitarnya.

Untuk bisa dipercaya mengemban tugas dan pekerjaan yang diamanatkan,
seseorang harus:
1. Memiliki moral yang jujur dan suka tidak menipu.
2. Memiliki kemampuan untuk bekerja atau megerjakan tugas yang dibebankan. Hal ini terkait dengan kapasitas intelektualnya, kematangan emosionalnya maupun kemampuan fisiknya.

Tanpa moral dan kapasitas yang memadai, amanah yang kita titipkan tidak akan dilaksanakan dengan baik. Baik karena orang itu tidak jujur atau karena dia tidak mampu karena undercapacity.

Allah berfirman:

{ وَلَا تَقۡفُ مَا لَیۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولࣰا }

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu (atau melakukan sesuatu) yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (Al Isra:36)

Sekali lagi, gunakanlah hak kita dalam pemilu dan pilpres secara benar dan bertanggung jawab. Sebab nanti akan ditanya, akan dimintai tanggung jawabnya oleh Allah di akhirat kelak.

* Ustadz dan Pengamat Sosial Politik