HELOINDONESIA.COM - Bagi perempuan yang tidur kurang dari tujuh jam per malam akan memiliki risiko lebih besar mengalami diabetes tipe 2.
Dampak ini akan lebih signifikan pada perempuan yang sudah memasuki masa menopause.
Peningkatan risiko ini bisa terjadi karena kurang tidur, sehingga bisa meningkatkan resistensi insulin pada perempuan.
Resistensi insulin merupakan kondisi ketika sel-sel di dalam tubuh tidak dapat merespons insulin dengan baik.
Baca juga: Demokrasi sedang Tak Baik-baik Saja, Ganjar Ajak Masyarakat untuk Kembalikan Arah Reformasi
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh tubuh untuk meregulasi kadar gula di dalam darah.
"Perempuan kerap mengalami banyak perubahan kebiasaan tidur karena mengandung, merawat anak, dan menopause," kata ketua tim peneliti dari Columbia University, Prof Marie-Pierre St-Onge, dilansir The Sun.
Menurut studi, tidur kurang dari tujuh jam per malam yang berlangsung selama enam pekan sudah bisa memicu beragam perubahan di dalam tubuh.
Perubahan-perubahan inilah yang kemudian dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada perempuan.
Resistensi insulin tampak mengalami peningkatan hampir 15 persen pada perempuan yang kurang tidur.
Peningkatan resistensi insulin ini melonjak hingga lebih dari 20 persen pada perempuan pascamenopause.
Temuan ini mengindikasikan bahwa kurang tidur, dapat memberikan efek yang signifikan terhadap kesehatan.
Baca juga: Usai Pertemuan dengan Presiden Joe Biden, Presiden Joko Widodo akan Hadiri KTT APEC di San Francisco
Berkaitan dengan hal ini, National Health Service merekomendasikan agar orang dewasa tidur selama 7-9 jam per malam.
National Health Service juga menyatakan bahwa ada banyak orang dewasa yang hidup dengan diabetes tipe 2, namun tidak menyadarinya.
Oleh karena itu, penting bagi semua orang untuk mengenali dan mewaspadai beragam gejala diabetes tipe 2.
Dengan mewaspadai gejalanya, diabetes tipe 2 bisa didiagnosis dan diatasi lebih awal.
