Helo Indonesia

Bolehkah Puasa Sunnah Idul Adha Digabung dengan Puasa Qadha Ramadhan?

Ratu Mandiri - Opini
Senin, 10 Juni 2024 13:01
    Bagikan  
 Ilustrasi Berpuasa
Screenshoot

Ilustrasi Berpuasa -

HELOINDONESIA.COM - Masih menjadi perdebatan apakah puasa sunnah Idul Adha dan qadha Ramadhan dapat dilakukan secara bersamaan?

Saat ini Umat Muslim di seluruh dunia termasuk Indonesia telah memasuki bulan Dzulhijjah 1445 H. Pada bulan ini, ibadah puasa sunnah Dzulhijjah di 9 hari pertama dianjurkan untuk mereka yang tidak menjalankan ibadah haji.

Ibadah sunnah ini memiliki amalan dan pahala yang berlipat ganda, sehingga banyak umat Muslim yang tak ingin ketinggalan meski mereka belum mengqadha Ramadhan.

Namun bagaimana bagi yang masih memiliki utang puasa Ramadhan? Apakah bisa menggabungkan pelaksanaan utang puasa Ramadhan dengan puasa Dzulhijjah?


Terdapat perbedaan pendapat terkait hukum menggabungkan puasa Dzulhijjah dengan puasa qadha. Untuk memahaminya, simak penjelasannya untuk setiap pendapat yang dikutip dari situs Nahdlatul Ulama Jabar dan Jatim.

Pendapat yang Membolehkan
Sayyid Bakri dalam kitab I'anatut Thalibin menerangkan bahwa orang yang berpuasa pada hari-hari tertentu yang sangat dianjurkan untuk berpuasa akan mendapatkan keutamaan sebagai mereka yang berpuasa sunnah pada hari tersebut. Meskipun niatnya adalah qadha puasa atau puasa nazar.

وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال و الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا

Artinya: Di dalam Al-Kurdi terdapat nash yang tertulis pada Asnal Mathalib dan sejenisnya yaitu Al-Khatib as-Syarbini, Syekh Sulaiman al-Jamal, Syekh ar-Ramli bahwa puasa sunnah pada hari-hari yang sangat dianjurkan untuk puasa memang dimaksudkan untuk hari-hari tersebut. Tetapi orang yang berpuasa dengan niat lain pada hari-hari tersebut, maka dapatlah baginya keutamaan... Ia menambahkan dalam kitab Al-I'ab. Dari sana, Al-Barizi berfatwa bahwa seandainya seseorang berpuasa pada hari tersebut dengan niat qadha atau sejenisnya, maka dapatlah keduanya, baik ia meniatkan keduanya atau tidak. (Lihat: Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha ad-Dimyathi, I'anatut Thalibin, [Kota Baharu-Penang-Singapura, Sulaiman Mar'i: tanpa catatan tahun], juz II, halaman: 224).

Meskipun demikian, bagi yang memiliki utang puasa Ramadhan alangkah baiknya mengqadha utang puasanya terlebih dahulu. Setelah itu mereka baru boleh mengamalkan puasa sunnah Dzulhijjah. Tetapi kalau utang puasa Ramadhan itu baru teringat jelang bulan Dzulhijjah, sebaiknya ia membayar qadha puasanya di bulan Dzulhijjah atau hari Arafah.