bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Lunturnya Pesona Sang Putra Mahkota di Mata Milenial

Herman Batin Mangku - Opini
Kamis, 25 Januari 2024 15:05
    Bagikan  
Lunturnya Pesona Sang Putra Mahkota di Mata Milenial
Helo Lampung

Ilustrasi Mahkota

Oleh Andy*

RAKYAT Kerajaan Indogarki terperangah, anak Raja yang masih muda, cerdas, dan teduh tiba-tiba mencalonkan diri jadi wakil raja yang hendak lengser. Walau tak cukup syarat, apa sih yang gak bisa buat seorang anak Raja? Semua siap membantu memuluskan jalannya. Putra mahkota para mantan raja lainnya "minggir".

Berlatar belakang pengusaha dan sedikit pengalaman memimpin kewedanaan, "Sang Putra Mahkota" maju dan menjadi "pesona" luar biasa bagi anak-anak muda, kaum milenial, Gen Z, dan lain-lain yang kini jumlahnya signifikan memenangkan kontestasi. Ditambah, jago bisnis.

Bidikan pesonanya tepat, popularitas dan elektabilitasnya terhadap sosoknya lumayan buat pengimbang sang calon raja pengganti yang sudah uzur tapi selalu ngotot ingin menggantikan Sang Raja. Klop, pasangan ini mewakil generasi tua dan muda.

Dari beberapa lembaga survey, sang putra mahkota lumayan moncer membetot perhatian para anak muda. Kaum milenial merasa terwakili dengan sosok sang putra mahkota. Namun, itu awalnya, semakin banyak bergerak dan bicara kesana-kemari, hasil surveynya malah turun. Kenapa?

Masa kampanye yang cukup panjang dan tampil beberapa kali di depan rakyat, karakter, kemampuan dan profesionalisme sang putra mahkota makin terlihat berada di level apa. Setelah awalnya naik, belakangan elektabilitasnya malah turun.

Gengnya mencoba turun ke daerah sampai kampung-kampung. Berdiskusi dengan beberapa pemilih muda, mereka merasa semakin kemari semakin meragukan kemampuannya menjadi orang nomor dua di Kerajaan Indogarki.

Dalam penyampaian visi dan misi belum tergambarkan dengan jelas untuk kerajaan, putra mahkota sering kali memberikan pernyataan yang kontradiktif, sehingga membuat milenial menjadi bingung dengan arah kepemimpinannya.

Selain itu, putra mahkota dinilai tidak memiliki kemampuan untuk merangkul semua kalangan. Putra mahkota sering kali terlihat hanya dekat dengan kalangan tertentu, sehingga membuat milenial yang berasal dari kalangan minoritas merasa tidak terwakili.

Lunturnya pelet ini di mata milenial tentu menjadi kabar buruk baginya. Jika sang putra mahkota ingin tetap menjadi kandidat terfavorit, maka ia harus segera memperbaiki citranya di mata milenial.

Dia harus menunjukkan bahwa ia memiliki pengalaman, visi dan misi yang jelas, serta kemampuan untuk merangkul semua kalangan.

Seorang mahasiswa universitas negeri di Lampung mengatakan alasannya ke penulis. Kata dia, pernyataan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial membuat para milenial merasa tidak nyaman, karena mereka ingin pemimpin yang memiliki karakter yang baik dan bisa menjadi teladan.

Masih keburukah membalik kembali agar peletnya digdaya lagi? Wallahu A'lam Bishawab, hanya Allah yang mengetahui kebenaran sesungguhnya.

* Pengamat dan penggiat Jaringan Rakyat

Tags