Selamat Jalan Senator Topi Caping Anang Prihantoro, Panjang Umur Perjuangan

Rabu, 21 Agustus 2024 21:04
Anang Helo Lampung

LAMPUNG, HELOINDONESIA.COM -- Perlahan satu demi satu putra terbaik Lampung, pergi, untuk kembali. Kabar lara kembali sambangi, kali ini dari keluarga besar aktivis gerakan tani dan rakyat pedesaan cum politisi PDI Perjuangan, dan mantan senator Lampung, Anang Prihantoro.

Persis usai lipat sajadah Subuh berjamaah di rumah, pewarta memekik, mendapati bunyi masuk pesan singkat kiriman seorang warga Lampung Tengah, petani, yang mengaku seumur hidup takkan lupakan jasa sosok berjenama tenar, Senator Caping Gunung itu.

"Pak, aja kaget ya pak. Mas Anang Prihantoro wes lunga. (bahasa Jawa, "Pak jangan kaget ya pak. Mas Anang Prihantoro telah tiada"). Ninggal jam 4.30," luruh sang juru warta.

Dengkul lemas. "Telah berpulang ke rumah Bapa di Surga, Ir. Anang Prihantoro, Rabu, 21 Agustus 2024 pukul 04.30 WIB di Bandarjaya. Dengan kerendahan hati, kami memohon doa dan dukungan dari Bapak Ibu Saudara Saudari sekalian agar almarhum diterima di sisi Tuhan dan mendapatkan tempat yang mulia di surga," seliweran lain warta lara.

Berduka cita, "beliau humble, ramah dan baik. RIP untuk pak Ir. Anang Prihantoro," ujar CEO Dian Female Bandarlampung, Dian Pustika Syarifudin, pegiat UMKM kuliner, sekretaris bidang UMKM-IKM DPP APINDO Lampung, Rabu pagi.

Senada larung belasungkawa, Ketua Dewan Pertimbangan DPP APINDO Lampung cum Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia Lampung yang juga bos Disway Jakarta Grup, Ardiansyah karib Bang Aca. "Semoga amal baiknya selama ini mendapatkan ganjaran yang setimpal," takzim dia.

"Semoga almahum masuk sorga, Aamiin," timpal Bendahara DPP APINDO Lampung, pehobi otomotif cum Wakil Ketua Toyota Hardtop Club Indonesia (THCI) Lampung, politisi PAN, tokoh paguyuban etnis Keluarga Besar Batanghari Sembilan (KBBS) Lampung, 'Bang Haji' Darussalam.

"RIP. Mas Anang Prihantoro. Selamat jalan menuju keabadian di Rumah Bapa di Surga," sedihnya mantan wartawan politik Lampung Post, kini pegiat pendidikan, Kristianto.

Senada lainnya berat berucap selamat jalan, "Sugeng tindak bahagia bersama Bapa di Surga," doa pegiat gereja, Stasi Bunda Maria Padang Bulan Paroki St Josef (lainnya: Santo Yusup) Keuskupan Sufragan Tanjungkarang, di Pekon Fajar Esuk, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Albertus Agung Widi Utomo.

*Dari Remaja Karang Taruna-Aktivis Gereja, Ke Senator Caping*

Pra-2008, publik Lampung relatif terbatas, mengenalnya. Mengenal sosok Jawa santun Katolik taat kelahiran Kampung Nambahdadi, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, 10 April 1965 silam ini.

Belahan jiwa Tri Sutrisminah sang istri, serta Age Rasanjani serta Finka Prasasti, buah hati pasangan ini. Tempat pertama penat hilang, setelahnya baru saat senyum petani sapa dia.

"Mil, sebejo-bejonya laki-laki, suami, ayah, itu ya senyum ibu, dan anak istri," Anang spontan ujaran lama satu dekade silam, lulusan SDN 1 Nambahdadi, SMPN 1 Gunung Sugih, SMAN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah, dan S1 Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) 1989 ini.

