bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Gencarkan Ethno Wellness ke Mancanegara, IWTIF Berencana Ajak 1.000 Terapis di Festival Bali 2023

Helo Indonesia - Ragam -> Kesehatan
Kamis, 30 Maret 2023 18:48
    Bagikan  
Gencarkan Ethno Wellness ke Mancanegara, IWTIF Berencana Ajak 1.000 Terapis di Festival Bali 2023

Juru bicara Indonesia Wellness Tourism International Festival 2023, Putri Simorangkir.(Foto:Heloindonesia)

JAKARTA, HELOINDONESIA.COM - Selain budaya Nusantara, Indonesia juga kaya akan sumber daya alam yang bisa diolah menjadi ethno wellness atau kebugaran etnik.

Namun sayangnya, mereka yang peduli akan eksplorasi ethno wellness masih sedikit.

Sehingga beragam budaya yang menjadi kekayaan nusantara, belum optimal untuk dikenal di berbagai belahan dunia.

"Kita akui masih kalah dengan Thailand, China, Jepang dalam hal wellness. Tapi kita optimis bahwa dalam beberapa tahun ke depan, wellness yang kita punya akan menyaingi negara-negara tersebut," terang  juru bicara Indonesia Wellness Tourism International Festival  (IWTIF), Putri Simorangkir, Kamis (30/3/2023).

Putri meyakini dengan kegiatan IWTIF, pengetahuan masyarakat dengan ethno wellness akan semakin banyak. Sehingga tak hanya dikenal di tanah air saja, tapi juga masyarakat internasional.

"Selama ini apa sih yang disebut wellness. Nah, ini yang perlu kita gencarkan ke masyarakat. Sebetulnya kegiatan IWTIF ini sudah dimulai sejak tahun 2021, tapi kini akan lebih besar lagi," ujarnya.

Di tahun ini, kata Putri, IWTIF akan menggelar festival di Bali dengan mengajak 1000 an tenaga terapis dari seluruh Indonesia.

"Karena saat itu (IWTIF 2021) masih gencar-gencarnya Covid-19, sehingga kegiatan ini tidak sampai ke hati masyarakat Indonesia," ujarnya.

Padahal, lanjut Putri, Indonesia kaya akan budaya. Mulai dari ujung barat sampai ujung timur nusantara, kekayaan akan budaya dan wellness sangat banyak.

"Kekayaan kita akan budaya luar biasa. Kekayaan alam tentang tumbuhan wangi dan rempah-rempah sangat luar biasa," paparnya,

Putri mencontohkan tanaman sereh wangi dan nilam. "Nilam ini kalau sudah disuling akan   menjadi minyak nilam yang harganya sangat mahal," tambahnya.

Belum lagi bunga-bungaan. Kaca piring misalnya. Kalau dunia menyebut sebagai bunga gardenia.

"Itu tanaman kuno. Bunga cempaka, bunga kenanga, beberapa dari beragam jenisnya di tanah air. Kalau diolah menjadi menjadi minyak Atsiri, harganya lumayan mahal," terangnya.

Ditanya apa kaitan tanaman tersebut dengan kegiatan wellness, Putri mengatakan kalau bunga-bungaan itu diambil minyaknya.

"Disuling, minyak harum-haruman bagi kesehatan manusia. Selain buat harum-haruman di rumah juta," terangnya.

Kalau jaman dulu, lanjut Putri, bunga-bungaan itu hanya ditaroh dalam sebuah wadah atau tempat.

"Taroh di ruangan, di kamar mandi. Itu cara tradisional. Seperti daun pandan, melati, kenanga, mawar. Itu harum banget kalau dicampur segar banget," terangnya.

Jaman dulu, belum ada proses penyulingan. Hanya minyak kayu putih yang sudah lama disuling menjadi obat-obatan.

Harum-haruman ini baru belakangan proses penyulingannya. Nilam dari Aceh diekspor sudah lama.

Putri menilai, kesadaran masyarakat dalam wellness ini kurang sekali.

"Dengan kekayaan alam yang luar biasa, sudah seharusnya essentia atau minyak atsiri dari bunga-bungaan tersebut menjadi komoditas ekspor yang menarik devisa buat negara," jelasnya.

Belum lagi tanaman gaharu atau Cendana. Jadi ini baru sedikit saja kekayaan alam yang bisa diolah negara.

Selain itu, pijat tradisional yang dikenal kebanyakan masih dari luar.

"Saya pernah nyoba pijat Thailand dengan minyak essential oil. Saya tidak tau dari mana essentia, apakah dari negara Thailand itu sendiri atau justru berasal dari negara kita," terangnya.

Menurutnya, Thailand dan India juga menghasilkan essentia atau minyak atsiri. Tapi Indonesia  lebih luar biasa banyaknya.

"Jadi,  kegiatan IWTIF  di tahun 2023 ini menjadi ajang dalam mengenalkan budaya ethno wellness yang belum digarap secara serius agar bisa bersaing dengan kebugaran impor," paparnya.