Helo Indonesia

Jemunak, Jajanan Khas Berbuka Puasa di Magelang

Senin, 18 Maret 2024 06:59
    Bagikan  
Jemunak, Jajanan Khas Berbuka Puasa di Magelang

Dua orang ibu saat menyajikan jemunak. Foto: jatengprov.go.id

MAGELANG, HELOINDONESIA.COM - Namanya unik, jemunak. Jajanan tradisional di Jawa Tengah yang ada hanya saat bulan Ramadan ini berasal Desa Gunungpring, Muntilan, Magelang. Camilan terbuat dari olahan singkong atau ketela pohon ini menjadi makanan khas untuk berbuka puasa.

Sekilas makanan ini mirip colenak (dicocol enak), makanan khas Bandung yang juga berbahan singkong dan parutan kelapa.

jumenak2

Selain hanya dapat dijumpai saat Ramadan, keunikan jemunak adalah cara membuatnya yang masih menggunakan peralatan tradisional. Ketela pohon diparut lebih dulu sebelum dikukus setengah matang. Lalu, dicampur dengan ketan dan kembali dikukus hingga matang.

Baca juga: Pesona Masjid Cheng Hoo Purbalingga, Dikira Kelenteng karena Arsitektur dan Ornamen Orientalnya

Selanjutnya, ditumbuk menggunakan lumpang batu dan alu dari kayu. Barulah disajikan di atas daun pisang dengan ditaburi parutan kelapa dan juruh (gula merah cair).

Bukan sekadar panganan, kemunculan jemunak yang sudah turun temurun itu menyimpan filosofi bagi masyarakat. Yakni, keikhlasan bagi orang yang berpuasa akan membuahkan berkah.

Sehingga nama jemunak lahir dari kalimat “ujung-ujung ketemu penak”, artinya “pada akhirnya akan menemui kenikmatan”.

Salah seorang pembuat jemunak di Desa Gunungpring, Ponisih mengungkapkan, tidak lengkap kalau buka puasa tanpa jemunak.

“Ujung-ujung ketemu penak itu maksudnya ya setelah puasa seharian, nantinya akan dapat kenikmatan saat berbuka,” ujar Ponisih, seperti dikutip dari jatengprov.go.id, Minggu 17 Maret 2024.

Baca juga: Di Sini Tempat Tarawih Paling Lama di Indonesia, Lafalkan 30 Juzz Al-Quran

Ponisih adalah generasi ke lima yang memproduksi jemunak di keluarganya. Namun, ia hanya berproduksi jika Ramadan tiba. Di luar itu, ia tidak berproduksi sekalipun mendapat pesanan dari masyarakat.

“Ya saat puasa saja, kalau tidak ya tidak buat. Kalau ada pesanan di luar bulan puasa saya tolak,” tegasnya.
Sajian Wajib
Menurut Ponisih, jemunak menjadi sajian “wajib” terutama bagi masyarakat Gunungpring saat berbuka puasa. Buktinya, hingga saat ini, ia tidak pernah sepi dari permintaan membuat jamunak.

“Tiap hari menghabiskan 25 kilogram ketela. Itu kalo diolah menjadi sekitar 700 bungkus,” paparnya.

Dalam berproduksi, Ponisih dibantu oleh adiknya, Kasmirah, dan anaknya, Danu Supriyanto.

“Untuk satu bungkusnya kita jual Rp3.000,” ungkapnya.

Ponisih mengaku, Sultan dari Keraton Yogyakarta pernah memesan jemunak padanya.

“Waktu itu ada acara kuliner di Gunungpring, ada utusan dari Yogya, selang berapa hari itu kok minta (dibuatkan). Lupa (pesan) berapa ya, tapi sepertinya cuma untuk konsumsi pribadi,” imbuhnya. (Aji)