Mengaku tak pintar-pintar amat saat sekolah, hikayat Anang muda, pria dari latar belakang keluarga miskin ini pernah jadi ketua karang taruna di kampungnya tahun 1982-1986, sweet seventeen hingga usianya 21, pernah didaulat jadi Koordinator Kemaskalam kini Komunitas Mahasiswa Katolik Lampung medio 1986-1988.

Lalu dikenal aktivis gereja era 90-an, disitu pernah menjadi relawan Komisi Kepemudaan pada Keuskupan Sufragan Tanjungkarang ini, satu hari tertegun amanat sang Uskup Mgr Andreas Henrisusanta SCJ kala itu.

Yang kelak dia mangguti, tiada disadarinya kelak bakal menyeretnya bukan saja blusukan "gerojokan mlebu metu sawah" -meminjam istilah dia, tetapi lebih jauh lebih tinggi, ke ranah ambil kebijakan, panggung kedewanan, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

"Mil, Bismillah. Tak terusin perjuanganmu. Happy Wedding," gimana enggak mbrebes mili, demi membaca SMS Anang, "kado" tepat hari perkawinan pewarta, satu hari November 2008 silam. Disusul, sepaket pos kado fisik circa sepekan kemudian.

Ini usai sanggupi tantangan, nyaleg 2009, usai pewarta buka sejarah gagal prapendaftaran Pemilu Legislatif kamar DPD RI pertama 2004.

Tetapi dorongan moril Uskup jauh sebelum itu, agar Anang lebih organik, mengaktifkan diri di organisasi bercakupan lebih luas tak hanya lingkup gereja, yang secara sentimentil, presensi borjuis kecilnya mengatakan dirinya merasa bakal agak sedikit kurang nyaman sebab mesti sedikit banyak bersentuhan dengan jejaring non gereja non Katolik, nun akhirnya dia luluh juga, berkeputusan berani way out dari zona nyaman itu.

Dan pada akhirnya berbalik gembira lakoni hari-hari kesalehan sosial selain kesalehan spiritual dia, selain bekal ilmu kuliah, lantas bersua alamat: Serikat Tani Indonesia.

Organisasi rakyat, penggerak pemberdaya buruh tani, tani melarat berlahan dibawah dua hektare (peasant), tani miskin, tani kecil, dan wirausaha tani berbasis di Lampung. Di situ, Anang berkeringat. Berbagi ilmu, berbagi mau. Dimana ada kemauan di situ ada jalan.

Bikin kepincut jejaring simpul, singkat cerita jadilah dia kemudian hingga dua periode, Ketua Umum Serikat Tani Indonesia (Sertani) kurun 2006-2008 lanjut 2008-2013 itu.

"Mil, besok aku turun," demikian kekira bunyi SMS masuk dia, membiasa, tiap jelang Serikat ber-agenda. Anang karib dengan kata aksi massa. Beradvokasi, selain mandiri pangan, mandiri 'mangan' (makan, terminologi dia untuk menjelaskan pentingnya keharusan dari oleh untuk petani), serta mandiri 'sikil' (kaki, terminologi dia lainnya demi untuk merujuk spirit ajaran Trisakti Soekarno.

Bekal ilmu, bekal sugesti magis dia kepada sekian banyak simpul massa kelompok tani tentang kemauan bersama bekerja bersama gapai kemakmuran kolektif, itu pula lantas yang jadi senyatanya bekal sosial sekaligus modalitas politik Anang terima mandat organisasi guna mau maju, nyaleg Pemilu.

Hingga nama diri dan foto unik dia kenakan topi bundar lancip ujung tengah atas: 'caping' gunung, mampu mempesonakan keterpilihan dia sandang status menang terpilih terlantik jadi anggota DPD/MPR RI 2009-2014 dapil Lampung dengan raihan 200.502 suara.

Sadar senator sadar pesohor, hari-hari Anang berikutnya kian bertumbuh -banyaknya hasil advokasi petani berbuah keberdayaan, kian bertumbuk -bela mati petani kaya strategi, dan yang sungguh amat dia sukai, istilah populer tokoh kiri Indonesia Tan Malaka: "terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk".

