Helo Indonesia

20 Mei 2023, Harkitnas atau Harketnas?

Nabila Putri - Lain-lain
Sabtu, 20 Mei 2023 19:49
    Bagikan  
20 Mei 2023, Harkitnas atau Harketnas?

Herman Batin Mangku


Oleh Herman Batin Mangku*

AKHIR pekan ini hari bersejarah, tonggak menjadi bangsa yang terhormat, Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), 20 Mei 2023. Pada peringatannya yang ke-118 tahun, menyimak kondisi saat ini, apa malah jadi Hari Keterpurukan Nasional (Harketnas)?

Saya saja nyaris lupa, ingatnya tanggal merah, weekend, Harkitnasnya numpang lewat saja, tanpa sebagian dari kita menyisihkan waktu sejenak menyegarkan kembali semangat kolektif bangsa untuk bangkit seperti cita-cita Budi Utomo menjadi bangsa yang terhormat.

Beruntung, guru inspiratif saya, Prof. Sudjarwo dari Universitas Lampung, sehari sebelumnya, mengirim artikel pandangannya tentang kondisi saat ini, "Harkitnas di Era Nitizen", pas di ulang tahunnya Sang Guru Besar yang ke 70, 20 Mei 2023.

Jika Sang Profesor membidik dari kaca mata disiplin ilmunya sebagai sosiolog, saya mencoba ikutan mengintip dari kaca mata seorang jurnalis dinamika di sekitarnya, daerah, dan bangsa yang begitu berisiknya 10 tahun terakhir ini.

Budi Utomo dibentuk oleh para mahasiswa STOVIA dengan tokohnya Dr. Soetomo, Soeradji Tirtonegoro, dan Goenawan Mangoenkoesoemo yang fokus pada bidang sosial, pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.

Para anak muda pintar dan keturunan ningrat ini tanpa membedakan SARA berusaha membangun semangat rakyat untuk sejahtera, bangga kesenian dan kebudayaan sendiri, dengan target menjadi bangsa yang terhormat.

Agenda tersembunyinya menebar bibit nasionalisme menuju kemerdekaan yang saat itu Bangsa Indonesia dipandang tidak terhormat karena dijajah Belanda. Tahun 1945, cita-cita kemerdekaan tercapai, Bangsa Indonesia terhormat tak dijajah lagi.

Setelah 78 tahun, setelah melewati masa-masa perjuangan, Agresi Militer 1 dan 2, G30 SPKI, Tritura, hingga pecahnya Reformasi, bangsa kita yang telah terhormat tersebut keadaannya. Walau kondisi ini tak bisa digeneralisir, namun ada -- mungkin banyak -- kondisinya saat ini:

1. PENDIDIKAN dan PENGAJARAN
Sekolah semakin mahal sejak masuk TK hingga perguruan tinggi. Semangat Budi Utomo agar sekolah terjangkau semakin jauh panggang dari api. Pengelolaan dana BOS kerap tak transparan, tergantung bos sekolahnya buat kegiatan dan pengadaan apa.

Tambah mahal, orangtua dibebani sumbangan komite. Judulnya sumbangan, tapi nilainya sudah ditetapkan atas nama rapat komite, nego diskon alotnya minta ampun bahkan terjadi sekolah menahan ijazah karena siswanya belum melunasi sumbangan komite.

Di Lampung, calon mahasiswa tak cukup hanya pintar. Orangtuanya harus punya uang setidaknya Rp500 juta untuk masuk Fakultas Kedokteran lewat jalur mandiri, separuh buat sumbangan wajibnya dan separuhnya untuk "infak" yayasan pendidikan Sang Rektor.

2. SOSIAL BUDAYA
Penguasa membagi APBD lebih banyak buat belanja pegawai ketimbang buat infrastruktur untuk kesejahteraan rakyat. Wakil rakyat setuju saya dengan anggaran tersebut sambil reses agar rakyat berpegang teguh pada Pancasila, antara lain tentang keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.

Ketika Tiktoker Bima mengguncang Lampung, banyak orangtua yang juga tak siap mendengar sang anak memanggil dengan enaknya orang yang lebih tua dengan hanya nama, termasuk orangtuanya. Bima memberi sedikit gambaran gaya milenial.

Masih banyak lainnya, misalnya kehidupan politik yang sangat berisik dengan caci maki satu sama lain karena beda dukungan. Para elite saling gergaji menanggalkan etika dan semangat demokrasi untuk berkuasa.

Belum lagi harga-harga kebutuhan rakyat yang semakin mahal, utang negara yang semakin membengkak. Begitu kira-kira gambaran kondisi peringatan Harkitnas saat ini yang apakah lebih cocok disebut Hari Keterpurukan Nasional (Harketnas)?

Dimana budaya kita, nasionalisme kita? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang mungkin betapa perlunya kita bersama merenungkan kembali semangat memperingati Harkitnas untuk menyegarkan kembali spirit kebangkitan nasional tersebut.

Namun, bagaimana kemudian bisa merenungkannya, seperti saya, yang hari peringatannya saja nyaris lupa, sekadar numpang lewat. Tapi, saya yakin, optimis, bangsa ini raksasa yang sedang menggeliat untuk bangkit menjadi bangsa yang terhormat, Belanda masih jauh.
...

* Pimred Helo Indonesia
Stasiun Gambir, Jakarta, 20 Mei 2023