Menghadapi Dugaan KKN Gibran Macet, Lucunya KPK Menjajal OTT TNI

Senin, 31 Juli 2023 19:45
Johanes Tanak, Wakil Ketua KPK. (foto: Tangkapan Layar) tangkapan layar

HELOINDONESIA.COM - Makin banyak cerita kusam soal kiprah KPK, ada kisah Harun Masiku yang tertangkap, kasus laporan sol dugaan suap Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep, kini soal OTT perwira tinggi TNI.

Upaya KPK menjadikan Kabasarnas Masdya TNI Henri Alfiandi menjadi berita terpanas pekan lalu. Itu karena KPK melakukan OTT terhadap perwira tinggi TNI aktif, dan kemudian pihak TNI marah hingga KPK kemudian mengaku khilaf dan minta maaf ke TNI.

Banyak yang gemas dengan ulah KPK. Gemas karena minta maaf dan mengaku khikaf, lantas penyidiknya mengundurkan diri. Hal ini kabarnya karena dipersalahkan melakukan OTT.

Tapi menurut prosedur, penyidik melakukan OTT prosedurnya punya isin dari atasannya, pimpinan KPK. Hal-hal seperti itulah yang membuat banyak orang gemas, marah, dan kadang tertawa.

Baca juga: Partainya Fahri Hamzah Blak-blakan Akan Segera Deklarasi Dukung Prabowo

Itulah yang juga disoroti kritikus Faizal Assegaf dalam tulisannya yang diunggah di Twitter bertajuk: Dugaan KKN Gibran Macet, Lucu, TNI & KPK Berperang… 

Menurut nFaoizal, seharusnya esensi pentingnya adalah fakta terbongkar, ada bukti kejahatan korupsi! Lalu lucunya soal salah prosedur. Sudah bagus membongkar kasus korupsi, tapi salah prosedur, aturan yang ada TNI aktif yang menangani adalah TNI. Di sana ada bagian hukum, ada otditur (penuntut segala).

Esensi hukum, esensi korupsi menjadi kabur. Faizal lantas mengingatkan kasus pelaporan dugaan KKN Gibran dan Kaesang macet, yang terjadi justru KPK dan TNI terjebak saling beradu kuat. Esensi korupsi menjadi menguap.

Baca juga: Desain IKN Diserahkan ke China, Pertahanan Negara Mengkhawatirkan, Lantas Netizen: Lebih Bodoh dari Keledai, Batalkan

Berikut ini artikel lengkap Faizal Assegaf:

Dugaan KKN Gibran Macet, Lucu, TNI & KPK Berperang…

by Faizal Assegaf (kritikus)

Perseteruan panas TNI dan KPK tentang etika dan prosedur penetapan tersangka, harus begini dan begitu, hanyalah perang kata-kata. Fakta terbongkar, ada bukti kejahatan korupsi! Itu esensinya.

Gaya keperkasaan TNI dan lakon sok bersih pimpinan KPK adalah perkara lain. Yang wajib ditegakkan adalah sikap kepatuhan pada aturan dan UU. Siapapun dia, tidak boleh merasa paling kuat dan bebas berkuasa.

Kejahatan korupsi merupakan musuh bersama. Virus ganas yang telah merusak tatanan bernegara dan kian meresahkan hidup rakyat. Asbab itu KPK dihadirkan untuk bertindak tegas menegakan keadilan tanpa pandang bulu.

Tak peduli sipil maupun militer. Tidak boleh hanya berhenti pada level ecek-ecek. Sekalipun presiden dan lingkaran keluarganya, bila terlibat harus diseret ke pengadilan. Rakyat marah hukum tumpul ke atas, tajam ke bawah.

Pertentangan tafsir hukum TNI dan KPK, menambah daftar panjang kekacauan bernegara. Semua itu tidak lepas akibat peran presiden Jokowi yang gencar dituding rakyat sengaja membiarkan, tidak punya political will.

Ironi, soal perpanjangan jabatan Komisioner KPK, Istana disinyalir mensupport melalui tangan MK yang kebetulan ketuanya adik ipar presiden. Tak hanya itu, revisi UU KPK yang diprotes oleh rakyat, tersirat Jokowi justru cawe-cawe untuk melemahkan KPK.

Alhasil, sejak Firli Bahuri dan komplotannya memimpin KPK, tiada hari tanpa bikin keonaran. Hanya sibuk bermain aneka kasus kelas teri. Sementara skandal besar diabaikan, bahkan seolah dilindungi. Sikap tidak adil itu jelas menyobek hati rakyat.

Peran dan eksistensi KPK semakin kehilangan visi, sangat berbau busuk kepentingan politik. Pada sorotan yang lebih serius, sebagian kalangan menuding KPK telah berubah menjadi sarang markus yang super ganas.

Akibatnya lembaga super body tersebut tampil urakan, bobrok dan bertindak semaunya. Dalam kasus OTT yang menyeret petinggi TNI di Basarnas, KPK membuat marah tentara. Karena dinilai melewati batas kewenangannya.

KPK nekat menabrak prosedur penanganan korupsi dengan bersikap superior mengobrak-abrik kehormatan TNI. Seolah KPK hendak menunjukan mereka yang paling berkuasa karena dibacking oleh presiden Jokowi.

Sebaliknya, soal laporan dugaan skandal kejahatan korupsi yang melibatkan dua putera presiden, yakni Gibran dan Kaesang, terlihat: KPK seolah jadi anjing jinak yang berlutut pada kekuasaan.

Jelas sangat lucu. Dugaan KKN Gibran dan Kaesang macet, yang terjadi justru KPK dan TNI terjebak saling beradu kuat. Wajar ketidakadilan yang dirasakan TNI tak beda dengan nurani rakyat yang terus dicabik-cabik.

Tampak jelas hukum dipermainkan secara semena-mena! (*)

(Winoto Anung)

Berita Terkini