Mintalah Doa, Bukan Oleh-Oleh

Jumat, 7 Juni 2024 21:03
Gufron Gufron

OLEH GUFRON AZIS FUANDI

BELUM lama ini, cucu saya ulang tahun yang keempat. Sudah saya kasih doa untuk keberkahannya, tapi setelah itu masih menanyakan mana hadiahnya? Ya, Alhamdulillah sudah kami siapkan.

Kita maklum bahwa anak kecil itu melihat hadiah atau oleh-oleh dan semacamnya selalu dalam bentuk barang atau materi. Meskipun banyak orang dewasa bahkan yang sudah tua pun tidak jauh berbeda.

Makanya kita sering melihat ada beberapa orang dewasa yang berpesan kepada saudaranya atau kenalannya yang berpergian dengan ucapan, jangan lupa oleh-olehnya.

Dan akhirnya, teman yang musafir/berpergian itu dengan susah payah harus mencari dan membawa oleh-oleh yang dipesan tadi.

Mungkin tidak terlalu masalah bisa yang berpergian tadi menyiap kocek yang berlebih, bukan pas pasan atau waktu yang luang bukan mepet.

Memang ini merupakan kebiasaan, kalau bukan budaya, masyarakat Indonesia. Termasuk dalam perjalanan ibadah haji ketanah suci.

Karenanya di Mekah dan Madinah, pembelanja oleh oleh yang paling banyak adalah dari jamaah haji asal Indonesia. Dari mulai penjual kaki lima di emperan, toko biasa sampai di mal atau shoping center dipenuhi oleh jamaah asal Indonesia.

Oleh karena itu walau sedikit sedikit pedagang dan pegawai toko di Mekah ngerti bahasa Indonesia pasar. Seperti murah murah, oleh-oleh, Indonesia bagus dan lain sebagainya.

Sampai ada kawan sesama jamaah yang pulang lebih lama dari menunaikan shalat di Masjidil Haram, kemudian saat ditanya dari mana kok lama amat?

Anu, thawaf dulu di pasar seng, sambil menunjukkan barang belanjaannya, oleh untuk saudara, teman dan tetangga, jawabnya. (Saat itu, 2006, pasar seng belum digusur untuk perluasan masjid).

Sebenarnya bagaimana kedudukan meminta oleh oleh dari orang yang berpergian?
Dua hadits nabi Saw berikut ini bisa jadikan renungan:

Dari Hakim bin Hizam dia berkata,
Saya pernah meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau pun memberikannya padaku. Kemudian aku meminta lagi, maka diberikannya lagi. Kemudian aku meminta lagi, maka beliau pun memberikannya lagi. Sesudah itu, beliau bersabda,
‘Sesungguhnya harta ini adalah lezat dan manis. Maka siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya ia akan mendapat berkahnya. Namun, siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat berkahnya, Dia bagaikan orang yang makan namun tidak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah’.” (HR. Al-Bukhari no. 1472 dan Muslim no. 1717).

Kemudian hadits yang lain:
"Terus-menerus seseorang itu suka meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat dia datang dalam keadaan di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun," (HR. Al-Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1725). 

Memang hadits ini tidak khusus untuk orang yang berpergian, bahkan lebih umum untuk yang suka minta traktir atau malak.

Adapun untuk saudara dan untuk teman yang akan berpergian, kisah sahabat bisa menjadi acuan.

Suatu hari Shafwan bin Abdillah bertemu dengan kedua mertuanya, Abi dan Umi Darda di Syam, mengabarkan bahwa ia akan berangkat menunaikan ibadah haji. Kemudian Ummu Darda’ pun mengatakan, “Kalau begitu doakanlah kebaikan pada kami karena Nabi saw
pernah bersabda,”

“Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa’a yang mustajab (terkabulkan).

Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.”

Pergi haji adalah sebuah safar yang berkah. Dan seorang yang safar (musafir) adalah satu golongan yang doanga mustajab. Maka yang paling baik ketika ada yang berpergian adalah minta didoakan, sebagaimana contoh diatas dan hadits beriku ini:

Dari Anas bin Malik ra bahwa dia berkata Rasulullah Shallallahu Saw bersabda. “Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir” (HR. Baihaqi)

Adapun bila seorang yang berpergian kemudian menyiapkan oleh oleh tanpa diminta, itu adalah kebaikan. Karena beliau saw pernah bersabda:

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, karena hal itu akan membuat kalian saling mencintai.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro 6/169, hasan)

Ada seorang sahabat yang akan menunaikan ibadah haji kemudia minta bekal kepada nabi dan nabi memberi bekal doa berikut ini:

زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى، وَغَفَرَ ذَنْبَكَ، وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُ مَا كُنْتَ

zawwadakallaahut taqwaa, wa ghafara dzan baka, wa yassara lakal khaira haitsu maa kunta
"Semoga Allah membekalimu dengan takwa, mengampuni dosa-dosamu, memudahkan bagimu kebaikan di mana saja kamu berada." (HR at-Tirmidzi dan an-Nasa'i)

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)

 - 

Berita Terkini