bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

IBU PERTIWI SEDANG HAMIL TUA

Ratu Mandiri - Opini
Kamis, 1 Februari 2024 23:39
    Bagikan  
ROY SURYO
istimewa

ROY SURYO - Roy Suryo sewaktu meraih gelar Doktor

Oleh : Dr KRMT Roy Suryo, M.Kes 

Ketika Alm. H. Rosihan Anwar (10/05/1922 – 14/04/2011), seorang Sejarawan, Sastrawan,  Budayawan & Calon Anggota Konstituante (mewakili Partai Sosialis Indonesia) menulis buku "Sebelum Prahara Pergolakan Politik Indonesia 1961-1965" yg diterbitkan Penerbit Sinar Harapan th 1980, banyak masyarakat yg terusterang belum benar2 bisa memahami apa yg dirasakan oleh Beliau dan Rakyat Indonesia saat itu, karena saat peristiwa aslinya terjadi menjelang G-30S/PKI th 1965 memang banyak generasi sekarang yg belum lahir, utamanya adalah Millenial apalagi Gen-Z. Namun apakah bisa alasan "belum lahir" ini digunakan sebagai apologi seseorang utk abai thdp peristiwa yg sekarang terjadi ?

Tentu jawabannya adalah TIDAK (bahkan saya tulis dgn Huruf Besar / Kapital) karena urusan kedepan Bangsa ini bukan hanya milik segelintir orang, apalagi hanya oleh satu keluarga saja. Jadi memang tulisan kemarin ("Rencana Mundurnya Prof Mahfud MD ditinjau dari sisi Manajemen OCB") sekarang sudah benar2 terlaksana, artinya Beliau secara Ksatria sudah mengundurkan diri dengan mengedepankan Hati dan Etika, alias bukan hanya letterlijk Aturan Hukum, apalagi aturan yg memang sengaja diubah / dibuat utk meloloskan hal2 tertentu, misalnya yg belum cukup umur tetapi dipaksakan kemarin dsb.

Jadi kalimat "Ibu Pertiwi sedang Hamil Tua" yg disitir oleh Alm Rosihan Anwar tsb sebenarnya berlatar belakang tahun 1965, dimana saat itu Anwar Sanusi (dari Partai yg sekarang terlarang, PKl) dalam sambutannya pada penutupan Latihan Sukwan Bantuan Tempur BNI yg awalnya memang mengatakan "Kita sekarang berada dalam situasi di mana Ibu Pertiwi sedang dalam keadaan hamil tua. Sang Paraji, Sang Bidan sudah siap dengan segala alat yang diperlukan untuk menyelamatkan kelahiran Sang Bayi yang lama dinanti-­nanti. Sang Bayi yang akan lahir dari kandungan Ibu Pertiwi itu adalah suatu kekuasaan politik yang sudah ditentukan dalam Manipol yaitu kekuasaan gotong-royong yang berporoskan Nasakom bersoko-guru buruh dan tani.”

Saat ini kondisi sosial-politik Indonesia memang belum bisa disamakan dgn situasi saat itu, bahkan dimiripkan dgn kondisi hari2 terakhir Orde Baru (Mei 1998) saja masih belum, namun embrio2-nya sudah mulai terasa dilingkungan kampus2. Mulai dari UGM dan UII di Jogja, kemudian UI di Jakarta, rencana selanjutnya dikampus2 lain seluruh Indonesia bahkan bukan tidak mungkin Rakyat selaku The Silent Majority akan ikut bergerak bilamana memang kontraksi (bak bayi yg akan lahir) ini sudah terasa sampai ke pelosok negeri. Bagaimanapun juga Gerakan Moral di Indonesia sudah terbukti ampuh utk menurunkan Rezim yg dirasa mulai melenceng oleh masyarakat dan hal tsb tidak akan bisa dibendung karena "wis wayah-e" (Jw) yg artinya sudah waktunya.

Kalau kemarin saya menulis OCB (Organizational Citizenship Behavior bisa jadi solusi negara ini (baca: Presiden dgn Kabinetnya) utk menyambut "kelahiran bayi" tsb akibat dimungkinkannya terjadi "Tsunami Politik" gegara bisa jadi tidak hanya satu menteri yg mundur (dalam hal ini hanya Prof Mahfud MD saja) namun diikuti oleh menteri2 yg lain sebagaiman "bocor alus" versi beberapa media dari Kabinet sekarang ini. Namun bukan berarti dengan OCB situasi tsb bisa 100% diantisipasi, karena kalau memang sudah Sunatullah, maka apa yg memang digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasaz Allah SWT, InsyaaAllah pasti terjadi. Hanya saja minimal kondisi bisa sedikit diminimalisir agar jangan "Tsunami Politik" akibat "lahirnya" Sang Jabang Bayi dari Rahim Ibu Pertiwi tsb tidak makin menimbulkan penderitaan bagi Rakyat sesuai cita cita demokrasi selama ini.

Secara detail sudah saya paparkan kemarin bahwa OCB dapat diaplikasikan secara berbeda2 tergantung bagaimana bentuk dan sistem demokrasi negara tersebutmisalnya Invidualisme vs Kollektivisme, Masculinity vs Femininity, Individual Power Distance, Collectivism Power Distance dsb, sehingga tergantung bagaimana mau digunakan atau tidak tergantung dari bagaimana Presiden menyikapi kondisi yg sekarang terjadi: Mau digunakan Pandangan Manajemen OCB, Mau digunakan Standar Etika atau Aturan secara Letterlijk atau bahkan tetap saja (abai) meneruskan Gayanya selama ini karena merasa sangat yakin bahwa apa2 yg dilakukannya -menurut Surpay, bukan Survey- masih memiliki apprival rate diatas 80%.

Kesimpulannya, "Ibu Pertiwi (benar2 sekarang dirasakan) Sedang Hamil Tua", apakah "kelahiran"-nya tsb merupakan Sosok yg memang benar2 bak Satrio Piningit yg ditunggu2 sejak lama segenap Anak Bangsa utk bisa merubah nasib menyejahterakan Rakyat Indonesia atau malah "Anak Haram" (bukan hanya versi Konstitusi) yg justru akan semakin membuat Bangsa ini tidak bisa mencapai cita cita Indonesia Emas 2045 yad karena salah arah akibat salah pilih orang (semoga tidak). Sekalilagi semua sudah ada Ilmunya, secara Manajemen salahsatunya menggunakan OCB, secara Politik, secara Moral, secara Hukum, secara Sosial dsb. Semoga Indonesia diselamatkan ...

 (Jakarta 1 Februari 2024, Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes - Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB)