bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Anggota Dewan Belis Geleng Kepala, Belis KW Sudah Lebih Ngebelis

Helo Lampung - Nasional -> Peristiwa
Senin, 3 April 2023 16:24
    Bagikan  
Anggota Dewan Belis Geleng Kepala, Belis KW Sudah Lebih Ngebelis

Prof. Sudjarwo

Oleh Sudjarwo *

KATA ?belis? dalam khasanah bahasa daerah ternyata memiliki makna yang beragam; pada masyarakat Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur bermakna mas kawin sebagai sebuah bagian dari tradisi upacara pernikahan adat .

Sedangkan dalam penelusuran makna kata ternyata ada lebih dari 40 kata yang melekat pada belis, dan semua menunjuk pada kata ganti ?setan? atau dedemit. Sementara pada tulisan ini makna yang digunakan adalah ?setan?.

Kita tinggalkan terlebih dahulu akar makna kata, biarkan itu menjadi urusan pakar bahasa. Dalam tulisan ini, belis dimaknakan sebagai setan, seperti kebanyakan makna pada bahasa daerah Indonesia Bagain Barat pada umumnya.  

Sahdan para belis yang jumlahnya jutaan itu bertugas menggoda manusia. Biar visi misinya tercapai, mereka pasti juga membahas taktik strategi untuk mewujudkan visinya menggelincirkan manusia ke lembah dosa.

Agar terakomodir aspirasi apa yang diinginkan miliaran belis terhadap manusia, para belis juga kemungkinan memiliki wadah perwakilan yang kita sebut saja Dewan Belis.

Dewan Belis ini barangkali juga mempunyai komisi-komisi untuk menyesesuaikan dengan katakteristik target yang hendak digodaannya.

Anggota Dewan Belis berjumlah seratus belis, entah bagaimana cara pemilihan mereka. Dewan ini diketuai Tuan Raja Dewan Belis.

Rapat Dewan Belis berlangsung atas usulan dari lima puluh satu belis anggota yang menghendaki rapat; sesuai konstitusi mereka;  rapat harus diadakan kapanpun jika diusulkan oleh 51 anggota belis.

Saat ini, agenda utama rapat hanya satu, yaitu membahas keresahan para belis yang resah tidak bekerja maksimal lagi, bahkan ada yang sudah berkeinginan minta pensiun dini atau berhenti jadi belis.

Berdasarkan hasil penelitian dari ketua kelompok belis, ada indikasi yang hampir sama, manusia yang hendak digoda ternyata sudah seperti mereka. Bahkan, belis asli sampai geleng-geleng kepala karena kelakuan belis-belis KW itu melebih mereka.

Sebagai contoh kalau dahulu mereka korupsi hanya sendiri-sendiri dan mudah menggodanya agar menjadi tamak. Sekarang korupsi dilakukan berjamah alias beramai-ramai dan bertriliunan, maka para belis duduk manis saja tidak usah digoda manusia sudah berjamaah untuk menjarah kantornya, bahkan sampai negerinya.

Terus apa kerja para belis kalau sudah begini, karena tidak usah digodapun mereka sudah tergoda, menjadi masalah justru para belis takut kalau tertular kelakuan tadi.

Dewan Perwakilan Rakyat Manusia yang dahulu tempat orang-orang terhormat, bicara santun, alim dan amanah; para belis kadang kesulitan menggodanya, karena mereka mampu melihat celah ditengah kesantunan, dan kebaikan; yang bisa digeser menjadi ujub.

Namun sekarang tidak bisa lagi mereka bekerja karena anggotanya sudah berubah perilakunya; yaitu melampaui kelakuan mereka sebagai penggoda. Pernah Belis yang memiliki pengalaman kelas super untuk menggoda, ternyata mental juga karena kalah bringas dibandingkan dengan yang digoda.

Belum lagi kelakuan para pejabat pemerintahannya khususnya bagian urusan keuangan sudah sulit di goda oleh para belis orisinil ini. Hal ini bukan berarti keimanan pegawainya sudah baik, namun kelicikan mereka sudah melampaui belis; sehingga sudah tidak perlu lagi digoda oleh para belis.

Coba bisa dibayangkan mereka bisa membeli kendaraan mewah bukan atas namanya dan bisa tidak bayar pajak.
Belum lagi yang di pasar-pasar, dahulu enak menggoda mereka karena berkisar masalah mengakali timbangan, mengurangi takaran.

Sekarang tidak seperti itu; mereka berjualan tidak perlu ketemu pembeli dan penjual, cukup menggunakan alat aplikasi, transaksi bisa berjalan dengan tanpa kelihatan uangnya; akhirnya para tuyul kehilangan lapangan pekerjaan. Mereka bisa leluasa meminjam uang di Bank dengan sedikit membangun ?hubungan khusus? dengan petugas Bank, semua bisa di atur. Ilmu ini tidak dimiliki oleh para belis.

Petaninya juga begitu, kalau masa dulu para Petani menyimpan uangnya di bawah tempat tidur, atau di dalam Bambu yang berfungsi sebagai Celengan.

Karena itu sangat leluasa Tuyul mengambil uang Pak Tani, dan tidak perlu keahlian khusus. Sekarang Pak Tani tidak pernah simpan uangnya di di rumah, karena uangnya sudah habis sebelum sampai rumah untuk bayar utang pupuk, bibit dan alat pertanain lainnya. Tuyul dan para Belis hanya duduk terpangu di depan pintu rumah Pak Tani.

Akhirnya Dewan Belis memutuskan untuk sementara para belis dicutikan dari semua pekerjaan, untuk menghormati manusia yang sedang puasa. Walaupun ada anggota yang nyeletuk nanti menjelang lembaran kelakuan mereka juga melebihi kita, jadi gak usah digoda sudah ngebelis.

Selamat berpuasa buat yang belum ngebelis.

* Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial di Pascasarjana  FKIP Unila