Helo Indonesia

Dampak Blusukan Jokowi ke Lampung Terkait Implikasi Politik Hingga Elektabilitas Capres

Winoto Anung - Nasional
Sabtu, 6 Mei 2023 09:25
    Bagikan  
Presiden Jokowi saat memastikan kondisi jalan rusak (Foto Ist)
Presiden Jokowi saat memastikan kondisi jalan rusa

Presiden Jokowi saat memastikan kondisi jalan rusak (Foto Ist) - Presiden Jokowi saat memastikan kondisi jalan rusak (Foto Ist)

HELOINDONESIA.COM - Presiden Jokowi sudah terjun langsung melihat kondisi di Lampung, baik untuk meninjau harga-harga kebutuhan pokok, maupun mengecek infrastruktur jalan yang ramai dibicarakan public, bahkan membuat geger nasional.

Blusukan Jokowi ke Lampung mendapat sorotan luar biasa besar dari hampir semua media dan masyarakat, utamanya masyarakat di dunia maya. Kunjungan ini terjadi setelah anak muda yang juga TikToker Bima Yudho Saputro  yang kini kuliah di Australia.

Bisa dikata, gara-gara Bima. Ia mengoceh di Tiktok soal kondisi Lampung yang tidak maju-maju, jalan-jalan rusak penuh lubang dimana-mana. Kritikan TikToker Bima ternyata membuat marah Pemerintah setempat, dari Bupati Lampung Timur hingga Wakil Gubernur Nunik, dan Gubernur Arinal Djunaidi.

Bahkan, Bima dilaporkan ke polisi. Karena Bima dilaporkan ke polisi dan orang tuanya ‘diancam’ maka masyarakat dunia maya alias warganet atau netizen seakan bangkit semua untuk membela pemuda rambut kriting itu. Malahan, pengacara kondang Hotman Paris Hutapea juga ikut turun memberikan pembelaan.

Komisi III DPR pun ikut membelanya. Salah satunya, Komisi Hukum DPR itu bertemu Kapolda Lampung Irjen Helmy Santika. Dan ada pembicaraan yang berujung tidak ada bukti pelanggaran hukum, sehingga laporan tidak bisa ditindaklanjuti.

Sejak itu, pegiat media sosial makin rajin mengunggah kerusakan jalan di Lampung. Bupati hingga Gubernur menjadi musuh bersama masyarakat dunia maya, hingga jadi bulan-bulanan.

Jadi, aksi TikToker Bima Yudho Saputro adalah penggugah, stimulan bagi warga, perangsang untuk bangkit. Penggugah bagi pejabat daerah itu untuk sadar untuk membangun daerahnya dengan benar, melayani rakyat dengan tulus, meski dalam suasana kemrungsung alias suasana hati panas.

Implikasi Politik

Presiden Jokowi memang sudah meniatkan untuk melihat kondisi di Lampung setelah geger hiruk pikuk dampak kritikan keras TikToker Bima. Di kalangan masyarakat, blusukan Jokowi ke Lampung jelas sangat terasa, bahkan menghujam. Implikasi politiknya ada, dan yang jelas-jelas ke arah Gubernur, Wagub, Bupati.

Nama-nama itu pada saat ini cenderung mendapat nilai merah di mata publik, utamanya masyarakat dunia maya. Kalau Lembaga survei turun, mungkin popularitas Gubernur turun drastis, begitu pula elektabilitas Gubernur, elektabilitas Bupatui anjlok. Kepuasan publik merosot.

Sehingga, kondisi ini bisa membuat buram masa depan mereka untuk langkah karir politik ke depannya. Misalnya yang masih punya kesempatan mencalonkan diri lagi ikut Pilkada, berat rasanya kalau seperti saat ini.

Dibutuhkan kerja keras untuk menata diri, memperbaiki citra. Semua harus dengan kerja nyata, jalan-jalan di Lampung harus sudah bagus menjelang Pilkada ataupun Pilgub.

Implikasi politik lainnya, untuk tingkat lokal, kemungkinan akan berdampak pada elektabilitas partai tempat Gubernur Arinal bernaung, yakni Partai Golkar. Juga elektabilitas partainya Wagub Chusnunia Chalim, yakni PKB, serta partainya Bupati Lampung Timur.

