Catatan Hajim*
LAMPUNG, HELOLAMPUNG.COM -- Sejak tahun 1986, masyarakat dipaksa sabar saat Kereta Api Batu Bara Rangkaian Panjang (KA Babaranjang) membelah Kota Bandarlampung. Bertambah tahun, jumlah rangkaian semakin panjang dan mondar-mandirnya semakin sering.
Setidaknya, sekarang KA Babaranjang 50 kali pulang-pergi PP setiap hari. Padahal, Kota Bandarlampung juga semakin sibuk, semakin banyak kendaraan dan mobilitas warganya yang mau tak mau harus meningkatkan lagi kesabaran demi mendahului pengangkut emas hitam itu.
Selain kehilangan waktu, para pengendara juga kehilangan bensin kendaraan saat menunggu 40-50 gerbong lewat muka mereka. Untuk mengurangi kemacetan, Pemkot Bandarlampung membangun beberapa titik jembatan layang era Herman HN.
Terus, apa yang didapatkan warga dan Pemkot Bandarlampung atas bisnisnya PT Bukit Asam Tbk dan PT KAI? "Alhamdullilah, belum ada alias zonk," kata Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Bandarlampung, M. Nur Ramdhan, Rabu (7/2/2024).
Menurut dia, PT Bukit Asam Tbk dan PT KAI berbagi rezekilah dengan warga untuk pembangunan Kota Bandarlampung. Ramdhan berharap ada komunikasi lagi dengan pihak Bukit Asam.
Ramdhan berharap kedua perusahaan BUMN besar itu memberikan kompensasi atau kontribusi buat pembangunan Pemkot Bandarlampung Rp5 miliar per bulan. "Atau, berapalah pantasnya buat bantu-bantu warga kota ini," ujarnya.
Katanya, kalau mau dihitung secara ekonomi, dampak dari lintasan kereta api yang dilalui KA Babaranjang itu saat berhenti bisa 10-15 menit kadang sampai 30 menit.
Banyak masyarakat penggunaan kendaraan mengeluh, seperti pedagang, driver ojek online, orangtua yang mau mengantarkan anaknya ke sekolah. "Kami menunggu itikad baik kedua perusahaan memberikan kontribusi buat Pemkot Bandarlampung.
Setiap satu rangkaian Kereta Babaranjang ini biasanya memerlukan dua atau tiga lokomotif untuk menggerakkan rangkaian sebab panjang dan beratnya.
* Anggota Purwako Bandarlampung dan Helo Lampung
-