Kelak dia pun pernah berkisah romansa, ulah sibuk padatnya membersamai rakyat tani, hingga dia pun menjadi mahfum 'dicurhati' sang istri musabab berkurang jauhnya quality time bareng keluarga, nun seperti pernah dia terpingkal terkekeh ceritakan, dia punya juga resep jitunya, hehehe.

Sisi lain menarik dia soal tani ber-petan-i (dari kata dasar 'petan' untuk merujuk aktivitas jadul mencari kutu rambut dengan bantuan tangan orang lain), jadi hal bikin geleng kepala tetanda salur atas jerih pemuliaan Anang berikutnya. Dia, tetapinya, enggan dibilang aji mumpung. Dia lebih suka istilah, ajian sambung rasa.

Bersama tim kerja inisiasinya, Anang kerap riset swadiri cara sederhana, mudah murah 'mudheng' katanya, melesatkan kesejahteraan sosial ekonomi kaum tani binaan dan basis konstituen, melalui penaikan pendapatan bersih usaha tani per musim panen, yang disitu pulalah dia menarik simpul justru faktor ketergantungan petani terhadap apa pun namanya bantuan atau subsidi pemerintah, itu dia senyatanya biang keladi runtuhnya integritas kaum tani yang jadi menghamba, jadi manja. Musuh kemandirian, silang Anang.

Petani padi berkapasitas panen 5-6 ton gabah per hektare sawah produktif, misal, berpotensi menaikkan kapasitasnya hingga menjadi 8-10 ton per hektare melalui tata kelola usaha pertanaman berbasis kearifan lokal andalannya dan itu gratis dia getok tularkan setiap kali ada kesempatan.

Tak heran, jika rakyat tani, warga kampung perkampungan petani, acap bersua Anang santai nyore di tegalan sepetak dua petak sawah mereka, transfer ilmu.

Jangan harap melihat Anang, atau barang sedikit foto bersama dia latar wah mobil mewah. Lantaran lagi dan lagi hanya ada dijumpai Anang juga motor butut kesayangan.

Jauh dari gemerlap, jauh dari pencitraan. Senada rumah pribadinya, mobil Kijang Innova miliknya dapat hasil kredit, tanpa agunan pisan, seperti diakuinya kemudian setengah terpaksa dia beli karena memang kebutuhan, untuk kinerja operasional belaka seiring meningginya mobilitas dia, dari satu, ke lain kelompok tani.

Anda percaya, seperti kalau orang sekarang bilang viral, Anang pernah hangat dibincang publik pada 2010 silam, saat mengaku harta benda kekayaan dia minus Rp325 juta?

Untuk pengingat, saat itu circa pertengahan Maret, Rapat Paripurna DPD RI membacakan total harta kekayaan (yang telah dilaporkan ke KPK) milik 124 dari 132 anggota DPD RI 2009-2014.

LHKPN Anang, Nomor NHK 96576 tertarikh 8 Desember 2009, total hartanya Rp148,4 juta. Utangnya Rp473,6 juta. Minus Rp325,1 juta. Bukankah dia punya rumah dan mobil? BPK RI, terang dia mengutip hasil konsultasinya, menyebut berhubung keduanya pas laporan LHKPN Desember 2009 berstatus kredit tak dihitung sebagai harta. Kredit rumah Anang, cicilan Rp4,1 juta per bulan, kelar Juni 2014. Kredit mobilnya, cicilan Rp7,8 juta per bulan, kelar Oktober 2013. Dia juga 5 hektare tanah, harga per 2014 sekitar Rp10 juta per hektare.

