bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Selagi Nafsu Kehilangan Teman Koalisinya

Herman Batin Mangku - Opini
Minggu, 17 Maret 2024 12:12
    Bagikan  
Gufron Aziz Fuadi
Gufron Aziz Fuadi

Gufron Aziz Fuadi - Gufron Aziz Fuadi

SETELAH beberapa hari ini kita berpuasa, menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan, masih kah kita melakukan perbuatan maksiat, mubadzir atau perbuatan tercela lainnya seperti berbohong, menghujat, bergunjing serta iri dan dengki? Juga belum fastabiqul khairat, berlomba lomba dalam kebaikan?

Sepertinya masih ya?
Padahal kata Nabi Saw pada bulan Ramadhan syetan dibelenggu  masuk bui.

Mengapa?
Ini bukan karena ungkapan nabi tidak benar. Tetapi karena pemicu manusia berbuat jahat dan maksiat masih ada dan bersemayam di dalam diri manusia, yaitu nafsu.

Dari Anas bin Malik RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
المؤمن بين خمْس شدائد : مؤمن يحْسده ومنافق يبغضه وكافِر يقاتله ونفْس تنازِعُه وشيطان يضلّه (رواه الديلمي)

Setiap mukmin ada dalam lima ancaman: orang mukmin yang hasad (iri dengki), orang munafik yang membenci, orang kafir yang memerangi, nafsu yang menetang (berbuat baik), dan syetan yang menyesatkan. (Hr. Abu Dawud)

Jadi bila disaat kita berpuasa di bulan Ramadhan tetap kita masih melakukan perbuatan keji dan mungkar padahal syetan sedang dibelenggu, bisa ditengarai karena nafsu masih berdiri mengangkang dalam diru kita. Secara nafsu dan syetan sudah berkoalisi dan berkolusi sepanjang tahun, kecuali Ramadhan untuk menggoda dan menjerumuskan manusia dari jalan Allah.

Itulah mengapa puasa Ramadhan sering disebut sebagai perang melawan hawa nafsu. Dalam sebuah hadits dikatakan:
"Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya” (Hadits shahih diriwayatkan oleh ibnu Najjar dari Abu Dzarr).

Mengapa?
Ini karena memerangi hawa nafsu bukan sesuatu yang mudah. Sebab nafsu (sebagai musuh yang diperangi) ada didalam dirinya, dan nafsu yang diperangi itu umumnya adalah sesuatu yang kita sukai.

Disisi lain, pada bulan Ramadhan, kita juga bisa merasa lebih nyaman dan lebih bersemangat dalam melakukan kebaikan dan ketaatan. Itupun disebabkan karena syetan sedang dibelenggu.
Dengan syetan yang sedang dibelenggu maka perlawanan musuh berkurang satu. Alias nafsu sedang kehilangan teman koalisinya.

Sehingga hambatan untuk beribadah dan melaksanakan ketaatan kepada Allah yang biasanya gencar dan kuat, seolah menjadi tidak bisa dilancarkan secara optimal.

Maka masjid menjadi lebih ramai, sedekah menjadi lebih banyak, membaca Alquran yang biasa berat menjadi lebih rajin. Bahkan para seleb yang biasanya buka aurat mendadak menjadi menutupi nya.

Pejabat juga muncul dan mendadak menjadi ustadz. Semuanya menyerukan kebaikan.
Alhamdulillah...

Oleh karena itu, mumpung nafsu sedang berjuang sendirian gunakanlah waktu yang hanya sebulan ini untuk memeranginya sampai mereka lemah, kalah dan bisa dikendalikan. Karena nafsu tidak bisa dibunuh, dia hanya bisa ditundukkan dan dikendalikan sebelum dia menjadi kuat lagi saat berkolusi dengan teman koalisinya, syetan.
Dimana saat itu , di luar bulan Ramadhan, pertahanan dan serangan kita mulai melemah.

Padahal dendam syetan untuk
menyesatkan manusia tidak pernah padam. Sebagaimana ditegaskan dalam surat Shad, 82-83:
Iblis (setan) menjawab, "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka."

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)

 - 

Tags