bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Puluhan Pemulung Ponorogo Gelar Upacara HUT RI ke 79 di Antara Gundukan Sampah: Kami Miskin, Soal Nasionalisme Tak Kalah

M. Haikal - Nasional -> Peristiwa
12 jam 18 menit lalu
    Bagikan  
Upacara Bendera
Foto: Heloindonesia

Upacara Bendera - Peserta upacara di antara gundukan sampah itu terdiri dari 33 pemulung, dua di antaranya wanita, itu melakukan seremoni sakral dengan serius, menjiwai, semangat dan penuh rasa bangga akan bangsa dan negaranya.

HELOINDONESIA.COM - Komunitas pemulung wilayah Ponorogo, Jawa Timur, turut andil melaksanakan upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Sabtu (17/8/2024).

Menyesuaikan dengan profesinya, kelompok yang menamakan diri Pemulung Peduli Lingkungan (Pepeling) itu, mengambil lokasi upacara di area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di desa Mrican, Kecamatan Jenangan.

Peserta upacara di antara gundukan sampah itu terdiri dari 33 pemulung, dua di antaranya wanita, itu melakukan seremoni sakral dengan serius, menjiwai, semangat dan penuh rasa bangga akan bangsa dan negaranya.

Lantaran dilakukan di area persampahan, barang tentu tersirat pemandangan yang kumuh, kotor, berbau busuk, tak sedap di mata dan menjijikkan.

Kecuali itu, prosesi jalanannya upacara cenderung sekenanya. Tidak protokoler sebagaimana yang dilakukan instansi pemerintah dan swasta yang SDM, lingkungan dan sarana pendukungnya lebih memadai.

Baca juga: Ketua KPU Demak: Lembaga Pemantau Pilkada Bagian dari Parmas

Mengenakan seragam kebesarannya, baju, sepatu, topi dan kelengkapan lain yang khas dikenakan para pencari sampah dan barang bekas.

Mereka berbaris diantara gunungan sampah, dengan sang saka merah putih yang berkibar di tiang bambu sebagai pusat khidmatnya.

Peserta upacara sebanyak 33 pemulung, dua di antaranya wanita, itu melakukan seremoni sakral dengan serius, menjiwai, semangat dan penuh rasa bangga akan bangsa dan negaranya.

Upacara dimulai pukul 10.00 waktu setempat, seperti sedia kala saat Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Pj. Gubernur Lampung Saksikan Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi di RSUD Bandar Negara Husada, Kota Baru, Lampung Selatan.

Berjajar rapi diantara aneka rupa sampah, mulai dari serpihan yang tidak menjijikkan sampai sesuatu yang bikin pening kepala dan muntah.

Para pemulung itu tak terusik oleh sampah yang membukit. Di sanalah, barang buangan seperti plastik, kertas, kaleng, makanan bekas, pembalut wanita, kondom hingga bangkai binatang menjadi saksi bisu menggemanya syair masyhur 'Indonesia Raya' dari mulut suci para pemulung.

"Secara ekonomi kami memang kekurangan. Bahkan miskin. Tapi rasa nasionalisme dan kecintaan kepada bangsa dan negara, tak kalah. Bahkan, mungkin lebih besar dibanding koruptor yang menggerogoti negara," ucap Marsudi Jois, pembawa acara upacara, kepada Heloindonesia.

Dikatakannya, berlangsungnya upacara di lokasi itu bagi pemulung tak luput dari jiwa besar Kepala TPA Mrican, Abri. Bahkan, menurutnya, dia bersedia menjadi inspektur upacara dalam kegiatan tersebut.

Baca juga: OC Kaligis Bongkar Kejahatan Kerah Putih Jiwasraya, Kasus Polis Protection Plan Bukti Permainan Gorengan Saham

Susunan pengurus upacara, sambung Marsudi, komandan upacara dijabat Adi, pembaca naskah Pancasila, Setiawan, pembaca teks Proklamasi, Abri dan tiga pemulung pembawa sang Saka Merah Putih, Sahur, Jito dan Agus.

Kecintaan terhadap tumpah darah dan tanah air Indonesia, lanjut Marsudi, dilanjutkan dengan kerja bakti usai berakhirnya upacara bendera.

Kerja bakti oleh seluruh pemulung peserta upacara, membersihkan selokan di sekitar area TPA sampah Mrican sepanjang 300 meter.

Itu dilakukan untuk menjaga 'kebersihan' meski di area kotor, agar ekosistem tetap terjaga terlebih jika waktu hujan.

Baca juga: PKS Serahkan 7 Kursinya ke RMD-Jihan Total 53 Kursi

Para 'pejuang kebersihan' yang berslogan: 'Nresnani Ponorogo Sak Mampu Kulo' itu bekerja bakti menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul, sabit, gergaji dan alat pertukangan lainnya.

Usai kerja bakti, tidak ada acara ramah tamah dengan aneka rupa menu makanan dan minuman serba mewah, layaknya pejabat berjas dasi.

Acara makan siang usai upacara dan kerja bakti, istri para pemulung mengirim makanan olahan ndeso untuk dinikmati bersama diantara bukit sampah yang indah.