Belum ke Lampung Jika Tak Nyeruit, Makanan Menjaga NKRI

Sabtu, 8 Juni 2024 15:18
Seruit kuliner khas Lampung. (PesenMakan/ Eva Pardiana) Helo Lampung

OLEH RENO ARLAN*

MEREKA yang datang ke Lampung belum lengkap jika tak merasakan masakan khasnya, yakni nyeruit. Mata sudah dimanjakan melihat pemasangan indah destinasi wisata provinsi ini, lidahpun perlu mendapatkan kesan agar lebih lengkap dengan menikmati seruit.

Seruit merupakan makanan khas Lampung berupa ikan yang digoreng atau dibakar kemudian dicampur sambel terasi dan tempoyak. Tempoyak adalah makanan yang merupakan hasil fermentasi dari buah durian atau mangga.

Seruit akan terasa lebih nikmat, jika disantap bersama dengan nasi, ikan pindang, sambel terasi dan serbat. Serbat adalah jus minuman yang terbuat dari buah mangga.

Jenis ikan lainnya adalah ikan sungai seperti belida, baung, layis dan lain-lain, ditambah lalapan.

Hidangan lalapan dalam sambel Seruit bisa bervariasi, namun di Lampung dikenal berbagai jenis tumbuhan yang cocok menjadi bahan lalapan. Selain timun, petai, kemangi, kol dan tomat.

Namun tersedia pula lalapan jagung muda, daun pepaya dan adas.

Sudah mulai terbayangkan sedapnya nyeruit? Pedas, asin, gurih, manis, dan maknyus berkolaborasi ketika dilumat di dalam mulut. Bisa berkeringat dan lupa mertua lewat.

Ada lagi keistimewaannya, masakan sedap ini jadi hidangan istimewa saat berkumpul dan silaturahmi, baik antarkeluarga maupun antartetangga. Mereka berkumpul di acara pernikahan, acara adat, atau acara keagamaan.

Tidaklah berlebihan sebagian masyarakat beranggapan nyeruit bukan saja sekadar makanan, melainkan juga bagian dari tradisi dan budaya.

Selain itu, dijadikan ajang silaturahmi karena Nyeruit dapat menumbuhkan nilai kebersamaan antar anggota keluarga dalam masyarakat Lampung.

Masyarakat Lampung sangat mempercayai bahwa jika ingin makan sebaiknya tidak sendiri. Karena mencicipi masakan Seruit tak ada hasilnya jika tidak dinikmati oleh teman-teman ataupun banyak orang.

Mitos yang dipercayai oleh masyarakat Lampung adalah “jangan makan Seruit sendirian” karena seruit berarti alat untuk menangkap kura (jebakan) yang seruit itu sendiri kaya rasa namun dominan pedas.

Siapa yang akan diseruit jika tidak ada teman saat makan Seruit? karena rasa Seruit yang pedas akan membuat beberapa orang kewalahan dan orang yang mengalami hal tersebut telah terkena seruit/jebakan. Di sinilah keseruan makan seruit.

Jangan lupa, makan seruit tidak mantap jika pakai sendok dan garpu. Makanan ini harus pakai tangan, berbagai bahan diterajang jadi satu agar sedap hingga berkeringat karena bisa lupa daratan tiba-tiba perutnya mampu lagi menampungnya.

Ketika nyeruit bersama akan timbul rasa kebersamaan, rasa saling menyayangi dan sepenanggungan. Rasa inilah yang harus tetap dijaga dan dilestarikan agar keberlangsungan hidup bermasyarakat dapat tetap harmonisharmonis,  salah satu ikut menjaga NKRI. 

Sebagai salah satu warisan budaya, Seruit harus terus dilestarikan terutama bagi para muda mudi tidak hanya orang yang bersuku Lampung, namun kita sebagai orang Indonesia.

Kekhawatiran ini cukup beralasan, mengingat perkembangan selama ini, ditengah gempuran modernisasi yang semakin maju, membuat beberapa tradisi dianggap sesuatu yang “kuno” dan tertinggal.

Nyeruit sebagai sebuah tradisi asli berasal dari Lampungpun tidak luput dari efek negatif perkembangan zaman tersebut. Walaupun kemudian berbagai upaya dilakukan agar budaya ini tetap berlangsung.

Salah satunya kemudian adalah berupa pencatatan rekor MURI tahun 2011, Muri mencatat sebanyak 4.937 orang mengikuti tradisi ini dalam acara makan bersama di lapangan Enggal, Bandarlampung sehingga rekor menyeruit dengan peserta terbanyak akhirnya terpecahkan.

Di samping itu ada upaya dari beberapa kalangan pelaku bisnis Seruit dengan menetapkan tanggal 16 Juli sebagai Hari Nyeruit Nasional. Pada momen dengan mengadakan makan nyeruit secara gratis disertai dengan jajanan serta kesenian Khas Lampung.

Semoga upaya-upaya yang dilakukan didalam pelestarian tradisi nyeruit ini dapat menggugah hati kita akan perlunya pelestarian tradisi tradisional terutama nyeruit sehingga menjadi suatu kebanggaan bagi negeri kita.

* Guru SMAN 4 Bandarlampung. 



 - 

Berita Terkini