bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Lost of Respect, Lost of Ethics..

Herman Batin Mangku - Opini
Senin, 12 Februari 2024 13:05
    Bagikan  
Lost of Respect, Lost of Ethics..
Helo Lampung

Anshori Djausal (Foto BBM/Helo)

Oleh Anshori Djausal*

PADA tahun 2000-an, saya sebagai dosen sempat kaget ketika ada mahasiswa konsultasi dengan gaya bicara tak didahului basa-basi dan wajah tanpa senyum sebagaimana kebiasaan turun-temurun bangsa kita.

Untuk memahami munculnya fenomena itu, saya coba meminta pandangan anak saya yang segenerasi dengan mahasiswa tersebut. Dia kemudian menjelaskan soal munculnya cara komunikasi via short message service (SMS).

Dijelaskannya saat itu, munculnya gaya komunikasi va SMS yang harus mengungkapkan sesuatu secara singkat. Bagaimana dapat basa-basi, pesan yang akan dikirimkan sangat terbatas kala itu.

Teknologi komunikasi terus berkembang sangat pesat. Dari hanya bisa mengirim pesan singkat (SMS), telepon genggam berkembang bisa menulis lebih panjang dan mengirim imoji. Senyum, tertawa, menangis, diwakili imoji.

Jika tak diwakili imoji, cukup ketik hahaha atau wakakak untuk tertawa dan sedih dengan hiks-hiks. Kita tak perlu lagi mengungkapkan apa yang ada dalam hati cukup diwakili imoji saja yang anya tinggal mengetik di layar handphone.

Semakin kemari, apalagi jelang Pemilu 2024, jari-jari tangan bisa dengan gampang mencaci maki orang dengan kata: dajal, dungu, goblok. Dan tentu saja, tak berhadapan langsung satu sama lain. Capres-cawapres yang dibenci dicaci-maki dengan kosa kata tak etis, sopan-santun dilempar ke kerancang sampah. 

Fenomena semacam ini memuncah jelang Pilpres 2024. Kata 'assuu, anjing , goblog ternyata juga dengan monetasi, jadi duit. Barangkali buat orang lain oke oke saja, hal yang lamat-lamat dapat dimaklumi sebagai efek komunikasi yang ada digenggaman setiap orang.

Walau, ada semacam fenomena besar lost of respect satu sama lain dan lost of ethics secara berjamaah. Telepon genggam memunculkan lemahnya rasa empati dan etika yang terus merambat dari generasi milenial hingga Gen-Z.

Di masa belum ada gadget, di kampung saya di Kabupaten Lampung Utara, urusan jadi serius dan muncul piil ketika ada yang mengatakan dajal, dll.

Fenomena serampangan dalam komentar yang menurut saya dapat menyuburkan potensi gangguan mentalitas hingga kesehatan fisik yang membuat ikut mengacaukan keseimbangan metabolisme, pankreas dan lever karena ikut marah-marah via medsos.

Lost of respect, lost of ethics ...

* Budayawan Lampung

 - 

Tags