Helo Indonesia

Tumi, Durian Langka Endemik Lampung

Herman Batin Mangku - Ragam -> Makanan
Sabtu, 9 Maret 2024 22:21
    Bagikan  
Tumi, Durian Langka Endemik Lampung
Helo Lampung

Durian tumi (Foto /Helo)

Oleh Prof. Admi Syarif, PhD*

LAMPUNG memang tidak hanya identik dengan surga durian yang mantap, namun juga sebagai surga buah buahan . Selain dapat menikmati sensasi rasa manisnya, buah durian jatuhan, kita juga dapat memborong aneka buah-buahan unik endemik Lampung seperti jengkol, jaling, manggis, petai, cempedak dan lain-lain. Durian Lampung terkenal karena aromanya yang wangi, warnanya kuning dan rasanya legit.

Hari ini, Sabtu (9/4/2024), dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, saya dan sang pujaan hati ziarah ke makam ayah dan ibu mertua yang berada di Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara. Setelah menempuh perjalanan sekitar 100 kilometer, kita menjumpai banyak lapak durian berjejer di pinggir jalan memasuki Kotabumi.

Buah durian saat ini merupakan buah yang mudah dijumpai di setiap sudut wilayah Sai Bumi Ruwa Jurai ini. Kita dapat menjumpai pedagang yang menjajakan buah durian dan duku di pinggir-pinggir jalan hampir di seluruh wilayah Lampung, termasuk di Kotabumi.

Kendati begitu, hari ini, saya kembali mendapatkan cerita unik dan menarik ketika melintasi Jl. Jendral Sudirman, Kotabumi, sebelum Rumah Sakit Ryacudu. Kali ini, saya mendapati sebuah lapak durian yang menjajakan jenis durian unik yang merupakan durian asli endemik Lampung, khususnya wilayah Lampung Barat.

Durian spesial ini dikenal dengan nama durian tumi. Jenis durian ini memang agak jarang didengar, sering juga disebut sebagai dirian hutan. Saya mengenal jenis durian ini ketika ibu mertua beberapa tahun lalu memperkenalkannya kepada saya.

Durian tumi saat ini sudah sangat jarang ditemui, meski masih ada pohonnya di wilayah kawasan hutan Kabupaten Lampung Barat.

Menurut cerita durian tumi merupakan jenis tanaman yang dulunya ditanam Suku Tumi, yang hidup di wilayah Sekala Berak, Kabupaten Lampung Barat. Jadi, nama tumi ini sangat erat dengan keberaan Suku Tumi, salah satu suku asli ulun Lampung jaman ho (dahulu).

Sekilas durian tumi mirip dengan durian biasa, namun ukurannya yang lebih kecil. Setiap buah durian ini memiliki dua atau tiga biji. Dagimg buah durian ini agak tipis dan berwarna kuning, meski bijinya agak besar. Durian tumi memiliki rasa khas yang sangat berbeda dengan jenis durian lainnya, manis dan harum. Pokoknya “maknyus” deh gaes.

Saya sengaja memutar balik si putih untuk menyambangi pedagang durian tumi, yang sudah sangat langka ini. Buah durian ini dipatok dengan harga Rp25 ribu untuk dua buahnya. Sebuah harga yang pantas untuk mendapatkan rasa khas dari buah asli Sai Bumi Ruwa Jurai.

Tidak terasa hari sudah sore, perjalanan hari ini saya tutup dengan memilih makan malam
Di Warung Sate Utami, di wilayah Natar. Menurut saya, warung sate ini terbaik di Lampung. Seperti biasa, kami memesan sate, tongseng ayam dan gulai kambing. Pastinya waw dan maknyus banget ya! 

 * Dosen Unila dan tukang tulis.