HUT ke-44 Pujakesuma, Mirza Joget, Bustami Nembang

Senin, 22 Juli 2024 20:42
HUT ke-44 Pujakesuma di Provinsi Lampung,

LAMPUNG, HELOINDONESIA.COM - -- Sesama hadir sedikit terlambat usai seremoni pembukaan acara Pagelaran Wayang Kulit dan Kuda Lumping HUT ke-44 Pujakesuma di Provinsi Lampung, di lapangan belokan Jl Sutan Badaruddin, Kelurahan Gunung Agung, Langkapura, Bandarlampung, Sabtu (20/7/2024) malam.

Berkaos dan berbaju batik lurik Pujakesuma, anggota DPD/MPR RI dapil Lampung cum Wakil Ketua Komite II DPD RI Dr Bustami Zainudin, tiba lebih dahulu di lokasi acara.

Sekira 13 menit, tiba menyusul, Ketua DPD Partai Gerindra Lampung cum bakal calon gubernur (bacagub) Lampung 2024 Rahmat Mirzani Djausal (RMD) didampingi beberapa fungsionaris Partai Gerindra Lampung antara lain wakil sekretaris Sulistiono dan tim media dipandu Dina Puspasari, pukul 22.55 WIB.

Sesama legislator petahana terpilih kembali periode mendatang ini, ketibaan keduanya disambut hangat oleh Ketua DPW Paguyuban Keluarga Besar (PKB) Pujakesuma Lampung Ki Nuryono serta pengurus, jajaran DPC PKB Kabupaten/Kota se-Lampung, pengurus DPD Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Lampung dan jajaran DPC Kabupaten/Kota se-Lampung, serta tetamu tersisa lainnya.

Sesama pula didaulat duduk baris pertama hadap panggung, Kyay Mirza sapaan RMD duduk sisi Ki Nuryono deret kiri, Bustami sisi Ketua Dewan Pembina Pujakesuma Lampung Prof Dr Sugeng P. Harianto deret kanan.

Satu jam berlalu, tiba pukul 23.50 WIB, Mirza didaulat naik panggung ditemani Ki Nuryono, Ketua DPP Bela Budaya Mulyono 'Randu Mas'.

Dalang pengampu lakon 'Begawan Kitiran Mas' Sabtu malam, diiringi karawitan Sanggar Seni Swara Pringgodani asuhannya, Ki Teguh Surono N. Dimun asal Kabupaten Pringsewu, memandu obrolan panggung.

"Selamat malam bapak Mirzani Djausal. (Selamat malam). Bagaimana kabar bapak? (Alhamdulillah sehat). Selalu jaga kesehatan pak, (iya pak), pertempuran masih lama pak, harus jaga kesehatan (iya). Apa kesan-kesan bapak kepada Pujakesuma yang ultah yang ke-44, monggo pak," dalang Teguh Surono.

Giliran Mirza, "Ya. Luar biasa, organisasi Pujakesuma yang telah berusia 44 tahun. Tentunya 44 tahun ini, banyak suka duka, dan pasang surut, apalagi dinamika yang terjadi. Tapi sampai dengan 44 tahun ini, Pujakesuma sudah menjadi organisasi besar (Betul betul)."

Besar, "karena Pujakesuma konsisten tegas tujuannya dalam berorganisasi, menjaga silaturahmi, menjaga adat istiadat budaya Jawa. (Dan berkat juga kepemimpinan bapak Haji Nuryono) Ya terutama karena pimpinan Haji Nuryono. (Dan pembinanya pak Sugeng P Harianto) Pujakesuma banyak sekali didukung oleh orang-orang yang benar-benar keras dalam ingin melestarikan budaya Jawa di Provinsi Lampung dan ini adalah satu harta kekayaan Provinsi Lampung yang tak ternilai harganya," imbuh Mirza, kelahiran Kotabumi, Lampung Utara, 18 Maret 1980 ini.

(Dan boleh kalau saya meminta, minta, minta ke bapak, nanti kalau sudah lulus menjadi calon, jangan tinggalkan Pujakesuma) Iya. (Dalang Lampung sangat banyak sekali pak, yang berpotensi). Iya. Insyaallah. (Banyak sekali yang berpotensi, baik yang muda mau pun yang sepuh banyak sekali. Bisa dimanfaatkan. Kasare, daripada diberikan ke orang lain lebih baik diberikan ke kita saja)," hadirin kontan gerrr.

(Mau menyumbangkan lagu?) "Nggak bisa nyanyi ehehe..." Mirza terkekeh. (Di Sanggar Seni Swara Pringgodani, kalau mengundang seseorang untuk naik ke atas panggung, pilihannya hanya dua pak, satu nyanyi kedua bayar pak) Iya. Bayar aja he..," Mirza nyerah ditodong nyanyi apalagi tembang Jawa yang jujur tak dikuasainya dan memilih nyawer saja, urusan nembang dia serahkan ke Mulyono.

Meski malam telah larut bahkan berganti hari, kehadiran bacagub Mirza termasuk 8,19 menit di panggung itu, magnet hadirin. Sesaat turun panggung, alumnus SD Teladan Kotabumi lulus tahun 1992, SMPN 5 Kotabumi lulus 1995, SMAN 2 Tanjungkarang (kini Bandarlampung) lulus 1998, S1 Teknik Mesin Universitas Trisakti lulus 2005, dan Magister Manajemen Unila lulus 2012 itu pamit, beserta tim.

"Lah wonge sae nggih mas. Seko pinuture kethok'e wong apik kuwi. (Orangnya bagus ya mas. Dari caranya bertutur kata, orang baik, itu)," celetuk seorang hadirin asal Pringsewu, mencolek lengan pewarta, terkesan.

Hitungan menit berikutnya, giliran "singa panggung", senator Bustami Zainudin, dengan ditemani Prof Sugeng rekan duetnya, tampil. Dia request lagu pop daerah Lampung, Sang Bumi Ruwa Jurai, diaransemen dengan genre koplo campursari. "Pokoke tancep wae mas," ujar Sugeng. "Pokoknya gasak, gasak wae," timpal Bustami, suasana pun 'petjah' kembali.

Bustami memesankan harapannya, agar para pekerja profesi atau pelaku seni pedalangan, pengrawit, dan swarawati termasuk di ormas Pujakesuma juga Pepadi, membiasakan diri menyelia pertunjukan keseniannya dengan menyelipkan lagu daerah Lampung sebagai wujud kecintaan dua budaya yang saling menghormati saling melengkapi.

"Pujakesuma saya kenal dari zaman pak Oemarsono dulu. Waktu saya Bupati Way Kanan, itu para dalang disana kalau lagi tampil itu pakai bahasa Lampung, meski kisah pewayangannya adalah kisah dari Jawa. Jadi betul-betul memperkaya khazanah budaya kita, apalagi bahasa Lampung ini termasuk yang terancam punah," ujar Bustami, pelantun lagu Guru, Ketua DPD Persatuan Artis Musik Dangdut Indonesia (PAMDI) Lampung ini. (Muzzamil)

Berita Terkini