Helo Indonesia

Ribuan Jemaah Hadiri Haul ke 218 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari

Anang Fadhilah - Nasional -> Peristiwa
Senin, 15 April 2024 14:36
    Bagikan  
Haul ke 218 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
Haul Datu Kelampayan

Haul ke 218 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari - Senin (15/4/2024) haul ke 218 Datu Kelampayan yang dikenal dengan nama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari digelar. (foto:ist/heloindonesia)

MARTAPURA, HELOINDONESIA – Haul ke 218 Datu Kelampayan yang dikenal dengan nama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari digelar, Senin (15/4/2024)

Pantauan di lapangan, terlihat sejak pagi ratusan jemaah berduyun-duyun berdatangan menuju lokasi haul ke-218 Datu Kelampayan di Masjid Jami Tuhfaturragibin Desa Dalam Pagar Ulu Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.

Gubernur Kalsel Sahbirin Noor juga terlihat hadir pada haul ke-218 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kelampayan, Senin (15/4/2024).

Ketua pelaksana Haul Datu Kelampayan ke-218, Ahmadi Hamid mengatakan, antusiasme masyarakat untuk datang menghadiri acara haul sangat tinggi. Hal ini katanya, menjadi perhatian panitia menyiapkan tempat yang baik bagi para jemaah.

“Seperti acara haul sebelumnya, yang dihadiri ribuan jemaah. Panitia menyiapkan tenda, dapur umum dan layanan kesehatan,” tegasnya.

Kata Hamid, panitia menyiapkan 19 dapur umum dengan kebutuhan beras lebih 700 blek guna mencukupi 100 ribu Jemaah yang datang. Bahkan Gubernur Kalimantan Selatan membantu 100 ekor sapi untuk konsumsi para jemaah. "Dengan bantuan dari gubernur, dapur umum bertambah dari yang mulanya 19 dapur menjadi 40 dapur umum. Sapi yang diberi gubernur nanti jadi lauk makan para Jemaah,” katanya.

 

Datu Kelampayan atau Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari

 

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang lebih dikenal dengan Datu Kelampayan adalah seorang ulama besar yang berasal dari Kerajaan Banjar di Martapura, Kalimantan Selatan.

Ia lahir di Martapura, yang menjadi salah satu pusat keagamaan Islam di Indonesia pada abad ke-16. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari berperan besar dalam penyebaran Islam pada abad ke-18.

Ia merupakan pengarang Kitab Sabilal Muhtadin, yang menjadi rujukan bagi para mahasiswa yang mendalami agama Islam di Asia Tenggara dan Mesir.

Masa muda

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di Martapura, Kalimantan Selatan, pada 17 Maret 1710 M atau 1122 H. Nama asli Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah Sayyid Ja'far Al-Aydarus. Ia kemudian mendapat julukan Datu Kalampaian.

Sejak kecil hingga dewasa, ia belajar agama Islam langsung dari keluarganya. Di samping itu, ia juga diberikan pelatihan membuat kaligrafi. Sekitar umur 30 tahun, Muhammad Arsyad al-Banjari ingin melanjutkan pendidikannya ke Tanah Suci Mekkah. Keinginan itu dikabulkan oleh pemerintah Kesultanan Banjar pada 1739.

Belajar di Mekkah

Muhammad Arsyad al-Banjari berangkat ke Arab dan melakukan ibadah haji terlebih dulu. Setelah itu, ia bermukim di Haramain selama beberapa tahun untuk menuntut ilmu agama Islam.

Selama Muhammad Arsyad al-Banjari belajar di Mekkah, ia berguru langsung kepada beberapa guru besar, seperti Syekh Hasan bin Ahmad al-Yamani, Syekh Ahmad bin Abdul Mun'im ad-Damanhuri, dan Syekh Muhammad Murtadha bin Muhammad az-Zabidi.

Selain itu, ada beberapa ulama yang mendidiknya, yakni: Syekh Abdullah Mirghani Syekh Abdul Wahab at-Thantawy Syekh Abis as-Sandy Syekh Abdul Gani bin Muhammad Hilal Syekh Abdullah bin Hijazi asy-Syarqawy Syekh Shiddiq bin Umar Khan Syekh Salim Abdullah al-Bishri

Muhammad Arsyad al-Banjari mempelajari berbagai bidang keilmuan, seperti fikih mazhab Syafi'i, tasawuf, sains, hingga astronomi. Selama belajar di Arab, ia pun bersahabat dengan beberapa orang dari Tanah Air yang juga menuntut ilmu di sana. Mereka adalah Abdul Rahman al-Batawi, Daud al-Fatani, Abdul Shomad al-Palimbani, dan Abdul Wahab al-Makassari.

Kembali ke Tanah Air

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari kembali ke tanah kelahirannya pada 1772. Kedatangannya disambut oleh Sultan Tahmidullah II, yang saat itu memimpin Kesultanan Banjar. Ia pun ditunjuk oleh Sultan Tahmidullah II menjadi ulama untuk mengembangkan keilmuan dan memajukan agama Islam di Kesultanan Banjar. Penunjukkan Muhammad Arsyad al-Banjari sebagai tokoh atau ulama di Kesultanan Banjar disambut dengan baik oleh masyarakat.

Bahkan, Sultan Tahmidullah II juga menjadi salah satu muridnya. Sultan Tahmidullah II inilah yang kemudian menekannya untuk mengarang sebuah kitab. Muhammad Arsyad al-Banjari kemudian mengarang Kitab Sabilal Mubtadin, yang menjadi pedoman pendidikan agama Islam di Kesultanan Banjar dan bahkan menjadi rujukan bagi penuntut ilmu Islam di Asia Tenggara.

Reformasi pendidikan

Selama menjadi ulama besar di Kesultanan Banjar, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari berperan merevolusi metode pendidikan Islam. Ia membuka pusat pendidikan agama Islam atau sebuah pondok pesantren yang diberi nama Dalam Pagar. Pondok pesantren Dalam Pagar ini kemudian berkembang pesat dan menjadi sebuah perkampungan yang ramai untuk menuntut ilmu agama Islam kala itu. Banyak ulama-ulama di Banjar pada saat itu merupakan lulusan dari Dalam Pagar pimpinan Muhammad Arsyad al-Banjari. Selain menjadi ulama dan guru panutan di Kesultanan Banjar dan menulis Kitab Sabilal Mubtadin, ia juga aktif mengarang kitab-kitab lainnya.

Berikut adalah kitab-kitab karangan dari Muhammad Arsyad al-Banjari.

  • Kitab Ushuluddin yang biasa disebut
  • Kitab Sifat Duapuluh
  • Kitab Tuhfatur Raghibin
  • Kitab Nuqtatul Ajlan Kitabul Fara-idl
  • Kitab Sabi al-Muhtadin li at-Tafaqquh fi Amriddin
  • Kitab Kanz al-Makrifah
  • Kitab Luqtat al-’Ijlan fi Bayan al-Haid wa Istihada wa Nifas al-Niswan

 

Wafat

Setelah mengabdikan diri bagi perkembangan agama Islam dan kemajuan pendidikan di Kesultanan Banjar, Muhammad Arsyad al-Banjari meninggal pada 1812 di usia 102 tahun.

Setelah kematiannya, namanya terus dikenang sebagai ulama besar dari Kalimantan. Muhammad Arsyad al-Banjari juga dikenang sebagai pedakwah di Indonesia dan bahkan Asia Tenggara.