Satu hari siang bolong, sekadar berseloroh dia menelepon pewarta, berniat berhutang, "Dah baca koran belum. Aku semi pailit ini sekarang. Utangi aku Mil. Hahaha," gelak dia di ujung telepon, setelahnya derai tawa kami seolah tak berkesudahan. DPD kok kere, mau ngelamar model klip lagu pedangdut lawas Hamdani ATT, Termiskin Di Dunia, bunyi saling celetuk kami lainnya kala itu, 14 tahun lalu itu.

Tahun itu, sepanjang tahun, usaha partikelir gerai ponsel pewarta tengah ramai-ramainya. Candaan berhutang dia masa itu, kini justru pewarta yang berbalik berhutang kenangan.

Sebagai pemengaruh, Anang fasih berbicara dan beri contoh nyata ragam keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif pelestarian tradisi penggunaan benih tanaman lokal, dan pupuk organik mandiri.

Bersahaja, nun kaya solusi sederhana mudah murah 'mudheng' tadi itu, lantas satu-satunya beban dia ya cuma beban elektoral dalam hal melancarkan banyaknya kritik tajam kepada eksekutif terhadap penyakit laten kelangkaan pupuk terutama pupuk bersubsidi, misalnya.

Coba dengar dia, “Pilih mana, pupuk mahal tapi tersedia melimpah beli dimana aja mudah atau sebaliknya pupuk murah disubsidi sama pemerintah, jor-joran tapi di pasaran langka entah kemana ditimbun siapa," sesal dia, apatah lagi, "harga antar keduanya ibaratnya Karang-Teluk" (Tanjungkarang-Telukbetung, maksudnya tak terpaut jauh).

Ihwal jibaku kiprahnya membersamai kaum tani memimpin pergerakan rakyat tani, seperti pernah beberapa kali diungkapkan di media massa, Anang tak sekali dua menohok tabiat buruk negara yang kerap buat peraturan perundangan-undangan yang menurutnya justru lebih menguntungkan konglomerasi, jauh dari kata pro-peasant, propetani.

"Bayangkan. Subsidi pupuk dan benih kan katanya untuk petani, nyatanya itu hanya nguntungin pemodal. Sakit hati saya sudah cukup panjang dengan hal ini. Saya ingin tegaskan, pemerintah, tolong berhenti ganggu petani. Selama ini, negara hanya jadikan petani obyek aneka kepentingan," protes dia, sekalian berpendapat jikalau saja negara tak ganggu petani dengan tumpang tindih aturan itu, celakanya lebih prokapitalis, maka petani yang jumlahnya makin tahun makin sedikit ini, akan lebih cepat sejahtera.

“Saya suka bilang, bapak ibu tani, berhentilah berpikir untuk apa namanya, dapat bantuan dari pemerintah dalam bentuk apa pun, kecuali perlindungan sebagai warga negara, infrastruktur, kesehatan, perlindungan atas hak hidup, keamanan. Di luar itu, biar petani bekerja dengan daya kreativitasnya sendiri. Biar bertumbuh jadi petani berintegritas. Yang berdaulat. Yang menjaga kedaulatan pangan bangsa ini, tapi miris sering dilupakan. Mari berjuang, bekerja bersama mereka!” pesan bermakna dua, seperti pernah direportasekan jurnalis Stefanus P. Elu medio 2017 silam.

Stefanus, menyusul sesiapa pun lainnya, yang turut melongo bin takjub kiri-kanan cuci mata gratis, menyaksikan satu dari miliaran sisi unik petani melalui koleksi demi koleksi unik Anang di ruang kerja sang senator, di salah satu gedung kompleks parlemen Senayan Jakarta.

Dinding ruang kerja Anang, di kantor lembaga negara dia pernah duduk sebagai anggota Komite II DPD RI, juga Wakil Ketua Panitia Perancang Undang-Undang DPD RI, anggota Tim Litigasi DPD RI, dan Sekretaris Kaukus Bhinneka Tunggal Ika DPD RI itu, dipenuhi pajangan caping khas dari berbagai daerah, komplit yang kecil, sedang, paling besar, ada.

