bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Jangan Kau Curangi Aku

Herman Batin Mangku - Opini
Sabtu, 2 Maret 2024 08:49
    Bagikan  
Gufron Aziz Fuadi
Gufron Aziz Fuadi

Gufron Aziz Fuadi - Gufron Aziz Fuadi

Oleh Gufron Aziz Fuadi

AKHIR-AKHIR ini, terutama menjelang dan setelah pemilu dan pilpres, viral dan populer kosa kata  "curang". Curang, menurut KBBI online, adalah tindakan menipu, mengelabui, atau melakukan kebohongan untuk memperoleh keuntungan pribadi atau merugikan orang lain, kelompoknya atau kelompok lain.

Karena kita tidak punya data dan bukti yang sahih dugaan kecurangan pileg dan pilpres, kita serahkan saja kepada yang punya kewajiban. Dengan harapan, mereka tidak melakukan kecurangan.

Kalau pun mereka curang, itu urusannya dengan Allah, karena dalam Islam, semuanya harus dibuktikan secara materiil. Islam melarang kita menuduh pihak lain tanpa bukti materiil yang sah.

Tetapi kita juga tidak boleh tidak peduli. Karena peduli dan ikut mengawasi akan mempersempit ruang untuk melakukan asz. kecurangan. Karena mempersempit ruang gerak untuk bermaksiat, melakukan kecurangan juga merupakan kewajiban muslim dalam amar makruf nahi mungkar.

Adapun bagaimana Islam memandang perilaku curang, banyak ayat dan hadits yang jelas dan tegas. Diantaranya dalam surat al Muthafifin Allah berfirman:

{ وَيۡلٞ لِّلۡمُطَفِّفِينَ }
Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menghitung dan menimbang)!

{ ٱلَّذِينَ إِذَا ٱكۡتَالُواْ عَلَى ٱلنَّاسِ يَسۡتَوۡفُونَ }
(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan,

{ وَإِذَا كَالُوهُمۡ أَو وَّزَنُوهُمۡ یُخۡسِرُونَ }
Dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.

{ أَلَا یَظُنُّ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ أَنَّهُم مَّبۡعُوثُونَ }
"Tidakkah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan"

Hari dibangkitkan adalah hari setelah kiamat dimana semua manusia akan dihisab atau diaudit secara sangat detil dan adil, yang saksinya adalah seluruh anggota tubuh kita dan bumi yang kita pijak sedangkan mulut kita terkunci rapat tanpa bisa bicara.

Dalam hadits, Rasulullah Saw bersabda:

مَن غَشَّنا فليسَ مِنَّا

" Siapa yang curang, maka bukan  dari golongan kami"  (HR Muslim)

Menurut jurnal Fraud dalam Perspektif Islam Volume 5 Nomor 1 susunan Safuan dan Ismartaya, kecurangan terbagi atas beberapa jenis, yaitu taghrir (menipu), 
ghabn (menjual dengan harga sangat tinggi), gharar (melakukan transaksi yang tidak jelas), ghulul (korupsi), risywah (suap), dan ihtikar (menimbun).

Nabi Syuaib adalah nabi yang di utus untuk bangsa Madyan yang menyembah berhala, pembangkang, serakah dan suka berbuat curang/menipu kepada sesama nya. Mereka terbiasa menimbang untuk orang lain dikurangi takarannya dan bila untuk dirinya sendiri dilebihkan. Kalau menghitung untuk orang lain dikurangi jumlahnya, dan sebaliknya kalau menghitung untuk dirinya atau kelompoknya, ditambahkan angkanya.

Curang atau menipu bisa terjadi pada semua aktifitas kehidupan, ekonomi, sosial politik, dan hukum. Curang itu bertingkat-tingkat, hukumnya haram, dan melakukannya berdosa sesuai dengan tingkatannya. Curang bukan merupakan budaya atau tradisi Islam atau umat Islam. Islam sangat mengecam keras perbuatan ini.

Dalam hadits terkait ekonomi dan jual beli. Disebutkan bahwa, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, (padahal makanan yang diatas kering, supaya timbangannya berat atau yang buruk tidak kelihatan) maka  beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atasnya  agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim no. 102)

Sedangkan yang terkait dengan politik dan hukum, Rasulullah saw bersada:

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِي. رَوَاهُ

"Rasulullah melaknat penyuap dan yang menerima suap" (HR Khamsah kecuali an-Nasa'i dan dishahihkan oleh at-Tirmidzi).

ما مِنْ عبدٍ يسترْعيه اللهُ رعيَّةً ، يموتُ يومَ يموتُ ، وهوَ غاشٌّ لرعِيَّتِهِ ، إلَّا حرّمَ اللهُ عليْهِ الجنَّةَ

"Siapa diantara hamba, yang Allah amanatkan untuk memimpin rakyatnya, kemudian mati saat mati dia curang (menipu) terhadap rakyatnya, maka Allah haramkan baginya surga." (HR Bukhari dan Muslim ).

Sifat-sifat tersebut bukanlah sifat seorang muslim, bahkan bagian dari sifat munafik, Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw., belia berkata, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; Apabila berbicara dia berdusta, bila dia berjanji dia mengingkari dan bila diberikan amanat dia berkhianat.”
(HR. Bukhari, no. 33)

Beberapa kecurangan yang terjadi dan yang harus dijauhkan setiap muslim dan setiap manusia yang punya harga diri, menurut Iman Santoso, Lc adalah:

1. Curang dan manipulasi dalam menambah atau mengurangi data atau angka.
2. Curang, menipu dan berbohong untuk mendapatkan suara atau dukungan.
3. Curang dan berbohong dalam kesaksian.
4. Curang dalam timbangan dan jual beli.
5. Curang, menipu,  berbohong  dan tidak amanah memipin rakyat  dan dalam pekerjaan.
6. Suap menyuap untuk membeli suara dan dukungan.
7. Mengambil suara orang lain dengan suap.
8. Memfitnah orang lain sesuatu yang tidak sebenarnya. Dll.

Semoga Allah memberi karunia kepada kita untuk menjauhkan dari setiap  akhlak yang buruk dan menghiasi dengan akhlak yang baik.
Dan kepada yang terpilih, jangan rakyat yang memilihnya berkeluh seperti Anang Hermansyah:
"...Benar 'ku mencintaimu
Tapi tak begini
Kau khianati
Kau curangi aku
Kau dustai hati..."

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)

 - 

Tags