bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Optimalisasi Produksi Migas untuk Memenuhi Kebutuhan Anak Negeri

Herman Batin Mangku - Opini
Selasa, 20 Agustus 2024 11:33
    Bagikan  
Optimalisasi Produksi Migas untuk Memenuhi Kebutuhan Anak Negeri
Helo Lampung

Khairuddin

OLEH KHAIRUDDIN*

KITA sering menjumpai antrean panjang kendaraan berbagai jenis di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di seantero negeri. Fenomena ini bukan hanya terjadi di kawasan kota, kabupaten, tapi hingga SPBU di kecamatan.

Kendaraan sering mengular untuk mendapatkan bahan bakar yang menjadi kebutuhan pokok bagi sarana transportasi. Selama antrean, waktu berjam-jam terbuang yang seharusnya bisa buat keluarga atau aktivitas produktif lainnya. 

Mereka yang antre tak jarang membunuh waktunya dengan bercengkrama, ngobrol ngalor, ngidul dengan sesama pengendara. Ada juga mereka yang antre serius membahas soal kenapa untuk mendapatkan BBM harus antre berjam- jam.

Apakah negeri ini sudah krisis BBM atau apakah pasokan bahan bakar ke SPBU memang sengaja dilambatkan? Inilah sekelumit pertanyaan pengendara yang antre menanti giliran mengisi BBM kendaraannya.

Sejujurnya, keluhan atau celotehan sebagian pengendara itu tidaklah berlebihan. Pasalnya, kejadian itu nyaris sepanjang hari mereka alami. Jadi hal wajar jika keluhan itu muncul.

Yang lebih miris lagi, pengendara harus menunggu dua hingga tiga hari bahan bakar baru tiba di SPBU. Bukan hanya bahan bakar. Kelangkaan akan gaspun kerap membuat resah terutama ibu rumah tangga.

Untuk menjawab hal di atas, penulis memberikan pandangan sejauhmana kinerja pemerintah dalam hal ini PT.Pertamina mulai dari hulu hingga hilir. Apakah yang dilakukan PT. Pertamina Hulu Energi Offsore South East Sumatera (PHE OSES) atau Offsore North West Java (ONWJ).

Kedua subholding upstream Pertamina itu, terus berjibaku mengekplorasi atau mengebor sumur (drilling) baru guna mendapatkan minyak bumi dan gas.

Hal ini terbukti, hingga Agustus 2024, produksi minyak mencapai 607.816 barrel perhari (Barrel Oil Per Day/BPOD) dan produksi gas mencapai 7.212 juta kaki kubik perhari (Million Standart Cubic Feet Day/MMSCFD).

Tak kalah sibuk, mitra PT.Pertamina yakni Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) punya peran sangat penting dalam semua kegiatan baik ekplorasi maupun ekploitasi.

Atas capaian produksi migas di tanah air yang fantastis itu, maka kecil kemungkinan republik ini akan terjadi krisis energi baik menyangkut minyak bumi dan gas. Jadi, fenomena di atas bisa jadi hanya karena soal teknis pendistribusian bukan karena kelangkaan apalagi darurat energi.

Dari sejumlah sumber, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro menegaskan, jika pencapaian minyak bumi dan gas yang membanggakan itu adalah komitmen para pelaku industri hulu migas, termasuk KKKS untuk mencapai target yang ditetapkan pemerintah serta mendukung ketahanan energi nasional.

Menurut Hudi, capaian di atas memberi jawaban yang menyatakan jika produksi minyak dan gas secara nasional menurun. Namun sebaliknya, hasil produksi itu adalah wujud nyata dan komitmen SKK Migas dan KKKS terus melakukan upaya terbaik demi memenuhi kebutuhan akan migas secara nasional.

Tak dimungkiri, peningkatan produksi migas sejatinya tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan SKK Migas dan KKKS senantiasa menggenjot produksi minyak bumi dan gas seperti optimalisasi sumur yang telah berproduksi di sejumlah daerah seperti sumur minyak bumi Cepu dan realisasi saluran gas yang meningkat kepada konsumen sehingga produksi gas dapat dicapai secara optimal.

Terkait optimalisasi sumur atau legal drilling, hingga saat ini terdapat sumur produktif sebanyak 932 sumur ditambah temuan sumur baru di kawasan Selat Makasar dan Perairan Utara Pulau Sumatera.

Atas temuan di dua wilayah tersebut hal itu berarti akan makin memperkuat industri hulu migas sebagai salah satu pilar ketahanan energi nasional.

Kemudian, untuk memperkuat upaya mewujudkan ketahanan energi nasional, SKK Migas terus mendukung upaya pemerintah dalam upaya meningkatkan daya tarik investasi Hulu Migas Indonesia termasuk penyederhanaan aturan atau regulasi investasi, perpajakan serta terkait skema bagi hasil

Tak kalah penting, masuknya investor global untuk berinvestasi, maka dipastikan akan membawa manfaat besar dalam pemenuhan migas secara nasional. Hal tersebut tentunya ada kemudahan mulai dari regulasi, perpajkan hingga sistem bagi hasil.

Lalu, terkait soal produksi dan pasokan gas nasional PT.Pertamina Hulu Energi (PHE) yang juga sebagai Subholding Upstream Pertamina, tahun ini telah menghasilkan 53.228 juta standart kaki kubik/MMSCFD.

Atas capaian volume gas yang fantastis itu, PHE pun menandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan sejumlah badan usaha atau perusahaan.

Perjanjian dimaksud diantaranya pertama PJBG antara PT.PHE Jambi dengan PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang dengan total volume gas yang akan dipasok 39.825 miliar British Thermal Unit atau setara dengan 34.934 juta standar kaki kubik/MMSCFD.

Lalu kedua, PJBG PT.Pertamina EP dengan PT.Pertamina Gas dengan total volume gas yang dipasok 4.386 juta standar kaki kubik/MMSCFD serta sejumlah perjanjian lain yang diharapkan mampu memasok gas baik ke industri skala besar hingga ke masyarakar secara nasional.

Kita berharap segala yang dilakukan badan usaha milik negara yakni PT.Pertamina, SKK Migas, KKKS dan lembaga lainnya menghasilkan minyak bumi dan gas yang mampu memenuhi kebutuhan akan energi migas secara nasional.

Dengan capaian produksi sepanjang tahun yang optimal, dipastikan Indonesia akan terhindar dari kelangkaan migas apalagi krisis energi. Semoga.

* Wartawan Helo.Indonesia.

 -