bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Tadabbur Mudik dan Sangkan Paraning Dumadi

Herman Batin Mangku - Opini
Kamis, 11 April 2024 08:39
    Bagikan  
Gufron Aziz Fuadi
Gufron Aziz Fuadi

Gufron Aziz Fuadi - Gufron Aziz Fuadi

Oleh Gufron Aziz Fuadi*

MUDIK lebaran tahun ini, menurut Kemenhub, diperkirakan melibatkan 193 juta orang. Dan menurut para ekonom akan melibatkan perputaran uang sekitar 157,3 triliun. Jumlah yang tidak sedikit tentunya, meskipun kalah fantastis dengan angka Rp271 triliun yang viral belakangan ini.

Sedang menurut para pemudik, macetnya lebih parah. Tapi ya begitulah, mudik tanpa mudik nggak asik.

Tradisi mudik, paling tidak sudah dimulai sejak jaman kerajaan Mataram Islam pada abad 16. Dimana para pejabat atau bangsawan kerajaan yang ditempatkan diberbagai wilayah jauh menyempatkan waktu untuk kembali sebentar (mulih sedilik) atau kembali dahulu (mulih ndisik) untuk memberi hormat kepada para atasan, orang tua dan leluhur pada hari lebaran (idul fitri). Juga tentunya cerita tentang success story diperantauan.

Maka dari itu banyak perantau yang merasa belum sukses, lebih memilih memendam rasa rindu yang berat akan orang tua dan kampung halamannya. Sebagaimana ungkapan dalam lagu "Taragak Pulang" yang sering menjadi backsound yang mengiringi perjalanan mudik para perantau Minang:

Oh Mande kanduang usah risaukan denai di siko,
Kok lai untuang suratan Tuhan kabakeh ambo,
Di hari rayo tahun nan katibo,
Denai pulang jo minantu bundo,
Jo oto baru kileknyo rancak sirah warnanyo 2x

(Oh Ibu jangan khawatirkan aku di sini,
Jika untung suratan Tuhan untuk diri ini,
Di hari raya tahun depan,
Aku pulang bersam menantu Ibu
Dengan mobil baru berkilat indah berwarna merah...)

Tradisi mudik ini mulai semakin masif pada akhir tahun 60-an sejak meningkatnya arus urbanisasi seiring meningkatnya pembangun di kota kota besar sejak tumbangnya Orde Lama.

Dimana kaum urban ini setiap  lebaran melakukan perjalanan mudik (mulih dilik) ke kampung halaman untuk memberikan bakti dan penghormatan kepada orang tua serta menyambung silaturahim dengan saudara, sanak famili dan handai taulan.

Bahkan tidak jarang dalam kesempatan mudik ini dimanfaatkan untuk melakukan reuni sekolah. (Meskipun menurut sebuah laporan, reuni pada lebaran tahun lalu memiliki andil besar dalam meningkatnya angka perceraian, karena CLBK saat reuni).

Dengan kata lain mudik memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia karena tidak hanya menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga, tetapi juga menjadi sarana untuk menghargai dan menghormati orang tua, saudara, dan kerabat di kampung halaman.

Mudik seharusnya bisa mengingatkan kita bahwa setiap kita (manusia ) pada akhirnya akan kembali ke kampung halaman. Bukan saja kampung halaman di jagad kecil tempat kita dilahirkan dan dibesarkan. Tetapi juga tentang kampung halaman di jagad besar tempat
nenek moyang manusia berasal, kampung akhirat.

Pasa saat mudik, setiap pemudik pasti ingin menunjukkan bahwa perjalanan perantauannya mengalami kesuksesan. Atau dalam bahasa agama, manusia yang dapat kembali dengan selamat dan sukses digambarkan sebagai manusia yang berjiwa tenang (nafsul mutmainnah). Yaitu orang-orang yang hidupnya taat dan patuh serta berorientasi kepada Allah.

Mudik juga seharusnya mengingatkan kita tentang sangkan paraning dumadi. Tentang dari mana seorang manusia berasal dan ke mana dia akan kembali. 
Tuhan adalah sumber dari asal-usul manusia dan kelak manusia akan kembali menghadap kepada-Nya.

Dan sebaik baiknya orang yang kembali adalah yang kembali dengan kesuksesan serta tidak nyasar. Dan itu adalah mereka yang dalam perantauannya mematuhi wasiat dan ajaran dari Tuhan nya sehingga ia akan kembali kepada Tuhannya dengan ketenangan dan kebahagiaan karena ridha dan mendapatkan ridha Nya (Rabbika radiyyatan mardhiyyah).

Mudik seharusnya bisa menjadi sarana men-tadabur  Surat Al Fajr: 27-30), menyatakan:
“ya ayyatuhan nafsul muthmainnah, irji'i ila rabbiki radhiyatan mardhiyah, fadhulii fi 'ibadi wadhuli jannati”.

Yang artinya kurang lebih: “wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridho dan diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Mudik asik itu karena rindu dan dirindukan. Bukan seperti kata tulisan di mobil truk, Pulang malu nggak pulang rindu.

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)
-----
*Tadabbur ialah memperhatikan, merenungkan sesuatu dibalik suatu perkara ataupun fenomena yang terjadi.

 - 

Tags