Arinal Haqqo Haqqo

Sabtu, 8 Juni 2024 11:43
HBM Helo Lampung

Oleh Herman Batin Mangku*

HITUNGAN hari, 12 Juni 2024, Arinal Djunaidi harus sudah tidak ada lagi di Rumah Dinas (Rumdis) Mahan Agung, tak lagi boleh pasang peneng gubernur Lampung di dadanya. Namun, Ketua Golkar Lampung ini masih punya kesempatan uji keberuntungan satu periode lagi memimpin rakyat provinsi ini (2024-2029).

Saya teringat saat awal kampanye periode pertamanya pada Juni 2018, tanggal lupa, di Kabupaten Waykanan, tempat asal orangtuanya. Pada saat itu, elektabilitasnya paling buncit di bawah petahana Ridho Ficardo dan Wali Kota Bandarlampung Herman HN.

Hasil survey Charta Politika Indonesia pada 6 -11 Maret 2018, elektabilitas top of mind terbanyak Ridho Ficardo 27,1 persen, Herman HN 20,1 persen, Bupati Lamteng Mustafa 10,4 persen, terakhir Arinal Djunaidi 7,4 persen. Responden yang tak menjawab 35 persen.

Dalam perjalanan dari Kota Bandarlampung ke Waykanan itu, teman yang mengajak saya bilang bahwa Arinal orang yang beruntung. Tentu saja saya kaget, secara ilmiah dengan margin of error 3,5 persen, Arinal tentu saja "ngak ngaer".

Ketika saya tanya argumennya apa, dia bilang ada yang membantu mengintip ke langit. Saya anggap ucapannya cuma bercanda mengisi kejenuhan perjalanan. Ternyata, mungkin kebetulan, apa yang dikatakannya benar, Arinal jadi gubernur periode 2019-2024.

Arinal orang yang beruntung bisa memimpin 8,5 juta penduduk di Lampung. Sebelumnya, ASN alumni Faperta Unila ini juga banyak beruntung. Sedikit birokrat yang mencapai karir tertinggi sebagai sekdaprov. Arinal ada di sedikit dari ribuan abdi negara itu

Keberuntungannya tak hanya sampai di pucuk karir birokrasi, pascapensiun seakan dirinya begitu mudah langsung jadi elite politik. Tak main-main, dirinya jadi ketua Golkar Lampung, partai paling jagoan semasa Orde Baru dan tetap nangkring di lima besar pasca-Reformasi.

Dia menggantikan dedengkot politik Alzier Dianis Thabrani (ADT) setelah "dibegal" saat periode ketiganya yang kemudian di-land clearing Letjen TNI (Purn.) Lodewijk Freidrich Paulus yang kini jadi sekretaris jenderal DPP Partai Golkar.

Pegang partai, desas-desusnya Arinal disiapkan Purwanti Lee untuk jadi wakilnya M. Ridho Ficardo (MRF) , putra "Kebon", pada periode keduanya. Namun, masih rumor, MRF ogah dan memilih berjuang sendiri dengan modal elektabilitas paling moncer pada masa itu.

Konon ditolak jadi wakil MRF, "Dewi Portuna" malah kembali menghampiri Arinal. Dia yang kemudian ditemani Purwanti Lee sosialisasi agar jadi gubernur Lampung untuk menggantikan MRF. Hasilnya, sudah ketebak, Arinal yang jadi gubernur Lampung lewat sosialisasi yang masif.

Saat membuka wayangan sebagai salah satu sarana sosialisasinya, Arinal kerap menyelipkan doa: Allahumma arinal haqqo. Lengkapnya, Allohumma arinal haqqo haqqon warzuqnat tibaa'ahu, wa arinal bathila bathilan warzuqnaj tinaabahu. Wa laa taj'alhu multabisan 'alayna fanadlilla, waj'al a lilmuttaqiina imaama.

Artinya: “Ya Allah tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar dan bantulah kami untuk mengikutinya, dan tunjukkanlah kepada kami yang batil itu batil dan bantulah kami untuk menjauhinya. Janganlah Engkau menjadikannya samar di hadapan kami sehingga kami tersesat. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Menjelang akhir jabatannya sebagai gubernur Lampung, dirinya kena bully se-indonesia atas buruknya infrastruktur di Provinsi Lampung. Tentu saja, hal ini sangat merugikannya menjelang kelanjutan periode kedua kepemimpinannya.

Namun, akhirnya, bully tersebut malah jadi berkah. Viralnya jalan buruk memancing Presiden Jokowi turun dan langsung menggelontorkan Rp800 miliar buat perbaikan jalan rusak berat di Provinsi Lampung.

Dengan penuh percaya diri, dianggap bully berbuah keberuntungan, Arinal bangkit kembali bahwa dirinya berhasil mendatangkan uang APBN untuk infrastruktur jalan hingga Rp800 miliar, tanpa harus ngutang ke lembaga keuangan BUMN PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).

Baru selesai hiruk-pikuk soal infrastruktur, Arinal sudah harus berkemas-kemas meninggalkan Rumdis Mahan Agung akhir tahun lalu sesuai Undang-Undang Pilkada yang mengharuskan kepala daerah hasil pemilihan 2018 dan baru dilantik pada 2019 berhenti akhir tahun 2023.

Lagi-lagi, tanpa berkeringat menuntut bersama tujuh kepala daerah lainnya ke Mahkamah Konstitusi (MK), keberuntungan kembali menghampiri Arinal. Dia bisa menjabat hingga 12 Juni 2024 atas putusan MK Nomor 143/PUU-XXI/2023 yang membatalkan ketentuan UU Pilkada.

Semakin mendekati Pilgub Lampung 2024, para bakal calon lainnya menguras tabungan buat sosialisasi, Arinal sebagai gubernur Lampung bisa keliling pengajian mengumpulkan massa dari kabupaten ke kabupaten lainnya, terutama yang penjabat kepala daerah pilihannya.

Tinggal menghitung hari, selesai sudah masa jabatan periode pertamanya sebagai gubernur Lampung. Golkar sudah menugaskannya sebagai bakal calon gubernur periode kedua untuk sosialisasi dan menggalang koalisi partai. Tinggal tunggu, apakah dirinya kembali akan beruntung?

Andai tdak terpilih lagi, Arinal sudah menang banyak kok. 

* Jurnalis

 

Berita Terkini