Helo Indonesia

Aquran Kita

Herman Batin Mangku - Opini
3 jam 58 menit lalu
    Bagikan  
Gufron Aziz Fuadi
Gufron Aziz Fuadi

Gufron Aziz Fuadi - Gufron Aziz Fuadi

PADA suatu kesempatan, seorang ustadz senior mengatakan, "Seharusnya bagi kita yang sudah menetapkan diri sebagai aktivis dakwah atau dai, memandang Alquran tidak sama dengan pandangan masyarakat umumnya. Yang melihat dari sisi pahalanya atau dari fadhilahnya.

Seharusnya masalah seperti ini sudah selesai. Pun keharusan membaca Alquran sehari satu juz. Hal penting seperti membaca Alquran ini, meskipun sunah, seharusnya bagi aktivis dakwah seolah suatu "kewajiban".  Bagi mereka Alquran adalah dusturuna, pedoman hidupnya.

Jadi membaca Alquran itu bukan lagi beban kewajiban, tetapi sudah menjadi habit yang secara otomatis tersedia waktu dan tenaganya seperti halnya makan siang atau sarapan.

Baru kemudian mereka harus menyediakan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk mempelajari Alquran agar bisa menjadikannya sebagai pedoman hidup. Bukan sekedar bacaan.

Karena kalau dai haraki tidak memahami Alquran sebagai pedoman hidup, bagaimana dia akan mengarahkan umat?

Mungkin kita perlu lebih serius lagi dalam memahami makna: Allahu Ghayatuna, Alquran Dusturuna dst..."

Saya khawatir, lanjutnya, bila kita tidak serius dalam "Alquran Dusturuna" ini, kita menjadi seperti ungkapan Allah dalam surat Al Jum'ah ayat 5:

مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

"Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

Agar kita tidak menjadi seperti ahlul kitab seperti dalam ayat di atas, maka Allah mengingatkan:"Kitab (Alquran) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran". (Shaad: 29)

Selanjutnya, beliau mengatakan, sebagai contoh, coba lihat bagian akhir surat al munafikun ayat 9-11, untuk siapa ayat ini?

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.

Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematian telah datang. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Kita sudah sering membacanya, tapi karena kita tidak ngerti artinya apalagi maknanya, maka kita menyangka ayat itu untuk orang orang munafik, hanya karena ada di surat al Munafikun (Orang orang munafik).

Coba ingat kembali penggalan nasyid Mabadi'una yang pernah dibawakan Snada:

Haa… haa… haa…
Dustuurunal Quran
Allahu ghayatunaa
Wa Rosuulunal adnaan
Zaaim da'watinaa
Almautu yaa Ikhwaan
Asmaa Amaaniinaa
Wa thoriiqunal jihaad
Hadzii Mabadi'unaa...

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)

 -