Gubernur hingga Bupati ibarat terhukum, kena sanksi akibat ‘kelalaiannya’, mereka yang kena dampak langsung. Kalangan DPRD tingkat provinsi ataupun DPRD Kabupaten, relatif terhindar, rakyat setempat yang bisa menghukum pada Pileg mendatang. Dipilih lagi atau tidak.

Popularitas dan Elektabilitas Presiden

Implikasi politik ke tingkat nasional, kejadian ini, dan kunjungan atau blusukan Jokowi ke Lampung, jelas menguntungkan sang Presiden. Dia mendapat nilai sangat tinggi dari rakyat di Lampung, bahkan berpengaruh juga ke Sebagian rakyat di provinsi lain. Ini artinya Jokowi mendekatkan lagi kepada masyarakat.

Sementara para Pimpinan partai tempat bernaung Gubernur, Wagub, dan Bupati, mungkin ngelus dada dan berdebar-debar melihat blusukan Jokowi itu. Yang agak mengherankan, sejauh yang terlihat dalam video atau siaran televisi, tidak begitu terlihat wajah sedih atau miris dari Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang notabene putra daerah Lampung. Atau mungkin begitu ekspresinya.

Dalam istilah kaum surveyor, kemungkinan tingkat kepuasan publik kepada Presiden Jokowi akan naik. Terlebih, Jokowi dengan mobilnya sedan yang rendah nyangkut di jalan yang rusak. Jokowi bukan menggunakan mobil roda tinggi agar lebih lincah untuk menyusuri jalan lubang-lubang.

Bahkan banyak yang tinggal separo badan jalan yang bagus. Itu apakah disengaja atau tidak, kita tidak tahu, analisis atau dugaan apa pun bisa.

Video rombongan mobil Presiden Jokowi ini menyebar ke seluruh penjuru Indonesia, sehingga semua bisa melihat betapa beratnya kerusakan infrastruktur jalan di Lampung.

Kalau boleh nyinyir, Jokowi tampaknya ‘memanfaatkan’ kondisi kerusakan parah infrastruktur jalan di Lampung untuk sesi adegan pemotretan luar ruang.  Pasti mudah sekali mencari angel-angel yang bagus. Mudah dibuat headline di berbagai media, dari media online, televisi, dan video untuk medsos.

Hasil pemotretan dan syuting gambar-gambar di Lampung itu, dilihat masyarakat luas, Jokowi mendulang popularitas besar tanpa modal yang besar, modalnya sudah ditanggung negara semua. Biaya mobil, bensin, tenaga pengawalan, transportasi, konsumsi, dan lainnya, ditanggung negara semua.

Naiknya kepuasan kepada Jokowi, naiknya popularitas dia, dan elektabilitasnya, memang tidak bisa digunakan lagi untuk meju lagi menjadi capres, sebab tiketnya sudah habis, sudah dua periode masa bakti. Nah, terus untuk apa?

Itu dia, soal naiknya popularitas dan elektabilitasnya bisa dimanfatkannya untuk diarahkan untuk dukungan kepada capres yang dia sukai, dia dukung untuk maju Pilpres 2024.

Ini akan sangat membantu bagi capres yang diendorse-nya. Maka, beruntung capres yang diendorse oleh Jokowi, dalam arti dukungan secara real dan tidak berpindah-pindah lagi.

Satu hal, pernyataan Jokowi untuk megambil alih pembangunan infrastruktur jalan di Lampung, ini memang mengambil tanggung jawab. Kebijakan ini tentu suatu pukulan bagi Kepala daerah yang bersangkutan, karena dianggap tidak becus menangani pembangunan. Yang jelas perih bagi mereka. Kecuali masih ada pikiran: masa bodoh.

Kini waktunya sadar diri, membangun dengan Amanah untuk melayani rakyat, mengangkat derajat kehidupan daerah, mengharumkan nama baik. Jangan sampai gajah-gajah ikut ngamuk. (*)

(Winoto Anung)