“Caping-caping ini saya dapat ketika saya kunjungan ke daerah. Kalau petani mau beri saya cinderamata, saya selalu minta caping. Itu akan selalu mengingatkan saya kepada petani di daerah itu,” sebut Anang bangga. Baginya haru biru, capinglah obat rindu kepak sayap bangau di dangau pak tani.

Ketua Dewan Pembina Sertani 2014-2019 ini, meski pernah mengaku hobi nonton sepak bola, buta soal seluk beluk persepakbolaan Spanyol, tetapi tahu kepanjangan nama salah satu negara eks penjajah Nusantara itu.

Tetapi, Spanyol versi dia itu, versi ngebanyol. Spanyol, gurau Anang, ialah kependekan dari "separo nyolong", demi merujuk malapraktik kecurangan kandidat Pemilu dan Pilkada.

Yang bahkan terbuka dilakukan ditengah rakyat, dengan memilih menempuh halalkan segala cara demi untuk merebut kemenangan politik tapi dengan jalan mencatatkan diri cacat moral, alias salah satunya dari hasil mencuri suara sah pemilih kandidat lain.

"Tahu kapok, bukan pisang tapi ya, kapok itu kan sebelas duabelas lah dengan menyesal. Selalu adanya di, belakang. Nah, terbukti kan wakil rakyat yang pada kena kerangkeng KPK itu kan setelah ditelusuri adalah juga mereka yang secara oportunistik gunakan cara-cara tidak baik untuk bisa dapatkan kursi legislatif. Saya suka geli sendiri kalau tahu kalau bicara selalu 'merakyat, merakyat', eh lihat kabar di tivi dia ketangkep, yah jadinya melaknat," poin dia, atau dalam versi kini, "jangan ya dek ya."

Ada pun, rekam jejak elektoral Anang, usai pengampu nomor urut 27 ini terpilih terlantik anggota DPD/MPR RI dapil Lampung periode pertamanya 2009-2014 dengan total raihan 200.502 suara sah, bernomor anggota B-29, berdasarkan Keputusan KPU RI Nomor 255/Kpts/KPU/2009 tentang Penetapan dan Pengumuman Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota secara Nasional dalam Pemilu 2009, tertarikh 9 Mei 2009, bersama tiga kompatriot sedapil.

Yakni, yang juga anggota DPRD Lampung 2004-2009, dan Ketua DPW PKS Lampung 2006-2010, nomor urut 5 saat Pileg peraih 194.689 suara, Ahmad Jajuli; lalu, yang juga putra kandung Gubernur Lampung saat itu 2003-2008 Sjachroedin ZP, peraih 185.440 suara, nomor anggota B-31, Aryodhia Febriansyah SZP.

Dan, yang juga sempat buat geger, banyak disebut keterpilihannya semata ulah faktor hoki lantaran bernomor urut sama dengan nomor urut parpol peserta Pemilu 2009 cum partai penguasa saat itu, Partai Demokrat yakni nomor urut 31, peraup 160.449 suara, nomor anggota B-32, Iswandi.

Berlanjut, kali ini "seumur-umur baru ini Mil, saya disebut inkumben," kata pembuka satu obrolan ringan tengah malam di destinasi kuliner legendaris Nasi Uduk Mat Kribo, Jl Kartini Bandarlampung, medio 2014. Ngakak.

Hoki, inkumben Anang kembali menang. Dia terpilih terlantik periode keduanya 2014-2019 usai merengkuh menjulang 546.287 suara sah, kembali ke ruang kerja nomor anggota B-29.

Bersama tiga kompatriot sedapil lainnya yaitu sesama inkumben, juga menjulang mendulang 338.596 suara, bernomor anggota B-30, kelak mengundurkan diri maju calon wakil gubernur pendamping cagub NasDem, PKS, Hanura, Dr Mustafa, Pilgub Lampung 2018, Ahmad Jajuli.

