"Sang Pencabut Nyawa" Mengintai Sepanjang Jalan di Jalinpantimsum

Kamis, 13 April 2023 09:10
Khairuddin (Foto Heloindonesia.com)

Oleh Khairuddin*

LAMPUNG.HELO INDONESIA.COM.-- JIKA kita ditanya, penyakit apa yang paling mematikan di kolong langit ini. Mungkin kita akan menjawab penyakit jantung, stroke, darah tinggi atau diabetes. Itulah penyakit papan atas paling mematikan.

Namun di luar nalar kita, ada satu fasilitas yang tak kalah dahsyat sebagai pencabut nyawa. Fasilitas itu bernama jalan raya. Di era serba ingin cepat, pemerintah terus berbenah diri membangun berbagai fasilitas serba canggih termasuk jalan raya.

Di Kabupaten Lampung Timur, ada satu jalur yang tak asing bagi pengendara yakni Jalur Lintas Pantai Timur Sumatera (Jalinpantimsum).

Jalan negara yang dipoles sejak tahun 2000-an,  menghubungkan pelabuhan penyeberangan Bakauheni Lampung Selatan-Lampung Timur-Lampung Tengah-Tulang Bawang-Mesuji hingga Banda Aceh.

Di Provinsi Lampung, mulai dari Bakauheni sampai Mesuji, panjang jalur tersebut lebih dari 200 kilometer.

Saat ini kondisi jalan negara itu sangat mulus. Meski jalan tol dari Bakauheni menuju Palembang Sumatera Selatan telah dibuka, tapi pengendara  masih memilih Jalinpantimsum sebagai lintasan.

"Para pengguna jalan menganggap Jalinsum sangat mulus dan menghemat biaya tol,"ujar seorang pengemudi.

Karena Jalinpantimsum masih jadi pilihan baik dari Sumatera menuju Pulau Jawa atau sebaliknya,selama 24 jam jalur tersebut  tak pernah lengang kendaraan. Apalagi saat libur panjang, libur akhir tahun atau hari besar keagamaan seperti lebaran. Kepadatan kendaraan bisa meningkat dua kali lipat.

Padatnya arus kendaraan pribadi, truk atau sepeda motor, terkadang kurang diimbangi dengan kewaspadaan pengemudi saat memacu kendaraannya.  Bahkan pengemudi terkesan semaunya menginjak pedal pegas.

Mereka tak lagi menghiraukan kendaraan lain yang punya hak sama  melintas pada jalan milik negara itu. Akibat ugal-ugalan, bisa ditebak. Ya, kecelakaan kadang tak dapat dielakkan. Drama adu kambing sepeda motor versus mobil, motor versus motor atau mobil versus mobil kerap menghiasi Jalinpantimsum Lampung timur. Akibat berkendara dengan kecepatan tinggi, tak sedikit korban meregang nyawa. Atau paling tidak, korban menderita luka berat dan luka ringan. Tragisnya,
para korban kecelakaan adalah sebagian besar  usia produktif. Usia yang diharapkan untuk membangun negara atau jadi penerus generasi mendatang.

Sepanjang 2022, Satlantas Polres Lampung Timur mencatat angka kecelakaan lalulintas di Jalinpantimsum Lamtim sebanyak 184 kali insiden.  Dari ratusan kali tragedi itu, paling tidak 91 nyawa melayang, 127 korban luka berat, 103 luka ringan dan kerugian materi Rp 679 juta.

Jika diakumulasi selama 12 bulan, maka tiap bulan, tak kurang 7 hingga 8 nyawa melayang. Belum lagi yang cacat tetap hingga berobat jalan. Sebuah angka atau jumlah yang fantastis.

Kemudian, pada Januari hingga awal April 2023, lakalantas di Jalinpantinsum sebanyak 54 kali. Korban meninggal 25 orang, luka berat 42 orang, luka ringan 37 orang dan kerugian material Rp 178 juta.
"Jumlah yang sangat mencengangkan dan begitu dahsyatnya jalan raya menjemput ajal,"ujar teman.

Banyaknya korban berjatuhan, muncul sejumlah pertanyaan banyak kalangan. Apakah kita terus menyalahkan pemerintah atau pengguna jalan atau pengendara yang ugal-ugalan.

Jika ditelusuri, sepanjang Jalinpantimsum memang minim penerangan dan minim rambu jalan. Sehingga pengguna jalan harus ekstra hati- hati terutama malam hari..

Apalagi pada jalur tersebut ada sejumlah jalan menikung yang beresiko bagi pengendara. Namun, jika  sepanjang jalur dipasang lampu jalan, tentunya butuh biaya besar.

"Jika sepanjang jalur dipasang lampu, itu perlu biaya besar dan nggak mungkin. Tapi paling tidak rambu jalan selalu ada," ujar teman.

Kemudian, kecelakaan terjadi akibat kecepatan tinggi dan saling mendahului satu sama lain. Hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) pihak Satlantas, faktor itu memang jadi salah satu penyebab.

Baik pengendara sepeda motor atau mobil akan mendahului kendaraan di depannya. Tanpa disadari, dari arah berlawanan melaju kendaraan lain.

Tabrakanpun tak dapat dihindari. "Kalau kecelakaan karena sopir mengantuk, itu sangat kecil," ujar teman lagi.

Oleh sebab itu, agar tak ada lagi korban nyawa  dan kecelakaan dapat di tekan seoptimal mungkin, tentunya  jadi tanggung jawab bersama.

Pemerintah dan kepolisian sejatinya terus memantau lalu lalang kendaraan. Tak kalah penting, pengendara tak semaunya saat berkendara. Semoga.

* Sekretaris PWI Lampung Timur, Kabiro "Helo Indonesia Lampung"

Berita Terkini