bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

PLTU Paiton Probolinggo Akan Dipensiunkan Tahun 2029, Menyusul Dua Belas PLTU di Indonesia Lainnya

Edo - Ekonomi
Kamis, 22 Agustus 2024 10:15
    Bagikan  
TUNGGU PENSIUN
dodohawe/ heloindonesia.com

TUNGGU PENSIUN - Suasana PLTU Paiton yang berada di kawasan pesisir pantai Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.

HELOINDONESIA.COM - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton disebut bakal pensiun lebih awal sebelum tahun 2030, bahkan kabarnya PLTU di pesisir pantai utara (Pantura) Jawa Timur ini akan pensiun tahun 2029.

Kita ketahui PLTU Paiton sendiri dikelola oleh PT PLN Nusantara Power yang merupakan anak perusahaan PT PLN (Persero), terletak di pesisir pantai utara Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.

Total kapasitas sebesar 800 MW dari pembangkit 2 PLTU, energi listrik kemudian didistribusikan melalui jaringan SUTET 500 KV sistem interkoneksi Jawa-Bali.

Baca juga: Mengaku Pegawai Kejari Probolinggo, Akhirnya AM Ditangkap Tim PAM SDO Kejari Probolinggo

Pada komplek pembangkit listrik Paiton terdapat dua pembangkit listrik milik swasta dengan kontribusi kapasitas sebesar 2500MW dengan rincian sebagai berikut:

Pembangkit listik suwasta I dimiliki PT Paiton Energy Company yang dioperasionalkan oleh PT International Power Mitsui Operation dan Maintenace Indonesia, dengan kapasitas 1230MW.

Pembangkut swasta kedua adalah dimiliki PT Jawa Power dan dioperasionalkan oleh PT YTL Jawa Timur, dengan kapasitas 1300MW, pembangkit ini sebelumnya dimiliki oleh Toba Bara Sejahtera kemudian pada tahun 2021 dilepas ke MedcoEnergi.

Baca juga: Detik-detik Kecelakaan Harley Davidson di Probolinggo, Tewaskan Dokter Spesialis dan Istrinya

Kini PLTU Paito bersama 12 pembangkit lainnya bakal masuk daftar antrean untuk segera dipensiunkan, termasuk PLTU Paiton di Situbondo, Jawa Timur. Paiton, disebut-sebut bakal pensiun tahun 2029.

Menurut Dadan Kusdiana, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PLTU yang akan dipensiunkan lebih awal itu seluruhnya adalah milik PT PLN (Persero).

Disebutkan, penghentian operasional yang diistilahkan dengan pesiun ini lantaran ada beberapa kriteria karena umur, kinerja, efisiensi hingga produktivitas.

“Jadi kita udah ada listnya tuh yang 13 itu. Kita sampai sekarang terus mencari dukungan,” jelas Dadan.

Baca juga: Mobil Kijang Warga Pasuruan Terbakar di SPBU Bangsal Mojokerto, Bayangkan Kepanikan Warga

Meskipun tidak menyebutkan secara rinci dari seluruh 13 PLTU yang akan pensiun Dadan mencontohkan beberapa PLTU masuk antrean.

Menurutnya yang masih dalam antrean pensiun dini disebut ada PLTU Paiton, PLTU Ombilin, dan PLTU Suralaya.

“Ada Paiton ya, Paiton tuh kalau enggak salah tahun 2029,” ucap Dadan.

Sejauh ini Dadan enggan mengungkapkan lebih lanjut terkait peta jalan target pensiun dini masing-masing PLTU.

Baca juga: Korsleting Listrik, Toko Material di Kota Madiun Hangus Terlalap Api, Mobil Tetangga Gosong Tinggal Kerangka

Sebab, pemerintah masih harus menghitung keekonomian dari aksi korporasi tersebut, karena saat ini belum ditentukan seperti dipensiunkannya kapan.

“Kita ini belum menentukan. Ini harus dipensiuninnya kapan, itu belum. Karena itu nanti basisnya tuh kepada keekonomian,” ujar Dadan.

Dikatakan jika dipensiunkan 5 tahun lebih awal, itu berbeda dengan kalau dipensiunkan 8 tahun lebih awal.

Seluruh 13 PLTU yang masuk catatan pensiun tersebut memiliki kapasitas 4,8 gigawatt (GW) milik PLN.

Baca juga: Indonesia Belum Mampu Mempercepat Transisi Energi Hijau

“Ada sih 13, di situ banyak. Kan sering disampaikan tuh 4,8 gigawatt, itu yang milik PLN,” ungkap Dadan.

Dadan menjelaskan, pensiun dini PLTU merupakan amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan dan Penyediaan Tenaga Listrik.

Berdasarkan beleid tersebut, tidak sembarang PLTU yang bisa dipensiunkan lebih awal.

Dadan juga memastikan pensiun dini 13 PLTU itu tidak akan berdampak negatif bagi masyarakat.

Seperti adanya kenaikan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik, kekurangan pasokan listrik, hingga membebani anggaran pemerintah.

Baca juga: Tips Menghidupkan Kembali Energi Positif dengan Pengalaman Spa yang Menyenangkan

“Jadi kira-kira tiga hal itu yang kita jaga. Mana support-nya dari negara maju, dari luar yang bisa membuat kita bisa menjalankannya itu menjadi lebih sesuai dengan kemampuan kita,” tandasnya.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan, ada 13 unit PLTU yang berpotensi pensiun dini yang memiliki kapasitas sebesar 4,8 gigawatt (GW) dan 66 juta ton CO2.

“Hasil dari studi mengenai coal retirement kita itu ada tiga studi, dari kita sendiri, lalu dari ITB, lalu dari UNOPS. Dari tiga ini kita identifikasi bareng semua, kita rangkum bahwa kita punya 13 list dari PLTU di luar Cirebon,” ujar Eniya.

Baca juga: Menko PMK Mengajak Masyakarat Menyikapi Terjadinya Bencana dengan Energi Positif

Eniya mengungkapkan, 13 unit PLTU yang berpotensi pensiun lebih cepat dari rencana awal sudah termasuk PLTU Suralaya di Cilegon, Banten.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan juga telah mengungkapkan rencana penutupan PLTU Suralaya.

Rencana penutupan PLTU Suralaya ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong ekosistem kendaraan listrik di tanah air hingga kebijakan ganjil genap.

Baca juga: Kebut Bauran Energi, PLN Operasikan Dua Unit PLTM Berkapasitas 3,5 MW di Way Kanan, Lampung

Tak hanya LTU Cirebon-1, Eniya mengatakan, PLTU Ombilin di Sijantang Koto, Sumatra Barat juga termasuk yang ada di dalam daftar 13 PLTU yang akan dipensiunkan.

“Kalau kita suggest Ombilin itu termasuk yang tercepat dimusnahkan aja bisa tuh. Karena di situ tidak ada gangguan masalah sosial penduduknya yang sudah nggak pakai terus enggak ada pekerjanya gitu,” katanya.

Menurutnya, 13 unit PLTU tersebut juga nantinya akan mati dengan sendirinya pada tahun 2030, karena sudah terlalu tua.**