bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Pengamat: Airlangga Bikin Koalisi Besar, Golkar Membaca PDIP Tak Mau Ikut Gabung

Helo Jabar - Nasional -> Politik
Senin, 3 April 2023 11:00
    Bagikan  
Pengamat: Airlangga Bikin Koalisi Besar, Golkar Membaca PDIP Tak Mau Ikut Gabung

Para ketua umum parpol pendukung pemerintah hadiri pertemuan di Markas PAN, dihadiri Presiden Jokowi, Minggu. (foto: DPP PAN/HIL)

JAKARTA, HELOINDONESIA.COM ?  Tidak hadirnya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada pertemuan para Ketua Umum Partai politik pendukung pemerintah mengadakan pertemuan di markas PAN, yang juga dihadiri Presiden Jokowi, Mingu 2 April 2023, mendapat sorotan publik.

Selain Megawati, Ketua Umum Surya Paloh tidak hadir, karena tidak diundang. Dalam pertemuan ini tampak hadir Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Plt Ketua Umum PPP, Mardiono

Pengamat politik Rocky Gerung mengatakan, tentang tidak hadirnya Megawati, sinyal pertama yang dapat ditangkap, bahwa perang masih terus berlangsung, Megawati tidak hadir, karena menang tidak ingin bertemu dengan Jokowi.

?Poin utama memang Ibu Mega tidak ingin bertemu Jokowi, sehingga melarang hadir siapa pun, termasuk Sekjen. Ini Perang baru, kita tunggu siapa yang ikut perang baru ini, siapa yang di kubu Jokowi dan siapa yang ikut Megawati. Kan semua orang mengintai, jangan-jangan Jokowi yang kalah,? kata Rocky Gerung dalam Rocky Gerung official.

Dalam pembicaraan yang ada, Airlangga Hartarto mengatakan akan ada koalisi besar, koalisi besar tidak menyertakan PDIP. Menurut Rocky Gerung, sangat mungkin Golkar menganggap ini sudah saat terakhir dan  kepastian PDIP tidak mungkin ikut gabung dalam koalisi itu. 

?Dan bagi Golkar dia justru memimpin koalisi itu tanpa diganggu PDIP. Kan kalau dengan PDIP transaksinya panjang, kalau dengan partai lain ya gampanglah, lebih mudah betransaksi dengan partai lain yang ada di koalisi bersar ketimbang dengan PDIP,? katanya. 

Hl seperti itu, lanjutnya, yang memungkinkan kita membaca kepastian-kepastian politik, ini berdampak ke koalisi lain, seperti wapresnya Anies harus dikocok ulang. Demikian juga, Prabowo mungkin melihat sinyal,  ya tunggu saja apakah Golkar yang mendekat, atau kalau di hari-hari terakhir tetap saja ada cadangan yaitu PDIP. Jadi Gerindra lebih pragmatis. Lebih stabil Gerindra dibanding yang lain.

Rocky juga mengatakan, kelihatannya Jokowi paham akhirnya soal kondisi yang ada,dan mungkin ya sudah hitung ulang.  ?Saya kira ada bocoran intelijen bahwa Megawati akan ngambek terus, Golkar juga paham itu. Sehingga diambil keputusan, ya sudah singkirkan saja PDIP,? tuturnya.

Kalau koalisi besar terjadi, maka PDIP akan jalan dengan idenya sendiri, dan itu konsisten dengan pikiran Mega yang mungkin tidak perlu koalisi,  kami mampu untuk ajukan calon sendiri.

?Itu juga lebih bagus. Jadi Mega bilang saja, kami apapun  nggak akan ikut koalisi-koalisi, apalagi yang dipimpin Jokowi. Jadi lebih mudah, ucapkan itu sebagai dalil, sehingga publik tahu, oke PDIP punya harga diri, PDIP punya integritas, mau kalah mau menang, nanti dulu, yang pentign PDIP sudah kasih tahu dia akan calonkan  dari dalam, dan itu berarti Puan Maharani,? jelas Rocky Gerung.

Sehingga, lanjutnya,  Prabowo juga dapat sinyal, kalau begitu tidak bisa dong ambil Puan jadi cawapresnya. Jadi Prabowo paham mungkin Airlangga yang jadi di situ, untuk Wapres.

?Jadi itu lebih enak, supaya duelnya lebih jelaslah, daripada saling tukar tambah, saling kirim-kiriman sinyal,  sementara rakyak maunya sinyalnya bukan politik, sinyalnya harga beli, sinyalnya adalah harga beras, sinyalnya kebutuhnan pokok,? katanya. 

?Kan itu yang harus kita bedakan. Kan persaingan para elit itu setiap 20 menit bisa berubah kok, tapi hak rakyat untuk mendapat kemakmuran tidak boleh ditunda menunggu persaingan elit itu selesai,? jelas dia.

(A Winoto)