Serta dua wajah baru, yakni eks wartawan, eks Ketua DPD Partai Hanura dan anggota DPRD Lampung 2009-2014 Fraksi Hanura, bos yayasan pengampu institusi pendidikan Global Surya Grup dan Universitas Mitra (Umitra) Indonesia, peraup 295.910 suara 2014, nomor anggota B-31, Dr Andi Surya.

Dan, senator muda, adik kandung mantan Bupati Lampung Tengah 2016-2018 cum Ketua Partai NasDem Lampung dan mantan calon Gubernur Lampung Dr Mustafa, raih 270.882 suara, nomor anggota B-32, Syarif.

Memasuki babak lima tahunan berikutnya, Anang tercatat merupakan mantan caleg DPR RI dapil Lampung II dari PDI Perjuangan nomor urut 8, bagian dari 100 caleg dapil Lampung II dari total 270 caleg DPR dapil Lampung I-II, bagian dari total 9.917 caleg DPR dari 18 partai politik nasional peserta Pemilu 2024, serta 668 caleg DPD RI 2024.

Sayang, dari total 13.505 TPS dapil Lampung II itu, nama Anang Prihantoro tenggelam. Dia tak seberuntung saat mencalon DPD RI. Dan dia pun turut menjadi saksi sekaligus pelaku sejarah Pemilu terburuk sepanjang sejarah penyelenggaraannya pascareformasi 1998.

Dalam sebuah percakapan telepon, Anang yang juga didapuk sebagai bagian Dewan Penasihat DPD Jangkar Merah Putih (JMP) Lampung pimpinan aktivis antikorupsi cum bos media massa daring, Wahyudi Hasyim ini, menyebut Pemilu 2024 pemilu 'terjorok' yang pernah dia temui. "Ngenes aku Mil," keluh Anang, saat itu masih masa kampanye, medio Desember 2023 lalu.

Yang tak banyak publik ketahui, sebab Anang memang buka tipe sosok suka pamer, sekian lama pernah dia relakan potong gaji pokok dia selaku anggota DPD RI sejumlah Rp10 juta per bulan untuk dibelanjakan rutin 10 ribu bibit aneka tanaman pohonkayu produktif.

Hari ini, hari dia berpulang 21 Agustus 2024, para tetumbuhan itu barangkali satu tiupan angin sedih, dengan lara para belasungkawa yang mendekat memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang, Anang Prihantoro.

"Selamat bertemu Sang Welas Asih, Pencipta yang Agung, Mas Anang. Kepulanganmu mengagetkanku pagi ini. Kita belum sempat bertemu muka lagi. Belum sempat ngobrol panjang tentang banyak hal seperti dulu. Terima kasih sudah pernah mendampingi dan mendidikku hingga menjadi sekarang, Mas Anang. Terima kasih selalu mengingatkan untuk tetap rendah hati melayani. Melangkah lah terus di jalan Sadhanamu menuju Sang Abadi. Bahagia kekal di sana bersamaNya, Mas Anang. Doaku," syahdu lara kehilangan, penulis, novelis kelahiran Tanjungkarang, Bandarlampung kini menetap di Bandung, Anjar Anastasia.

Berkurang satu, sejawat diskusi asyik tajir insight, seputar muasal hingga isu hingga revolusi agraria.

Juga, kancah debat menyoal betapa nantinya Lampung bakal semakin kaya andai pemimpin daerahnya ada yang beranikan diri dirikan BUMD khusus benih atau bibit unggul tanaman pertanian dan perkebunan produktif dengan mekanisme reward berupa fasilitasi pencatatan hak paten, hak atas kekayaan intelektual dan hak merek kemudian bagi para petani pemulia tanaman atau petani inventor.

Debat dan diskusi kini tak bisa lagi. Saling celetuk saling terkekeh pun idem tak bisa jua. Saling bergantian dendangkan meski cuma lewat telepon, lagu Serumpun Padi. Kini dia, damai sudah di sana.

Selamat jalan Kangmas Anang Prihantoro. Selamat jalan Senator Caping Gunung. Panjang umur perjuangan. (Muzzamil)

 - 

Berita Terkini