bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Recehan, Kakehan Gluduk Kurang Udan, PKS Disamakan Wahabi

Herman Batin Mangku - Opini
Rabu, 24 Januari 2024 13:30
    Bagikan  
pKS
Gufron Aziz Fuadi

pKS - Gufron Aziz Fuadi

Oleh Gugron Aziz FuaFundingdi*

BEBERAPA waktu yang lalu beredar video kutipan ceramah dari Gus Miftah yang mengatakan kalau dakwah nahdliyyin itu selalu mengutamakan basyiro, memberikan kabar gembira, bukan nadziro atau memberikan peringatan.

Kalau Wahabi lebih mengutamakan memberikan peringatan. Siapa Wahabi, kalau di sini, ya gampangnya ya PKS! Kawan-kawan banyak yang bertanya, mengapa PKS tidak membantah fitnah dari Gus Miftah?

Saya sampaikan kepada mereka, PKS itu lembaga besar. Pemilihnya hampir 9 juta, para pengurus dan anggotanya banyak doktor lulusan Madinah, Riyadh, Mesir, Eropa, Jepang, Amerika dan lainnya.

Kalau kemudian harus menanggapi hal semacam itu, sama dengan mengecilkan diri sendiri. Apalagi PKS sebagai partai peserta pemilu pastinya saat ini lebih fokus memenangkan partai dan capres-cawapres pada 14 Februari 2024.

Adapun urusan kakehan gluduk kurang udah (kebanyakan guntur tapi tak hujan) cukup ditangani DPC kecamatan atau perorangan anggota PKS yang berlatar belakang santri. Biar 'memper', seimbang dan aple to aple.

Kakehan gluduk kurang udan artinya kebanyakan guntur tidak ada hujan.
Maknanya: orang yang terlalu banyak bicara, menyombongkan diri, tetapi tidak konsekuen, tidak direalisasikan dengan tindakan nyata.

Dan, terbukti misalnya munculnya video testimoni Abdul Hadi Wijaya, anggota DPRD Jawa Barat  yang juga pengurus inti DPW PKS Jawa Barat dan pengurusit dari KH. Hasyim Asy'ari.

Beliau mengatakan sudah puluhan tahun di PKS dan tidak pernah PKS membuat sesuatu yang memusuhi atau bertentangan dengan ajaran Mbah Hasyim.

Dalam pengajian pengajian PKS, yang saya ikuti sejak jaman PK thok, justru ditekankan agar para anggota PKS berusaha untuk menjadi perekat umat. Hal ini mengingat anggota PKS sangat beragam latar belakang keislamannya.

Ada yang dari nahdliyyin, Muhammadiyah, Persis, Mathla'ul Anwar, PUI. Ada yang lulusan pesantren salaf, pesantren modern maupun pesantren kilat dan Islamic boarding school.

Beberapa waktu yang lalu, Mufti Salim, Lc. MA silaturahmi ke rumah. Beliau cerita tentang membuat challenge untuk Gus Miftah untuk ngaji bareng. Yang intinya adalah ayo kita buka kitab, buka tafsir tentang dakwah dan bagaimana kedudukan bashiro wa nadziro dalam dakwah Rasulullah SAW.

Sebagaimana ayat 119 surat Al Baqarah: "Sesungguhnya Kami telah mengutus mu (Muhammad) dengan kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan..."

Bukan masalah tuduhan PKS adalah Wahabi, karena itu fitnah recehan yang bertujuan untuk menjauhkan jamaah nahdliyyin dengan PKS. Karena tidak sedikit pihak yang takut atau tidak berkenan kalau PKS mesra dengan NU, dan sebaliknya mereka lebih senang bila warga NU ada di luar PKS.

Menurut surveinya Deni JA, saat ini warga Nahdliyyin ada di: PDIP (23%), Gerindra (13%), Golkar (11,8) dan lebih sedikit di PKB (11,3).

Konfigurasi di atas seharusnya menjadi tantangan bagi PKB untuk menggiring pulang warganya yang berkelana pada tiga partai tersebut. Daripada mewaspadai PKS yang memiliki pemilih tersendiri.

Orang-orang yang sering disebut wahabi sendiri, sampai sejauh ini antipartai dan antipemilu. Bahkan tidak sedikit yang menyebut PKS melakukan bid'ah, karena membuat partai dan ikut pemilu tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Begitupun dengan HTI yang juga tidak ikut nyoblos dalam pemilu.
Hanya kepada mereka, Wahabi/Salafi dan HTI, PKS bertoleransi.

Beberapa kawan yang NU dan PKB sendiri dalam obrolan santai mengatakan, sebenarnya kami tahu kalau PKS itu beda dengan waktu⌚ahabi tapi ya bla bla bla...

Mufti Salim, adalah ketua DPW PKS provinsi Lampung. Lahir di Kalirejo Lampung Tengah dari keluarga NU. Alumni Pondok Pesantren  Ali Maksum Krapyak.  Kemudian melanjutkan S1 di Universitas Islam Madinah dan S2 di Malaysia.

Dengan latar belakang tersebut, sepertinya gayeng bila challenge ngaji bareng ditandangi oleh Gus Miftah dan disaksikan oleh ketua MUI dan ketua NU Lampung. Ini bisa memenuhi kegelisahan cendekiawan NU, Gus Baha yang sering mengatakan kalangan NU saat ini tradisi ngaji kitab sudah semakin hilang. Tidak populer. Kalah populer dengan pengajian yang ger-ger-an.

Saya berharap ngaji bareng itu bisa terlaksana. Disanalah kita bisa melihat apa dan bagaimana yang disebut berdebat. Sebagaimana firman Nya dalam surat 16: 125
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk."

Berdebat adalah adu argumentasi atas hal yang bisa dibuktikan benar dan salahnya. Sedangkan berbantah bantahan adalah adu mulut tanpa argumentasi yang bisa membuktikan salah dan benarnya, hanya kirologi, seperti diungkap dalam surat al Kahfi: 22.

Tetapi saya pesimis, ngaji bareng itu akan terlaksana. Saya tidak yakin Gus Miftah akan menanggapi. Secara beliau kan sudah menjadi orang besar yang dikenal secara nasional.

Apalagi belum lama ini juga ada video viral saat beliau membagi bagikan uang yang banyak. Artinya beliau pastinya sangat sibuk, apalagi sebagai jurkam paslon capres/cawapres yang paling tajir.

Masak iya mau menanggapi challenge nya Mufti Salim. Maka saya katakan ke Mufti, terhadap challenge itu pasti Gus Miftah merasakan seperti pepatah Jawa: Menang ora kondang, kalah wirang!

Wallahua'lam bi shawab
(Gaf)

Tags