Kekerasan Terhadap Perempuan Ibarat Gunung Es, Perempuan Harus Berani Adukan ke Polisi

Kamis, 22 Agustus 2024 16:01
Kekerasan terhadap perempaun bisa dicegah, bila mereka berani speak-up. Ist.

JAKARTA, HELOINDONESIA.COM - Kekerasan terhadap perempuan tak pernah ada habisnya, seperti mereka alami saat mengikat asmara atau pun setelah mengarungi hidup berumah-tangga.

"Fakta yang terlihat seperti gunung es. Jumlahnya kecil di permukaan. Tapi, bila digali ke dalam semakin banyak perkara kekerasan yang terjadi di masyarakat," kata Wakapolres Metro Jakarta Barat AKBP Teuku Arsya Khadafi kepada wartawan, pada Kamis (22/8/2024).

Dia katakan, banyak kasus lainnya tersembunyi dan tak tertangani dengan baik. Salah satu kasus yang mencuat adalah penganiayaan yang dialami perempuan berinisial A (20) di sebuah hotel di Cengkareng, Jakarta Barat, pada 11 Juli 2024 lalu.

Penganiayaan tersebut dilakukan oleh kekasihnya sendiri, MB als Bintang yang masih remaja, berusia 20 tahun.

Wakapolres Arsya mengatakan, bahwa pihaknya menggandeng berbagai pihak terkait guna membantu pemulihan korban, baik secara fisik maupun mental.

"Kami menggandeng stakeholder terkait, yang juga kemudian membantu dalam proses pendampingan dan upaya-upaya mengembalikan kesehatan korban," ujarnya.

Pihaknya telah menggandeng psikolog Universitas Pancasila Maharani Putri Langka untuk berkolaborasi menangani masalah kekerasan yang dialami kaum hawa ini.

Menurut Maharani, pelaporan tindak kekerasan sangat penting untuk memicu keberanian korban-korban lain datang melapor. Menyinggung laporan yang disampaikan oleh A, yang berani mengungkap kekerasan yang dialaminya kepada polisi.

"Ini bisa mengurangi ketakutan yang dirasakan para korban. Akses yang semakin terbuka dan laporan yang semakin mudah bisa menjadi jalan untuk memutus rantai kekerasan," tutur Maharani di Polres Metro Jakarta Barat.

Maharani menekankan pentingnya keberanian untuk melaporkan kekerasan agar tidak terjadi lagi.

"Kasus ini menjadi contoh bahwa korban sekarang harus mulai berani melaporkan, karena jika tidak, kita tidak bisa memutus rantai kekerasan," ucap Maharani.

Ia juga mengimbau, agar para orang tua lebih aktif berkomunikasi dengan anak-anak mereka untuk mendeteksi tanda-tanda kekerasan sejak dini.

"Keluarga, terutama orang tua, harus lebih sering berbicara dengan anak-anak mereka, karena hal seperti ini tidak boleh dihadapi sendirian," katanya.

Selain itu, Maharani meminta masyarakat untuk tidak membenarkan tindakan kekerasan dengan alasan-alasan seperti pelaku tidak sengaja atau sedang kelepasan emosi.

Ia mengingatkan bahwa perilaku kekerasan yang dibiarkan cenderung akan terulang kembali.

"Jika kekerasan sudah terjadi, sebaiknya dilaporkan. Jika belum berani melapor ke petugas, ceritakan kepada keluarga atau teman dekat," ujarnya

Maharani menekankan bahwa dalam perspektif apapun, kekerasan tidak dapat dibenarkan dalam hubungan.

"Mau apapun perspektifnya, kekerasan tidak bisa dilakukan terhadap pasangan atau orang lain. Jika sudah melewati batas, maka korban harus berani bicara untuk diri sendiri," kata Maharani mengakhiri.

Berita Terkini