Helo Indonesia

Jelang Pilpres 2024, Politik Pencitraan Tak Lagi Efektif

Jumat, 6 Oktober 2023 21:14
    Bagikan  
 A

A - Antonius Benny Susetyo saat menjadi narasumber dalam sebuah diskusi di Semarang

JAKARTA, HELOINDONESIA.COM - Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) mengadakan diskusi media bertajuk “Membahas Isu Politik Aktual” di Kantor Formappi, Matraman, Jakarta Timur, Jumat 6 Oktober 2023,
Acara ini bertujuan untuk membahas isu-isu politik terkini dan berbagai dinamika dalam proses menuju Pesta Demokrasi di 2024 .

Agenda tersebut diharapkan terjadi diskusi media yang relevan dan mendalam hingga masyarakat mengerti bagaimana seharusnya bersikap dalam menghadapi persaingan politik yang semakin menghangat.

Baca juga: Menko Luhut BP Dilarikan ke Rumah Sakit, Harus Istirahat Total


Dalam diskusi yang diselenggarakan secara hybrid ( luring dan daring) melalui media chanel YouTube Formappi ini, Doktor Ilmu Komunikasi Politik Antonius Benny Susetyo sebagai pembicara utama menyoroti tentang fenomena perubahan dalam cara masyarakat memilih pemimpin.


Dia mengungkapkan, strategi politik pencitraan,yang mengetengahkan identitas dan simbol simbol dalam Pilpres 2024, kemungkinan besar tidak akan efektif lagi. Ini dikarenakan masyarakat kini memiliki pola pikir yang berubah.

"Politik citra akan habis dengan sendirinya, karena rakyat punya kecerdasan luar biasa dan rakyat bosan akan pengagungan identitas tanpa hasil yang jelas dan bermanfaat bagi rakyat," tegas Benny.

Baca juga: Harapan Para Kiai di Bekasi Raya ke Ganjar: Menangi Kontestasi Pilpres, dan Terapkan Konsep SMKN Jateng di Ponpes

Menurutnya, ada satu tolak ukur yang sangat dalam dalam menentukan pemimpin, yaitu pentingnya pemimpin yang memiliki "roso," yang berarti "rasa" atau empati terhadap rakyat.

"Pemimpin yang punya roso adalah mereka yang berusaha untuk bersama rakyat. Mereka memiliki kedekatan, komunikasi yang tidak kaku, dan tidak ada resistensi dalam interaksi mereka," ungkap Stafsus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.

Pertimbangkan 'Roso'

Lebih lanjut, budayawan tersebut mengajak masyarakat untuk mempertimbangkan “roso” dalam memilih pemimpin. Ia percaya bahwa pemimpin yang memiliki "roso" akan lebih mampu memahami dan merespons kebutuhan serta aspirasi rakyat dengan lebih baik.

Baca juga: Ndalem Wongsorogo, Pesantren sekaligus Rumah Kebudayaan Pertama di Kendal

"Karena itu yang harus dilihat rakyat kecil, yaitu roso. Bongkar budaya kepalsuan. Pemimpin itu lahir dari sebuah gagasan, tentang apa yang menjadi keluh kesah rakyat. Di situ ada semacam daya magis," tambahnya.

Menutup paparannya, Benny Susetyo menegaskan bahwa kesadaran rakyat untuk menjadi pemilih yang kritis semakin terbentuk melalui informasi yang mereka peroleh melalui media digital dan dialog publik.

Dia menyimpulkan bahwa masyarakat akan lebih cenderung memilih pemimpin yang memiliki akar dan kedekatan emosional dengan rakyat, serta memiliki kemampuan untuk membaca kebutuhan dan keprihatinan mereka, memberikan solusi yang tepat, dan menarik hati serta mendapatkan simpati rakyat. (Aji)