Helo Indonesia

Prof Sudharto: Siapa yang Malas akan Tergilas, Siapa yang Berjalan Tegap Pasti sampai Tujuan

2 jam 38 menit lalu
    Bagikan  
Prof Sudharto: Siapa yang Malas akan Tergilas, Siapa yang Berjalan Tegap Pasti sampai Tujuan

Pembina Yayasan Alumni Undip, Prof Sudharto P Hadi saat menjadi nara sumber bedah buku Jalan Pulang : Seni Mengelola Takdir karya Prof Komaruddin Hidayat

SEMARANG, HELOINDONESIA.COM - ''Dalam pandangan saya, ada tiga pelajaran yang bisa diambil dalam buku ini. Jadi, perjalanan Mas Komar dari Muntilan ke Jakarta itu saya pandang sebagai sebuah hijrah yang bukan hanya hijrah lahiriah tetapi juga hijrah rohaniah. Kata kuncinya dalam salah satu pelajaran adalah siapa yang malas akan tergilas, siapa yang melangkah berjalan tegap pasti sampai tujuan''.

Ungkapan tersebut disampaikan Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip, Prof. Sudharto P. Hadi MES PhD, saat menjadi Pembahas dalam Bedah Buku ''Jalan Pulang : Seni Mengelola Takdir'' karya Prof Dr Komaruddin Hidayat MA PhD yang berlangsung di Auditorium Ir

Baca juga: Nana Ingin Pasar Jongke Mampu Tumbuhkan Ekonomi Masyarakat Solo

Widjatmoko Universitas Semarang (USM), pada pada Jumat 26 Juli 2024.

Kegiatan dihadiri mantan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti), Prof. H Muhammad Nasir PhD., Ketua Pengurus Yayasan Alumni Undip, Prof Dr Ir Kesi Widjajanti SE MM, Rektor USM, Dr Supari ST MT, Rektor Undip, Prof Dr Suharnomo SE MSi, dosen UIN Walisongo Dr KH Muhammad In'amuzzahidin MAg, pengurus DPD IKA Undip Daerah Khusus Jakarta, dan Presiden BEM USM, Asura Firay.

Selain itu juga hadir jajaran Ikatan Ibu-Ibu USM, para Wakil Rektor USM, Sekretaris Universitas, para Dekan USM, Direktur Pascasarjana USM, para Kaprodi, dan sejumlah mahasiswa.

''Ketika membaca autobiografinya Mas Komar ini mengalir, lugas, dan jujur. Biasanya biografi ditulis orang lain yang isinya kompilasi pesan kesan pandangan dari kolega, atasan, bawahan ditulis dalam buku. Tapi ini ditulis oleh diri sendiri. Salah satu resiko menulis biografi diri sendiri itu melenceng. Tapi dengan tulisan yang lugas, jujur, itu, unsur melenceng itu jadi kecil,'' kata Prof. Sudharto.

Seperti diketahui, buku tersebut berisi perjalanan penulis dalam menghadapi tantangan dan mencapai kesuksesan dengan nekat pergi ke Jakarta pada 1974 tanpa permisi dengan orang tuanya. Sementara senior hingga tetangganya transmigran ke luar pulau sebab ada keadaan inflasi masa itu.

Baca juga: Himalika USM Beri Pelatihan Jurnalistik kepada Siswa SMKN 4 Semarang

Hingga saat ini, Prof Komaruddin telah meraih beberapa pencapaian mulai pernah menjabat sebagai Rektor Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Rektor UIN Jakarta, Ketua Panitia Pengawas Pemilu 2004, Guru Besar Filsafat Agama Universitas Islam Negeri Yarif Hidayatullah Jakarta, hingga telah menerbitkan beberapa karya tulis buku.

Jadi Aktifis

Lebih lanjut Prof Dharto mengatakan, pelajaran kedua yang dapat diambil dalam buku "Jalan Pulang : Seni Mengelola Takdir" adalah pengakuan bahwa keberhasilan penulis dari bekal yang diperoleh selama menjadi aktifis.

''Saya kira ini menjadi pelajaran yang baik untuk kita khususnya generasi muda, bahwa kalau sekarang namanya soft skill kepemimpinan, keberanian, sedia menghormati pendapat orang lain, toleransi, network, itu semua diperoleh ketika kita aktif di kemahasiswaan, tidak ada di bangku sekolah. Saya kira soft skill itu penting sekali,'' ucapnya.

Hal tersebut mengingatkannya pada peristiwa 1978 dimana terdapat Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) yang ingin dikembalikan bahwa mahasiswa bagian dari civitas akademika yang merupakan mind of analysis. Hal ini berarti membatasi gerakan mahasiswa di kampus.

Baca juga: Berantas Judi Online, Dr. Nurdin Keluarkan Surat Edaran

''Menurut saya hal itu akan menjadikan apa yang disebut dengan mengingkari fitrah perguruan tinggi di indonesia. Karena perguruan tinggi di indonesia adalah perguruan tinggi perjuangan. Saya kira tugas perguruan tinggi bukan hanya memenuhi kebutuhan pengguna yaitu lulusan dan iptek tapi juga menjadi pusat pemikiran,'' ungkapnya.

Menurutnya, buku tersebut mewakili pribadi penulis yang out of the box dan tidak mengikuti pakem.

''Pelajaran ketiga yang dapat kita ambil dalam buku ini adalah jadi transformasi dari cara berpikir yang doktriner menjadi cara berpikir pluralis, yang egaliter menghargai pandangan orang karena pergaulan beliau dengan senior-seniornya. Buku ini menurut saya mewakili pribadi Mas Komar yang out of the box, tidak mengikuti pakem,'' ungkap Prof Dharto. (Aji)