bjb Kredit Kepemilikan Rumah
Helo Indonesia

Kebakaran Berkobar di Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh, 2000 Gubuk Kamp Hangus

Senin, 6 Maret 2023 11:13
    Bagikan  
Kebakaran Berkobar di Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh, 2000 Gubuk Kamp Hangus

Teks Foto: Api berkobat di gubug-gubung pengungsi Rohingya, di distrik Cox's Bazar, Bangladesh. (Foto: Twittter/@UNHCR_BGD)

ANGLADESH - Derita pengungsi Rohingya di Bangladesh makin mengenaskan. Ini akibat kebakaran besar berkobar di gubuk-gubuk pengungsiaan mereka, 5 Maret 2023. Orang-orang yang lari keganasan rezim Myanmar itu tambah merana.

Kebakaran besar mengakibatkan sedikitnya 2.000 gubuk kamp pengungsi rata dengan tanah, sehingga 12 ribu pengungsi kehilangan segalanya.. Kamp pengungsian ini berada di distrik Cox's Bazar, Bangladesh.  Secara keseluruhan di distrik Cox's Bazar ada 32 kamp pengungsian yang menampung lebih dari 1,2 juta orang.

Di kamp ini penuh sesak pengungsi Rohingya,. "Sebanyak 2.000 tempat penampungan rusak atau hancur. 12.000 pengungsi Rohingya kehilangan segalanya. 90 fasilitas termasuk rumah sakit dan pusat pembelajaran terbakar. Beberapa tempat perlindungan dan fasilitas hancur," bunyi pernyataan lembaga kemanusiaan PBB UNHCR, melalui akun twitter resmi @UNHCR_BGD.

Di akun itu juga disebutkan, Pemerintah, UNHCR & mitra berkoordinasi lebih lanjut. Relawan pengungsi Rohingya yang dilatih tentang pemadam kebakaran & dinas pemadam kebakaran setempat telah mengendalikan api. 16 Unit Pemadam Kebakaran Keliling yang didanai UNHCR membantu menjangkau area yang sulit.

Media Aljazeera melaporkan kebakaran pengungsi Rohingya, tampat warga sebagian besar melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer di Myanmar pada tahun 2017. 

Disebutkan, ribuan orang kehilangan rumah mereka saat kebakaran, yang terjadi pada hari Minggu, membakar atau merusak setidaknya 2.000 gubuk, kata pejabat dari departemen pemadam kebakaran Balukhali kepada Al Jazeera.

Melaporkan dari Dhaka, Tanvir Chowdhury dari Al Jazeera mengatakan kamp Balukhali adalah salah satu dari 32 kamp di Cox's Bazar.

?Setiap gubuk memiliki empat hingga lima orang yang tinggal bersama sebagai satu keluarga dan setidaknya setengah dari populasi adalah wanita dan anak-anak,? kata Chowdhury, menambahkan bahwa petugas pemadam kebakaran dan penyelamatan sejauh ini belum melaporkan adanya korban, tetapi mereka masih mencari orang.

Dia menjelaskan, wilayah tempat terjadinya kebakaran cukup berbukit sehingga menyulitkan tim SAR untuk menjangkau dan keluarga untuk menyelamatkan diri.

?Fasilitas kesehatan [di daerah] sangat sederhana untuk memiliki respon yang cepat. Ada banyak rumah sakit lapangan tetapi tidak cukup untuk melayani 1,2 juta orang,? tambahnya.

Regina De La Portilla dari badan pengungsi PBB mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sebagian besar tempat berlindung di kamp dibuat dari bambu dan terpal.

?Bahan-bahan yang kami gunakan di kamp-kamp semuanya bersifat sementara yang dapat terbakar, dan menyebar dengan cepat karena sifat kamp yang padat,? katanya.

Berurusan dengan Trauma

Petugas pemadam kebakaran, dibantu oleh sukarelawan lokal, berhasil mengendalikan api, tetapi Portilla mengatakan sepertiga dari populasi kamp telah kehilangan rumah dan harta benda mereka dan PBB menyediakan layanan kesehatan mental.

?Kami telah mengerahkan 90 petugas kesehatan masyarakat [juga pengungsi], yang telah dilatih untuk memberikan pertolongan pertama dan dukungan psikologis, dan jika seseorang membutuhkan dukungan lebih lanjut, mereka dirujuk ke layanan kesehatan untuk menangani jenis trauma mental ini,? katanya.

Tidak jelas apa yang akan dilakukan para pengungsi yang terkena dampak untuk berlindung.

Lebih dari satu juta pengungsi Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dari Myanmar selama beberapa dekade, termasuk sekitar 740.000 orang yang melintasi perbatasan mulai Agustus 2017, ketika militer Myanmar melancarkan tindakan brutal.

Kondisi di Myanmar semakin memburuk sejak militer mengambil alih pada tahun 2021, dan upaya untuk mengirim mereka kembali gagal.

Tahun lalu, Amerika Serikat mengatakan penindasan terhadap Rohingya di Myanmar sama dengan genosida setelah pihak berwenang AS mengkonfirmasi laporan kekejaman massal terhadap warga sipil oleh militer dalam kampanye sistematis terhadap etnis minoritas.

Rohingya yang sebagian besar Muslim menghadapi diskriminasi luas di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, di mana sebagian besar ditolak kewarganegaraan dan banyak hak lainnya. (*)

(A Winoto)

Tags